URedu

8 Ciri Toxic Parents yang Tanpa Sadar Bisa Rusak Kehidupan Anak

Riliv, Jumat, 2 Oktober 2020 09.05 | Waktu baca 6 menit
WhatsApp ShareFacebook ShareTwitter ShareLinkedin Share
8 Ciri Toxic Parents yang Tanpa Sadar Bisa Rusak Kehidupan Anak
Image: 8 Ciri Toxic Parents yang Tanpa Sadar Bisa Rusak Kehidupan Anak. (Foto Ketut Subiyanto from Pexels)

Jakarta - Menjadi orangtua memang nggak mudah, ya? Hal inilah yang mungkin jadi penyebab mengapa kamu kerap kali menemui fenomena toxic parents di lingkungan sekitarmu.

Beberapa orang juga nggak sadar bahwa perilakunya saat dewasa sangat dipengaruhi oleh pola asuh ketika mereka kecil. Perilaku bawaan negatif yang dibawa dari pola asuh ini perlu disadari sejak dini, sebelum kamu nantinya memutuskan siap untuk memiliki buah hati. 

Inilah beberapa ciri pola asuh toxic yang perlu disadari sebagai penyebab timbulnya karakter inferior seseorang. Agar kamu juga waspada, temukan apakah salah satu cirinya ada padamu!

1. Alih-alih peduli dengan perasaanmu, toxic parents akan membuatmu merasa layak dicintai hanya jika kamu lebih dulu membuat semua keinginannya terpenuhi 

1601602891-8-Ciri-Toxic-Parents-yang-Tanpa-Sadar-Bisa-Rusak-Kehidupan-Anak-1.jpgSumber: 8 Ciri Toxic Parents yang Tanpa Sadar Bisa Rusak Kehidupan Anak. (Foto: Josh Willink dari Pexels)

Orangtua yang toxic akan memberikan apresiasi kepada siapa saja yang menuruti kemauannya. Namun, mereka juga akan memberikan feedback yang buruk jika anak-anak melakukan hal yang sebaliknya. 

Toxic parents akan menuntut totalitas kesetiaanmu dan memintamu untuk menerima semua perilakunya tanpa syarat. Meskipun, mereka telah bersikap buruk. 

Bahkan sebagai anak, kamu punya ruang yang terbatas untuk sekedar bertanya atau mengungkapkan perasaanmu.

Pola asuh yang seperti ini dapat menumbuhkan kondisi emosional seseorang yang haus akan validasi dan penerimaan orang lain. Kecenderungan ini disebut sebagai people pleaser.

People pleaser adalah sebutan bagi seseorang yang rela melakukan apa saja hanya untuk membuat orang lain dapat menerimanya. Meskipun, hal tersebut membuatnya nggak nyaman dan melenyapkan kebahagiaannya sendiri. 

Ini tentu sama sekali nggak sehat ya, Dear!

2. Mereka melarangmu merasakan emosi negatif. Biasanya dengan kalimat serupa, “Anak cowok nggak boleh nangis!”

Kurang terpenuhinya kebutuhan emosional anak merupakan salah satu ciri dari pola asuh toxic parents. Anak-anak cenderung dilarang untuk merasakan berbagai emosi negatif, seperti rasa marah, kecewa, sedih, atau jijik. 

Orangtua toxic akan cenderung meremehkan emosi negatif yang dirasakan anak. Hal ini mengakibatkan seseorang jadi sulit mengekspresikan perasaan dan kebutuhannya saat dewasa. 

Melarang anak untuk merasakan emosi negatif dan membuatnya merasa buruk terhadap dirinya sendiri termasuk dalam tindakan emotional abusive. Hal ini juga sama menyakitkannya seperti seseorang yang dilukai secara fisik.

Jika kamu terbiasa untuk menekan rasa sedih, marah, atau kecewa, mungkin ini pengaruh pola asuh masa kecilmu. Ketahuilah, perasaan apapun adalah valid, kamu berhak untuk mengakui dan merasakannya. 

3. Orangtuamu akan mendiamkanmu selama berhari-hari setiap kamu berbuat salah, kamu dipaksa untuk mengerti kode-kode mereka tanpa mereka bersusah payah untuk menjelaskan

1601602922-8-Ciri-Toxic-Parents-yang-Tanpa-Sadar-Bisa-Rusak-Kehidupan-Anak-2.jpgSumber: 8 Ciri Toxic Parents yang Tanpa Sadar Bisa Rusak Kehidupan Anak. (Foto Pixabay dari Pexels)

Alih-alih menjelaskan dimana letak kesalahanmu atau mengomel, toxic parents akan lebih memilih diam seribu bahasa. Hal ini punya dampak yang nggak baik untuk jangka waktu kedepannya. 

Menjelaskan sesuatu ketika marah memang akan sulit. Namun, menghukum anak dengan silent treatment adalah perilaku yang beresiko buruk dan menunjukkan ketidakdewasaan.

Melakukan pola asuh passive-agressive akan sangat menyakitkan bagi siapapun serta dalam jenis hubungan apapun. Seseorang yang mendapat silent treatment akan punya tekanan untuk memperbaiki situasi, meskipun ia nggak punya kesalahan apa-apa. 

4. Kamu disalahkan ketika toxic parents mendapat masalah atau merasa nggak bahagia

Setiap orang bertanggung jawab atas kebahagiaannya sendiri-sendiri. Jika orang tuamu menyalahkan ketidakbahagiaan mereka pada dirimu, hal ini merupakan harapan yang sangat tidak realistis.

