URnews

Apa Dampak Konflik Rusia-Ukraina bagi Indonesia? Ini Kata Pakar

Rizqi Rajendra, Jumat, 25 Februari 2022 16.48 | Waktu baca 3 menit
WhatsApp ShareFacebook ShareTwitter ShareLinkedin Share
Apa Dampak Konflik Rusia-Ukraina bagi Indonesia? Ini Kata Pakar
Image: Dosen Sastra Rusia Universitas Padjadjaran, Supian. (Dok. Pribadi)

Jakarta - Konflik antara Rusia dan Ukraina masih berlanjut. Saling serang antara kedua negara Slavik tersebut menuai polemik bagi banyak negara di dunia yang merasa khawatir akan stabilitas geopolitik global.

Puncak konflik diawali oleh Presiden Rusia, Vladimir Putin yang mengizinkan operasi militer khusus di wilayah Donetsk dan Luhansk di Ukraina Timur, yang kemudian dibalas oleh serangan militer Ukraina.

Pengamat sekaligus Dosen Sastra Rusia Universitas Padjadjaran, Supian mengatakan, jika eskalasi konflik antara Rusia dan Ukraina ini terus memuncak, skenario terburuknya yaitu meletusnya perang dunia ketiga.

"Perlombaan senjata sudah dimulai, terutama dengan berhasilnya uji coba rudal hipersonik Rusia setahun terakhir dan beberapa negara adidaya lainnya, itu sangat menyeramkan," ujar Supian ketika dihubungi Urbanasia, Jumat, (25/2/2022).

Menurut Supian, Rusia memiliki kekuatan militer yang sangat besar, terutama dengan adanya hubungan bilateral antara Rusia dan China. Ia menganggap, sebelum melakukan invasi ke Ukraina, Rusia telah lebih dahulu meminta dukungan militer dari China.

"Menurut pengamatan saya, memang Rusia sangat dekat hubungannya dengan China sebagai mitra dagang terbesarnya, pasti sudah ada deal. Kemarin juga waktu wawancara (Putin) dengan parlemen saja itu saya sudah sangat ngeri ya, karena sudah hitung-hitungan senjata nuklir. Kalau sampai itu terjadi, ya sudah kiamat belahan bumi bagian utara," katanya.

Jika perang dunia ketiga terjadi, Indonesia bisa saja terkena imbas dari konflik antara Rusia dan Ukraina. Risiko terburuk yang diterima yaitu medan perang Eropa Timur beralih ke Laut Cina Selatan, sehingga Indonesia akan berhadapan dengan negara-negara adidaya dari utara.

Perekonomian Indonesia juga sudah pasti akan terdampak dengan terhambatnya transaksi perdagangan Indonesia ke internasional. Supian yang juga aktif mengekspor produk UMKM Indonesia ke Rusia mengatakan bahwa kegiatannya terhambat karena tidak adanya pembayaran untuk transaksi internasional atau Letter of Credit (LC).

"Memang dampaknya itu di akses keuangan internasional, karena tidak akan ada LC ya. Sekarang juga nilai mata uang Rusia rubel terhadap dolar Amerika itu jatuh. Sekarang 1 dolar itu 100 rubel, normalnya itu 35 sampai 45 rubel. Memang ekonomi yang akan jadi perhitungannya," tutur Supian.

"Tetapi, kalau volume perdagangan antara Indonesia dengan Rusia atau Ukraina mungkin tidak sebesar negara-negara lain ya, karena biasanya lewat pihak negara ketiga, itu mungkin terjadi kalau setelah konflik. Karena sekarang penerbangan internasional ke Rusia itu juga sudah diboikot," kata Supian.

Kendati demikian, Supian masih optimis bahwa konflik antara Rusia dan Ukraina masih dapat diselesaikan dengan cara berunding, sehingga perang dunia ketiga tidak sampai terjadi. Hal tersebut menurutnya karena para diplomat Rusia masih memegang teguh kurikulum dari mantan Menteri Luar Negeri Rusia Andrey Gromyko yang berhasil mencegah meletusnya perang nuklir Uni Soviet di Kuba tahun 1962 lalu.

"Tapi saya masih yakin mudah-mudahan perang dunia ketiga tidak sampai terjadi, karena Putin masih membuka opsi perundingan. Setiap diplomat Rusia juga diwarisi kurikulum wajib dari Andrey Gromyko dengan mottonya 'Lebih baik 10 tahun berunding dari pada satu hari berperang'," pungkasnya.

Komentar
paper plane

Berita Terkait
    Berita Terkait