Beautydoozy

4 Tips yang Sebaiknya Dicoba Biar Anak Bisa Menetapkan Batasan

Izzah Putri Jurianto, Rabu, 19 Oktober 2022 13.06 | Waktu baca 3 menit
WhatsApp ShareFacebook ShareTwitter ShareLinkedin Share
4 Tips yang Sebaiknya Dicoba Biar Anak Bisa Menetapkan Batasan
Image: Ilustrasi ibu dan anak (Freepik/Freepik)

Jakarta – Anak sering kali dianggap sebagai sosok yang pasrah. Artinya, mereka tidak punya kemampuan dan hak untuk menolak sesuatu yang tidak disukainya. Stigma ini begitu melekat, hingga membuat orang tua lupa untuk mengajarkan soal boundaries pada anak-anaknya.

Mengajarkan anak untuk menetapkan batasan antara dirinya dengan orang lain menjadi sebuah tantangan terbesar. Sebab, anak perlu waktu untuk memahaminya, dan penerapannya pun tidak bisa secara instan. Perlu proses dan kesabaran yang tinggi. Berikut adalah 4 tips yang setidaknya bisa kamu coba untuk membuat anak belajar tentang boundaries. Disimak baik-baik, ya.

1. Tanamkan Mindset Anak Berhak Penuh atas Tubuhnya

1666158787-Ilustrasi-Ibu-dan-Anak-Belajar-Bersama.jpgSumber: Ilustrasi ibu dan anak belajar bersama ( Freepik/our-team)

Seringkali saat masih anak-anak, mereka belum sadar bahwa dirinya punya hak penuh atas tubuhnya. Maka dari itu, anak perlu sadar bahwa komunikasi tidak harus dilakukan dengan memberikan sentuhan.

Biasanya, orang yang pertama kali bertemu dengan anak kecil, akan menunjukkan rasa gemas dengan memeluk, mencium, atau membelai. Nah, di saat seperti inilah, anak perlu sadar bahwa ketika merasa tidak nyaman, mereka bisa menolak untuk dipeluk dan sebagainya.

2. Minta Izin Sebelum Menyentuh Mereka

1665720325-Ilustrasi-Ibu-Menemani-Anaknya-Beraktivitas.jpgSumber: Ilustrasi ibu bersama anak-anaknya (pexels/elinafairytale)

Dengan meminta izin pada anak sebelum menyentuh, artinya kita juga menghargai batasan-batasan pada diri mereka. Sebab, menjadi seorang anak kecil bukan berarti mereka tidak bisa melarang kita untuk menyentuh mereka.

So, biasakan untuk selalu melakukan ini, dan terapkan komunikasi dua arah dengan mereka. Artinya, anak pun harus bisa belajar meminta izin pada orang lain, tak hanya orangtua tapi juga teman, sebelum menyentuh mereka.

3. To the Point saat Bahas Anatomi Tubuh

1666159293-Ilustrasi-Ibu-dan-Anak-Laki-Laki.jpgSumber: Ilustrasi Ibu dan Anak Laki-Laki (Freepik/Freepik)

Umumnya, para orangtua masih berbicara dengan cara tak langsung ketika membahas anatomi tubuh. Ada yang menganggap topik ini adalah bahasan yang tabu untuk dibicarakan. 

Padahal, penting bagi anak untuk mengenal tubuhnya sejak dini. Sebab, hal ini juga dapat mencegah terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan. Misalnya, ketika mengalami pelecehan seksual, anak yang sama sekali tidak pernah membicarakan topik sensitif terkait tubuhnya dengan orangtua, kemungkinan lebih rentan untuk diam dan tidak melapor.

4. Memberi Ketegasan Jika Melihat Sesuatu yang Salah di Publik

1647955620-Image-(1).jpegSumber: Ilustrasi Ibu dan Anak. (Freepik/khosrork)

Media tidak selalu merepresentasikan hal-hal yang benar. Bisa saja, apa yang ditampilkan, malah bertentangan dengan nilai-nilai yang seharusnya dipegang. Misalnya, jenis-jenis candaan tidak pantas yang dilontarkan oleh pria kepada wanita, atau sejenis cat-calling.

Saat mendapati anak menyaksikan hal yang salah tersebut, sebagai orangtua kamu berperan besar untuk menjelaskan bahwa hal tersebut salah. Walau mungkin anak masih belum terlalu paham, tidak ada salahnya untuk mencoba mengajak mereka berbicara secara perlahan.

So, dapat disimpulkan memang para orang tua lah yang perannya paling besar untuk pendidikan pertama anak, termasuk soal boundaries ini.

Sebab, menerapkan batasan dengan orang lain, belum tentu diajarkan di lembaga pendidikan formal seperti sekolah. Jika bukan orangtuanya, siapa lagi yang akan meneruskan ilmu berharga ini kepada para anak di luar sana?

Komentar
paper plane

Berita Terkait
    Berita Terkait