URnews

3 Fakta Penyebab Konflik Rusia dan Ukraina

Rizqi Rajendra, Jumat, 25 Februari 2022 20.42 | Waktu baca 3 menit
WhatsApp ShareFacebook ShareTwitter ShareLinkedin Share
3 Fakta Penyebab Konflik Rusia dan Ukraina
Image: Ilustrasi - pasukan militer Ukraina. (Dok. Kementerian Pertahanan Ukraina via mil.gov.ua)

Jakarta - Perang antara Rusia dan Ukraina menyita perhatian warga dunia. Aksi saling serang kedua negara tetangga tersebut dikhawatirkan memicu perang dunia ketiga.

Banyak negara yang telah mengecam tindakan invasi Rusia ke Ukraina tersebut seperti Amerika Serikat (AS), Jerman, Inggris dan negara anggota NATO lainnya.  Berbagai sanksi pun sudah diberikan untuk menghalangi niat Rusia berbuat nekat.

Akan tetapi, Presiden Rusia Vladimir Putin tidak menghiraukan sanksi internasional tersebut dan tetap mengizinkan operasi militer khusus di wilayah Donetsk dan Luhansk di Ukraina Timur, yang kemudian dibalas oleh serangan militer Ukraina.

Lalu, apa sih yang menyebabkan konflik antara Rusia dan Ukraina? berikut Urbanasia rangkum fakta-faktanya.

1. Rusia Tidak Rela Ukraina Gabung dengan NATO

Perlu diketahui nih, Urbanreaders, konflik antara Rusia dan Ukraina sebenarnya sudah mengakar sejak lama. Negara Ukraina merupakan bekas negara Uni Soviet, sementara Presiden Vladimir Putin tampaknya belum rela jika Ukraina gabung dengan NATO.

Apalagi setelah runtuhnya Uni Soviet, Rusia kehilangan kendali atas 14 bekas republik termasuk Ukraina. Rusia ingin menjauhkan Ukraina dan negara-negara bekas Uni Soviet lainnya dari NATO, menghentikan penyebaran senjata di dekat perbatasan Rusia, dan menarik mundur pasukan dari Eropa Timur.

Rusia berpikir, jika Ukraina diizinkan untuk bergabung dengan NATO, kelompok itu akan bergerak lebih dekat ke perbatasan Rusia. Ukraina juga memenuhi syarat untuk mendapatkan dukungan dari anggota NATO lainnya jika terjadi serangan eksternal.

Presiden Rusia menuntut jaminan dari Barat dan Ukraina bahwa mereka tidak akan bergabung dan agar Ukraina melakukan demiliterisasi dan menjadi negara netral.

2. Presiden Putin Tak Terima Bahasa Rusia Dilarang Digunakan di Ukraina

Ditinjau dari sisi sejarah, Rusia dan Ukraina sebenarnya masih satu rumpun yakni Slavia Timur. Akan tetapi, Presiden Putin tidak terima karena Ukraina melarang penggunaan bahasa Rusia di negaranya.

Pengamat sekaligus Dosen Sastra Rusia Universitas Padjadjaran, Supian mengatakan, pelarangan bahasa Rusia di Ukraina menurut Putin adalah upaya untuk menghapus sejarah negara pecahan Uni Soviet tersebut.

"Awalnya itu pelarangan bahasa Rusia digunakan di sekolah-sekolah maupun institusi resmi di Ukraina, itu asalnya. Jadi sangat mendasar itu sebenarnya, menurut Putin 'kok akar sejarah kami mau dicabut?' itu sangat menyinggung," kata Supian ketika dihubungi Urbanasia, Jumat, (25/2/2022).

3. Donetsk dan Luhansk Menuntut untuk Merdeka dari Ukraina

Wilayah Donetsk dan Luhansk di Ukraina Timur dikuasai oleh kelompok separatis pro Rusia, sehingga Putin memerdekakan kedua wilayah tersebut dengan alasan untuk melindungi warga etnis Rusia di sana.

Supian mengatakan, Donetsk dan Luhansk merupakan area demiliterisasi berdasarkan perjanjian yang digelar di ibu kota Belarus, Minsk, dan ditandatangani oleh Mantan Presiden Ukraina, Leonid Kuchma pada 2015 silam.

"Sudah ada garis demarkasi sepanjang perbatasan Luhansk dan Donetsk di sana, sudah jelas itu tidak boleh ada militer atau demiliterisasi," tutur Supian.

Akan tetapi, perjanjian tersebut rupanya tidak dipenuhi oleh Ukraina karena militer mereka masuk ke wilayah Donetsk dan Luhansk sehingga warga Donbas menuntut merdeka dari Ukraina.

"Dan perjanjian itu menurut Rusia tidak dipenuhi, karena ada militer Ukraina di Donetsk dan Luhansk itu, makanya di sana ada konflik-konflik bersenjata yang memakan korban, itu sangat disayangkan," pungkasnya.

Komentar
paper plane

Berita Terkait
    Berita Terkait