5 Kasus Penembakan Paling Mencekam di Sekolah AS, Terbaru SMA Oxford

Jakarta - Insiden penembakan dengan senjata api di Amerika Serikat (AS) menjadi tragedi terburuk dalam catatan sejarah. Bahkan, insiden penembakan tersebut menyasar lokasi pendidikan yang nyaris setiap tahunnya terjadi di Negeri Paman Sam.
Dilansir dari theodysseyonline, berikut lima kasus penembakan di sekolah paling mencekam yang tercatat dalam sejarah Amerika.
1. Oxford High School - 2021
Oxford High School. (mlive)
Penembakan terbaru terjadi di SMA Oxford High School, Michigan, yang terjadi pada 30 November 2021 lalu. Diketahui, tiga orang siswa tewas dan enam orang lainnya termasuk seorang guru terluka dalam peristiwa penembakan tersebut. Dalam peristiwa itu, seorang siswa berusia 15 tahun ditahan dan sebuah pistol disita setelah penembakan.
Kantor Sheriff Oakland County mengatakan, mereka menerima lebih dari 100 911 panggilan darurat tak lama setelah tengah hari. Penembak melepaskan 15-20 tembakan selama sekitar lima menit dari pistol semi-otomatis dengan lebih dari satu magasin.
2. Columbine High School - 1999
Columbine High School. (cpr.org)
Penembakan di Columbine High School di Littleton, Colorado dianggap sebagai kasus yang paling terkenal dalam sejarah. Dua remaja pria Eric Harris (18) dan Dylan Klebold (17), membunuh 13 orang dan melukai 24 orang lainnya dalam serangan yang mereka lakukan.
Harris dan Klebold menghabiskan banyak waktu untuk mempersiapkan aksi ini yang didokumentasikan dalam "Basement Tapes" mereka. Motif utama dari aksi ini adalah agar mereka bertanggung jawab atas lebih banyak korban dari pemboman di Oklahoma City, sebuah insiden yang dikagumi oleh Harris dan Klebold.
Namun, keduanya kemudian bunuh diri di perpustakaan setelah aksi brutal mereka tersebut.
3. Virginia Polytechnic Institute and State University - 2007
Virginia Polytechnic Institute and State University. (ivy-international.or)
Penembakan yang terjadi di Blacksburg, Virginia ini terjadi pada tanggal 16 April 2007. Siswa senior, Cho Seung-Hui, membunuh 32 orang dan melukai 17 lainnya dalam dua serangan. Sang pelaku, Cho diketahui didiagnosis menderita gangguan kecemasan akut.
Sebelum melakukan Tindakan keji itu, Cho mengirim rekaman secara pribadi ke NBC News. Dalam rekaman tersebut, Cho mengungkapkan kebenciannya pada orang kaya, membandingkan dirinya dengan Yesus, dan menjelaskan bahwa dia dipaksa melakukan penembakan massal karena suara-suara di kepalanya. Cho akhirnya bunuh diri selepas penembakan tersebut.