URtech

Terjebak dalam Pengawasan Media Sosial

Firman Kurniawan S, Senin, 17 Oktober 2022 17.29 | Waktu baca 6 menit
WhatsApp ShareFacebook ShareTwitter ShareLinkedin Share
Terjebak dalam Pengawasan Media Sosial
Image: Ilustrasi - Media sosial. (Freepik)

SELAIN setiap orang hari ini adalah media, we all media, demikian para ahli menyebut, para pemilik akun media sosial juga pekerja HUMAS di perusahaan publik. Konsekuensi menguntungkan maupun merugikan sebagai media juga pekerja HUMAS, melekat erat pada semua pemilik akun media sosial  

Posisi we all media, lantaran pemilik akun media sosial bertindak jadi pusat transformasi informasi. Artinya, pemilik akun melakukan produksi dan distribusi informasi dengan spektrum tema sangat luas. Ini identik dengan yang terjadi pada media konvensional. Bentuk relasi follower sebagai konsumen informasi, tak ubahnya khalayak pada koran, majalah, radio, dan televisi.

Sedangkan sebagai pekerja HUMAS di perusahaan publik, para pemilik akun ‘wajib’, melaporkan tiap perilakunya, kepada khalayak. Harus intensif, namun tak berlebihan. Ritual lapor berbentuk unggahan konten, selayaknya pertangungjawaban perusahaan publik kepada pemegang sahamnya.

Perusahaan yang telah ditopang modal orang banyak, harus menunjukkan kinerjanya yang baik. Maka laporan harus baik, membanggakan dan menciptakan harapan yang terus melambung. Ketika laporan mengindikasikan keadaan baik-baik saja, perasaan publik tenang. Harga saham bakal tetap stabil.

Sebaliknya, manakala laporan tak intensif diunggah, publik akan penasaran. Mereka bakal membongkar-bongkar informasi, agar tertebus rasa ingin tahunya. Inilah relasi pemilik akun dengan follower-nya. Terlebih ketika pemilik akun, adalah pesohor. Saham bagi pesohor adalah perhatian para penggemar.

Uraian di atas, relevan dengan yang dialami Pamungkas. Sebagai penyanyi yang punya banyak penggemar, aksinya jadi perhatian publik. Juga aksinya luar panggung. Perhatian publik layaknya saham bagi Sang Penyanyi. Maka, akumulasi nilai perhatian menunjukkan nilai saham Pamungkas yang makin tinggi.

Ini berimplikasi, ketika akan manggung ia diburu penyelenggara pertunjukan dengan nilai tawar yang makin tinggi, seiring kenaikan nilai perhatian penggemar yang terus menggelembung.

Baca Juga: Pengalihan Isu

Produk pesohor, tak hanya aksi panggung di hadapan penggemar. Aksi di luar panggung juga jadi perhatian. Akun Instagram Pamungkas, diikuti tak kurang dari 1 juta follower. Ini menunjukkan penggemar hendak mengikuti perilaku maupun hal yang dialami Sang Pesohor, di luar panggung. Penggemar senantiasa memperbarui informasi idolanya. Apakah Sang Idola sebagai tempat menanam perhatian, baik-baik saja?

Saat diidentikkan dengan saham, kestabilan perhatian publik juga selalu berfluktuasi. Kestabilan atau gerakan yang senantiasa naik jadi harapan. Ini tak berlaku hanya bagi  Pamungkas. Menjaga kestabilan kinerja perhatian follower, jadi formula bagi tiap pemilik akun media sosial. Mereka harus bekerja selayaknya pekerja HUMAS di perusahaan publik.

Komentar
paper plane

Berita Terkait
    Berita Terkait