URamadan

Tidak Membayar Utang Puasa Ramadan, Gimana Hukumnya?

Nivita Saldyni, Jumat, 15 April 2022 03.00 | Waktu baca 3 menit
WhatsApp ShareFacebook ShareTwitter ShareLinkedin Share
Tidak Membayar Utang Puasa Ramadan, Gimana Hukumnya?
Image: Ilustrasi membaca niat puasa. (Freepik/garakta_studio)

Jakarta – Bagi umat Islam yang memenuhi syarat, puasa di bulan Ramadan menjadi sebuah kewajiban. Apalagi, puasa di bulan Ramadan ini merupakan satu dari lima rukun Islam, Urbanreaders.

Sebagaimana disampaikan dalam sebuah hadis, Rasulullah SAW pernah bersabda:

“Islam dibangun atas lima, syahadat bahwa tidak ada tuhan selain Allah dan Muhammad adalah Rasulullah, menegakkan sholat, menunaikan zakat, pergi haji dan puasa Ramadhan,” (HR. Al-Bukhari dan Muslim).

Namun tidak semua orang wajib menjalankan ibadah puasa di bulan Ramadan. Dikutip dari akun Instagram Ditjen Bimbingan Masyarakat (Bimas) Islam Kemenag RI, ada lima syarat seseorang wajib berpuasa di bulan Ramadan:

1. Beragama Islam

2. Sudah baligh

3. Orang yang berakal

4. Orang yang menetap atau tidak bepergian

5. Orang yang mampu berpuasa atau sehat.

Jika tak memenuhi syarat-syarat tersebut maka wajib hukumnya menjalankan ibadah puasa di bulan Ramadan, sesuai dengan ajaran Islam. Sementara orang gila, anak yang belum baligh, orang yang sedang bepergian, orang yang sakit atau tak mampu berpuasa karena alasan syar’i yang dapat dibenarkan maka tak wajib berpuasa.

Nah kalau Urbanreaders masuk dalam golongan wajib puasa Ramadan tapi karena suatu alasan yang menurut syar’i membuat kamu tak bisa melakukan puasa di bulan Ramadan, maka wajib meng-qadha atau mengganti puasa tersebut. Contoh sederhananya adalah perempuan yang haid, mereka yang tengah melakukan perjalanan jauh, atau sakit namun ada harapan sembuh.

Utang puasa itu wajib diganti sesuai dengan jumlah puasa wajib yang kita tinggalkan. Dan utang tersebut harus dibayar di luar bulan Ramadan, sebelum Ramadan berikutnya tiba.

Sementara orang-orang lanjut usia, mereka yang sakit menahun atau tak ada harapan untuk sembuh, serta wanita hamil dan menyusui yang meninggalkan puasa Ramadan akan dikenai fidyah. Sebagaimana firman Allah SWT dalam surah Al-Baqarah ayat 184 berikut ini:

اَيَّامًا مَّعْدُوْدٰتٍۗ فَمَنْ كَانَ مِنْكُمْ مَّرِيْضًا اَوْ عَلٰى سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِّنْ اَيَّامٍ اُخَرَ ۗوَعَلَى الَّذِيْنَ يُطِيْقُوْنَهٗ فِدْيَةٌ طَعَامُ مِسْكِيْنٍۗ فَمَنْ تَطَوَّعَ خَيْرًا فَهُوَ خَيْرٌ لَّهٗ ۗوَاَنْ تَصُوْمُوْا خَيْرٌ لَّكُمْ اِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُوْنَ

“(Yaitu) beberapa hari tertentu. Maka barangsiapa di antara kamu sakit atau dalam perjalanan (lalu tidak berpuasa), maka (wajib mengganti) sebanyak hari (yang dia tidak berpuasa itu) pada hari-hari yang lain. Dan bagi orang yang berat menjalankannya, wajib membayar fidyah, yaitu memberi makan seorang miskin. Tetapi barangsiapa dengan kerelaan hati mengerjakan kebajikan, maka itu lebih baik baginya, dan puasamu itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui”.

Komentar
paper plane

Berita Terkait
    Berita Terkait