Terungkap, Vitamin D Bisa Bantu Atasi Kebotakan Berpola

Jakarta - Kebotakan pada dasarnya lebih sering dialami pria dibanding wanita. Apa kamu tahu, kebotakan ada beberapa jenis loh. Salah satunya Androgenetic Alopecia (AGA). Yuk, kita bahas soal kebotakan satu ini!
Melansir MedlinePlus, AGA yang dialami pria dikenal juga sebagai kebotakan berpola. Umumnya, kebotakan AGA terjadi pada orang lanjut usia, namun kini sudah mulai menimpa orang berusia 20-an.
"AGA biasa terjadi di usia yang lebih lanjut, lebih dari 50 tahun ke atas. Jadi memasuki lansia itu semakin banyak kejadian (AGA). Tapi berdasarkan studi akhir-akhir ini, sudah ditemukan makin ke sini si AGA makin muda. Jadi umur 20-30 tahunan udah mulai botak," ujar dr. Raissa dalam sebuah acara yang berlangsung di kawasan Kuningan, Selasa (20/9/2022).
Sama seperti jenis kebotakan lain, AGA juga dimulai dari terjadinya kerontokan rambut. Lantas bagaimana kita tahu kerontokan itu akan menuju AGA atau hanya kerontokan biasa?
"Rontok itu kan bisa banyak penyebabnya, bisa karena sakit COVID, sakit kanker juga bisa, atau kekurangan nutrisi, banyak deh pokoknya (penyebabnya). Kalau AGA khasnya adalah kebotakannya tuh berpola. Pada laki-laki kebotakannya dia mulai menipis pertama di pinggir, terus makin ke belakang, terus ada di puncak kepala juga. Nanti kalau derajatnya makin berat, kebotakannya semakin ke belakang. Jadi bukan yang botaknya secara keseluruhan, tapi berpola," jelas Raissa.
Lantas, bagaimana mengatasi kebotakan jenis AGA ini? Raissa mengatakan orang yang mengalami AGA bisa melakukan beberapa terapi untuk mengatasi masalah kebotakannya. Terapinya juga tergantung pada derajat kebotakannya, yang terdiri dari derajat 1 sampai 7.
"AGA termasuk penyakit, tapi banyak orang yang nggak sadar, dikiranya memang sudah saatnya botak. Padahal bisa dicegah supaya kebotakannya tidak semakin berat dan rambutnya bisa numbuh juga. Derajat kebotakan AGA 1-7. Cuma derajat 1 agak samar, kebotakannya belum keliatan banget," papar Raissa.
"Dengan terapi bisa diperbaiki karena modalitas terapinya banyak. Jadi bisa dengan obat oles, obat minum, ada juga yang namanya Platelet-Rich Plasma (PRP) nanti disuntikkan plasma diambil dari bagian darah orang itu sendiri, terus dengan secretome. Jadi semakin banyak pilihan modalitasnya. Tapi tentunya kalau sudah semakin berat, butuh waktu untuk lama untuk perbaikan, tapi bisa diperbaiki," sambungnya.
Salah satu penyebab kebotakan juga karena genetik. Nah, untuk yang penyebabnya genetik bisa nih melakukan pencegahan sejak awal sebelum kebotakan dimulai dengan menjaga asupan nutrisi sampai konsumsi vitamin D.
"Mencegahnya dengan menjaga asupan nutrisi. Lalu bisa juga dengan dikasih terapi topikal (obat semprot) lebih awal. Bisa juga dengan vitamin D. Vitamin D sumber utamanya dari matahari. Terus kalau dari makanan tuh ada ikan, susu, dairy product. Kemudian suplemen. Tapi suplemen sebenarnya kita perlu cek dulu nih kadar vitamin D-nya. Normalnya vitamin D itu di atas 30 nanogram per mililiter, kalau orang Indonesia biasanya di bawah itu, jadi cuma perlu tambah kekurangannya," tutup Raissa.