URstyle

Wabah 'Kuman Super' Landa India, Disebut Kebal Antibiotik

Fitri Nursaniyah, Kamis, 13 Oktober 2022 20.56 | Waktu baca 2 menit
WhatsApp ShareFacebook ShareTwitter ShareLinkedin Share
Wabah 'Kuman Super' Landa India, Disebut Kebal Antibiotik
Image: Ilustrasi kuman. (PIXABAY/geralt)

Jakarta - India tengah dilanda 'pandemi' baru yang datang dari kuman. Kasus superburg atau kuman super ini dilaporkan pertama kali di RS Kasturba, India. Bangsal rumah sakit membludak dipenuhi pasien superburg.

Menurut laporan BBC, kuman super ini resisten terhadap obat termasuk antibiotik. Menurut laporan, penyalahgunaan antibiotik di India cukup besar dan meningkat setiap tahunnya, sehingga resistensi terhadap antibiotik ini semakin tinggi.

"Resistensi antibiotik berpotensi menjadi pandemi dalam waktu dekat jika tindakan kolektif tidak segera diambil," ujar Kamini Walia.

Ketua Satgas COVID-19 Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Prof. dr. Zubairi Djoerban turut menyoroti pandemi superbugs di India lewat utasnya di akun Twitter @ProfesorZubairi yang ditulis pada Rabu (12/10/2022).

Ia menceritakan awal mula kemunculan superburg yang kebal antibiotik. Katanya, kuman-kuman ini banyak macamnya, seperti staphylococcus aureus dan scinetobacter baumannii yang menyebabkan pneumonia, dan kuman e.coli atau escherichia coli serta klebsiella pneumonia.

"Efeknya terhadap pasien ya harus dipasang ventilator dan berisiko meninggal," tulisnya.

Superburg ini tadinya masih bisa diatasi oleh antibiotik lini 1, seperti di Kolkata. Tapi, kini jumlah pasien sembuh menurun karena superburg di India ada juga yang resisten terhadap antibiotik Carbapenem, padahal antibiotik ini dinilai kuat dan baru.

"Resisten terhadap antibiotik ini sebetulnya masalah natural. Artinya bakteri kan prinsipnya juga ingin tetap hidup, sehingga membuat dirinya menjadi resisten terhadap antibiotic. Namun, menjadi masalah besar, ketika angka kejadiannya amat dipercepat oleh salah guna antibiotik," bebernya.

Zubairi pun mengatakan bahwa kasus resisten terhadap antibiotik ini bisa terjadi di mana pun, bahkan di Indonesia, tanpa memandang usia. Ia pun berpesan agar masyarakat berhati-hati dalam pemakaian antibiotik.

"Kalau tidak ada indikasi dan resep dari dokter, ya jangan konsumsi, atau jangan juga melanjutkan resep antibiotik milik salah satu teman atau keluarga—karena merasa punya penyakit sama," tutupnya. 

Komentar
paper plane

Berita Terkait
    Berita Terkait