URnews

8 dari 10 Perempuan Ingin Tingkatkan Keterampilan untuk Wirausaha

Kintan Lestari, Jumat, 27 November 2020 12.15 | Waktu baca 3 menit
WhatsApp ShareFacebook ShareTwitter ShareLinkedin Share
8 dari 10 Perempuan Ingin Tingkatkan Keterampilan untuk Wirausaha
Image: Ilustrasi perempuan berwirausaha. (Freepik/amenic181)

Jakarta - Google belum lama ini melakukan penelitian terkait keinginan kewirausahaan dari perempuan Indonesia serta tantangannya.

Penelitian tersebut berjudul “Advancing Women Entrepreneurship”, yang mana Google-Kantar menyurvei 990 perempuan dan 510 laki-laki di dua bulan pertama tahun 2020. 

Dari penelitian tersebut, terungkap bahwa 49% perempuan menyatakan diri sebagai pewirausaha dengan bisnis yang mereka jalankan sendiri saat ini, sedangkan 45% berkata baru ingin berwirausaha. 

Untuk laki-laki, 61% dari mereka berkata sudah menjadi pewirausaha dan 34% menyatakan ingin berwirausaha.

Bagi yang menggeluti bisnis, mereka percaya harus punya keterampilan. Karenanya 8 dari 10 perempuan yang sudah atau ingin berwirausaha ingin meningkatkan keterampilan dalam menjalankan bisnis, seperti keterampilan berbisnis, mengelola uang, keterampilan digital, dsb.

Lalu 83% perempuan menyatakan bersedia mengikuti pelatihan online. Ini adalah angka tertinggi yang tercatat di Asia Tenggara. 

“Ada peluang untuk menggunakan pelatihan online sebagai cara memenuhi keinginan belajar keterampilan tambahan dan mendukung kesuksesan pewirausaha perempuan,” jelas Veronica Utami, Marketing Director, Google Indonesia. 

“Selain itu, setelah acara pelatihan dan berjejaring harus lebih banyak dilakukan secara online akibat COVID-19, kita memiliki kesempatan bagus untuk memanfaatkan sikap terbuka mereka terhadap pelatihan online,” lanjut Veronica lagi.

Meski partisipasi perempuan dalam bidang kewirausahaan di Indonesia adalah yang tertinggi di Asia Tenggara, sayangnya komunitas masyarakat masih berpandangan kalau pekerjaan perempuan hanya mengurus rumah tangga dan anak.

Dan itu terbukti dari rendahnya penerimaan secara budaya terhadap ibu yang bekerja fulltime. 

Laki-laki yang setuju perempuan bekerja fulltime hanya 41%. Padahal 52% perempuan percaya bahwa mereka seharusnya boleh bekerja fulltime meski sudah menjadi seorang ibu.

Kemudian pekerjaan mengasuh anak dan pekerjaan rumah tangga. Perempuan yang merasa bahwa tugas tersebut adalah tanggung jawab mereka hanya 60% saja, dari 80% pada 2017. 

Laki-laki sendiri mulai aware akan hal itu sehingga menunjukkan perkembangan dengan 21% dari mereka memikul tanggung jawab pengasuhan anak, dibanding 6% pada 2017.

1606453783-wirausaha2.jpgSumber: Ilustrasi perempuan berwirausaha. (Freepik/@asier_relampagoestudio)

Ketimpangan lebih jelas tampak di pekerjaan rumah tangga. Sebanyak 67% perempuan berkata mereka memikul tanggung jawab utama, sementara hanya ada 24% laki-laki yang mengatakan pekerjaan rumah tangga adalah tanggung jawab mereka.

Selain hal tadi, tantangan lain bagi perempuan yang ingin berwirausaha adalah kurangnya jaringan bisnis dan keterampilan pemasaran. Sehingga banyak orang yang tidak percaya diri memulai bisnis.

Sekitar 59% pewirausaha perempuan saat ini mengatakan bahwa akses ke kelompok sosial yang suportif perlu diperbaiki.

Melalui program Women Will, Google memberikan pelatihan dan peningkatan keterampilan bagi perempuan pemilik bisnis.

“Menciptakan dan mendukung kesempatan berjejaring untuk menghubungkan perempuan dengan orang-orang lain yang sepemikiran akan membantu mengurangi kebingungan mengenai cara memulai bisnis sendiri,” imbuh Veronica.

“Kita harus memanfaatkan minat perempuan untuk belajar online dan membuka lebih banyak kesempatan berjejaring online. Melalui Women Will, kami ingin membangun komunitas perempuan yang merasa cukup
percaya diri dalam berwirausaha untuk membantu menopang dan mencukupi kebutuhan keluarga, yang kita tahu sangatlah penting bagi perempuan Indonesia," tutupnya. 

Komentar
paper plane

Berita Terkait
    Berita Terkait