Tidak ada anak yang harus dimintai pertanggungjawaban atas kebahagiaan orang tuanya. Orang tua juga tidak boleh menuntut agar anak-anak menyerahkan hal-hal yang membuat mereka bahagia.

Dipaksa dalam situasi ini akan menyulitkan anak-anak yang nantinya tumbuh dewasa untuk memahami bahwa kita semua bertanggung jawab atas kebahagiaan kita sendiri.

5. Mereka kerap memojokkanmu dengan dalih uang dan waktu, hingga membuatmu sulit lepas dari rasa bersalah

1601602606-8-Ciri-Toxic-Parents-yang-Tanpa-Sadar-Bisa-Rusak-Kehidupan-Anak.jpgSumber: 8 Ciri Toxic Parents yang Tanpa Sadar Bisa Rusak Kehidupan Anak. (Foto: Tatiana Syrikova dari Pexels)

“Kamu nggak tahu berapa besar biaya yang udah kami keluarkan buat kamu?” Pernah mendengar ucapan ini? Hal ini pasti sangat menyakitkan untukmu.

Setiap anak memang pernah membuat kesalahan dan punya rasa bersalah untuk orang tua mereka. Namun, toxic parents akan menggunakan rasa bersalah ini sebagai taktik yang teratur. 

Jika kamu gagal melakukan apa yang mereka inginkan, mereka kemudian akan mencoba membuatmu merasa bersalah karena "semua yang telah mereka lakukan untukmu".

Orang tua yang sehat tahu bahwa anak-anak tidak perlu memberi mereka tanggapan khusus sebagai imbalan atas uang atau hadiah, terutama ketika barang-barang ini memang tidak diminta sejak awal.

6. Kamu dipaksa untuk memahami permasalahan orang dewasa, ketika dirimu bahkan nggak punya hak untuk menjalani ‘pilihan sebagai orang dewasa’

Dalam keluarga beracun, orang tua berbagi tanggung jawab dengan anak-anak mereka. Mereka memberikan pembingkaian, hingga seorang anak percaya bahwa perilaku buruk merekalah yang membuat ayahnya mengonsumsi alkohol untuk menenangkan dirinya.

Nantinya, saat anak-anak terseret ke skandal orang dewasa, remaja akan dipaksa untuk mendengarkan keluhan orang tua mereka, menyesuaikan diri dengan "situasi yang rumit", menempatkan diri mereka pada posisi orang tua, membantu, menoleransi, dan menghibur.

Sayangnya, dalam kasus ini, anak-anak tidak berhak mengutarakan pendapatnya.

7. Mereka memaksamu untuk menjadi yang terbaik, ketika bahkan proses dan pencapaianmu tidak pernah dihargai dan dianggap sepele

Toxic parents selalu mengharapkan agar anak-anaknya tumbuh berprestasi dan berada di level tertinggi. Namun, saat pencapaian itu berhasil didapatkan, mereka akan menganggap remeh proses dan hasilnya. 

Pernahkah kamu mendapatkan prestasi namun justru mendapat komentar yang merendahkan dari orang tuamu? Berapa kali kamu harus merasa bersalah atas satu nilai C di antara jejeran nilai A di rapotmu?

Komentar yang merendahkan ini benar-benar dapat merusak kehidupan anak-anak. Karena hal itu akan membuat mereka tumbuh dengan keyakinan bahwa mereka selalu mengecewakan orang tua mereka.

8. Toxic parents kerap memberikan kritik yang nggak membangun, hal ini adalah penyebab kenapa kamu jadi sering merasa nggak percaya diri

Prinsip yang dianut toxic parents, “semakin rendah harga diri seorang anak, maka akan semakin mudah orangtua untuk mengontrolnya.”

“Jangan pakai baju itu, deh! Kamu tuh gendut dan hitam. Pilih aja baju yang ini!” 

Orang tua yang beracun kerap mengulang-ulang pembahasan atas kegagalan dan kekurangan anak mereka. Bahkan dalam banyak kasus, mereka mengomentari penampilan anak mereka. Karena mereka tahu hal itu merupakan salah satu topik yang paling menyentuh. 

Jika tidak ada "kekurangan yang jelas", mereka hanya akan mengada-ada.

Toxic parents menanamkan rasa rendah diri pada anak-anak mereka dan mereka tidak ingin melihat anak mereka mencoba hal-hal baru dan berhasil. Toxic parents tidak ingin memiliki anak sukses yang menunjukkan kemauan mereka.

Nah, Dear, itulah beberapa ciri pola asuh toxic yang perlu disadari sebagai penyebab timbulnya karakter inferior seseorang. Jika kamu menemukan ciri-ciri toxic parents ada pada orang terdekatmu, kamu perlu memahami cara menghadapi hubungan toxic seperti yang ada pada artikel ini. Baca juga artikel seputar toxic parents lainnya di aplikasi Riliv!

Artikel ini ditulis oleh Safira Adnin Karlina dan merupakan kerja sama Urbanasia dengan Riliv, aplikasi kesehatan mental yang terdiri dari meditasi online dan konseling psikologi online, dan telah membantu lebih dari 150.000 pengguna agar lebih sehat mental.

Komentar
paper plane

Berita Terkait
    Berita Terkait