URguide

7 Tipe Karyawan yang Bisa Merugikan Perusahaan

Itha Prabandhani, Kamis, 3 Desember 2020 09.35 | Waktu baca 4 menit
WhatsApp ShareFacebook ShareTwitter ShareLinkedin Share
7 Tipe Karyawan yang Bisa Merugikan Perusahaan
Image: Freepik

Jakarta - Dalam sebuah perusahaan, nggak cuma manajemen buruk aja yang bisa membuat bisnis terhambat. Karyawan yang nggak memiliki etos kerja yang baik, juga menjadi faktor besar yang bisa bikin perusahaan jalan di tempat, guys. Mereka ini adalah karyawan yang nggak kompeten, nggak mau berusaha mengembangkan diri, atau malas bekerja.

Tipe karyawan seperti ini, bisa mendatangkan masalah yang serius dalam pekerjaan. Sayangnya, orang-orang ini bisa saja memiliki pribadi yang ramah atau gampang bergaul. Tapi, kalau sudah ngomongin performa kerjanya, jauh dari harapan dan sikap manisnya.

Karena itu, karyawan seperti ini mesti diwaspadai jika ingin perusahaan tetap berjalan lancar. Dilansir businessinsider.com, berikut beberapa tipe karyawan yang bisa menjadi batu sandungan di tempat kerja.

1.       Beraninya ‘ngomong di belakang’

1606958024-ngomong-di-belakang.jpgSumber: Freepik

Segala permasalahan dalam pekerjaan biasanya dibahas dan didiskusikan dalam meeting. Dari meeting tersebut, semua pihak bisa memberi masukan dan penjelasan, sehingga bisa menemukan solusi bersama.

Tipe orang yang cuma berani ‘ngomong di belakang’, akan diam saja dan terlihat setuju dengan keputusan yang dibuat bersama. Eh, tapi sesudah meeting berakhir, dia menggerutu di belakang dan punya ide berbeda. Lebih parah lagi, nggak mau menjalankan keputusan yang ditetapkan, karena merasa itu bukan idenya. Lah, kenapa diam aja waktu meeting?

2.       ‘Bukan job desc saya’

1606957995-bukan-jobdes.jpgSumber: Freepik

Ungkapan ini pasti sering banget kan kamu dengar? Dalam bekerja, kita memang perlu memiliki job description atau penjelasan rinci mengenai area kerja, wewenang, dan tanggung jawab kita.

Namun, pada praktiknya, di manapun kamu bekerja, kamu bakal dituntut untuk fleksibel dalam bekerja. Artinya, suatu waktu kamu bakal melakukan pekerjaan di luar tugasmu, karena satu dan lain hal. Misalnya, anggota tim kamu sakit sehingga pekerjaannya mesti kamu handle. Atau, terjadi efisiensi di perusahaan, sehingga setiap orang mesti melakukan pekerjaan ekstra.

Nah, sikap kurang fleksibel dan menolak pekerjaan dengan alasan ‘bukan job desc’, bakal dilihat perusahaan sebagai sikap negatif. Kamu juga bisa dianggap kurang berdedikasi dan kurang loyal pada perusahaan.

3.       Merasa sudah cukup berusaha

1606958001-merasa-cukup-berusaha.jpgSumber: Freepik

Beberapa karyawan pernah mencapai performa terbaiknya, misalnya menjadi employee of the month, penjualan yang melebihi target, dan sebagainya. Namun, tidak berarti perjuangan telah berakhir, guys.

Meski sudah pernah berhasil, kamu masih tetap perlu memperbaiki kinerja terus menerus. Hasil kerjamu bakal dinilai berdasarkan pencapaianmu dari waktu ke waktu, dan bukan dari apa yang pernah kamu capai sebelumnya.

4.       Merasa berpengalaman dan senior

1606958007-merasa-pengalaman.jpgSumber: Freepik

Zaman sekarang udah basi banget kalau mengunggulkan pengalaman dan senioritas. Setiap orang bisa belajar hal baru dengan mudah dan cepat, terutama di era teknologi sekarang ini.

Jadi, bolehlah kamu punya pengalaman sekian tahun mengerjakan tugasmu. Tapi, kalau kemampuanmu nggak diasah, jangan heran kalau performa kerja kamu kalah sama newbie-newbie di kantor yang lebih inovatif.

5.       Tukang gosip

1606958024-ngomong-di-belakang.jpgSumber: Freepik

Gosip di tempat kerja pastinya ngeri-ngeri sedap, kan? Mulai dari intrik di dalam divisi, masalah atasan dengan bawahan, hingga kehidupan pribadi rekan kerja. Namun, kamu mesti menghindari segala bentuk gosip di tempat kerja.

Kebiasaan bergosip membuat kamu dinilai kurang profesional, tidak dapat dipercaya, dan berpotensi membocorkan rahasia perusahaan.

6.       Nyinyirin si rajin

1606958030-nyinyir.jpgSumber: Freepik

“Ih, dia itu cari muka banget, sih! Perfeksionis. Kita jadi kelihatan jelek di depan bos.” Karyawan yang nyinyir kalau ada rekan kerjanya yang bekerja keras, biasanya merasa insecure dengan si rajin tersebut. Kalau kamu mau mengukur kualitas kerjamu, lihatlah apakah kamu sudah memenuhi targetmu.

Jangan bandingkan kinerjamu dengan orang lain. Kamu nggak bisa memenangkan persaingan dengan cara membuat orang lain bekerja lebih buruk dari kamu. Kalau nggak ada karyawan yang bekerja maksimal, gimana dong nasib perusahaan ini?

7.       Terdepan dalam mencari pujian dan melemparkan masalah

1606958038-terdepan-mencari-pujian.jpgSumber: Freepik

Pencapaian dalam bekerja adalah hasil dari kinerja tim. Sehingga, kesuksesan maupun kegagalan mestinya ditanggung bersama. Ada orang yang semangat banget nge-klaim keberhasilan sebagai hasil jerih payahnya.

Tapi, giliran ada masalah, dia yang pertama ngeles dan melemparkan kesalahan pada orang lain. Orang seperti ini akan bilang “Ini semua ide-ideku, loh”, ketika pekerjaannya berhasil.

Sebaliknya, kalau ada komplain, dia bakal bilang “Aku sih sebelumnya udah bilang ini nggak bakal berhasil, tapi si A ngotot banget buat mencoba cara itu.” Duh! Ngeselin nggak, sih?

Nah, tipe-tipe orang seperti ini bakal toxic banget di tempat kerja, guys. Orang-orang seperti ini nggak cuma merugikan rekan kerja, tapi juga perusahaan tempat dia bekerja.

Komentar
paper plane

Berita Terkait
    Berita Terkait