URnews

Bisnis Startup Harus Gimana? Ini Kata Ketum IDIEC

Putri Rahma, Rabu, 15 Juni 2022 21.06 | Waktu baca 2 menit
WhatsApp ShareFacebook ShareTwitter ShareLinkedin Share
Bisnis Startup Harus Gimana? Ini Kata Ketum IDIEC
Image: Ilustrasi startup. (scholarlyoa)

Jakarta - Perusahaan rintisan atau startup di Indonesia dianggap masih belum aman, karena masih banyak yang bisa mendapatkan sedikit keuntungan. Fenomena startup unicorn melakukan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) kemungkinan akan terus berlanjut.

“Startup-startup unicorn di Indonesia masih mungkin untuk melakukan PHK,” ujar Ketua Umum Indonesian Digital Empowering Community (IDIEC) & Founder LiteBIG, Tesar Sandikapura dalam URWealth 'Tsunami PHK Startup', Rabu (15/6/2022).

Tesar mengatakan, saat ini investor mengubah pola pikir. Kebanyakan investor memberikan patokan, jika dalam 5 tahun perusahaan harus mendapat untung. 

“Banyaknya perusahaan startup di Indonesia yang hadir sebagai bentuk untuk membantu menyelesaikan masalah di masyarakat, melakukan perkembangan ekonomi dan meningkatkan minat seseorang dalam mendirikan startup digital yang dipastikan akan tetap tumbuh,” jelasnya.

Disisi lain, pendanaan juga menjadi tombak penting di tengah kondisi persaingan dan pendanaan yang belum pasti. Startup dianggap harus lebih dulu memiliki peta rute yang jelas, agar mendapat untung sehingga dapat menarik investor.

Lebih lanjut, Tesar menjelaskan, jika perusahaan startup ingin terus memiliki sumber daya manusia yang baik dan tentu saja akan mengeluarkan banyak dana hingga akhirnya akan dapat mendongkrak perusahaan unicorn.

"Sumber daya manusia yang baik dan mengeluarkan banyak dana dan membajak banyak unicorn dan ternyata itu tidak semata-mata karena keputusan itu bisa mendapatkan hasil," terang Tesar.

"Startup berjuang 1 sampai 3 tahun, dan tahun selanjutnya melakukan penyelarasan, dan terus mengharapkan investor dan tidak melakukan kalibrasi yang baik," lanjutnya

Saat ini, banyak perusahaan yang kesulitan untuk mencari investor, hal ini juga dipengaruhi ekonomi global yang berasal dari pandemi COVID-19 dan saat ini para investor mulai melakukan resesi sehingga mereka harus lebih memahami tentang pendanaan.

Ia menuturkan jika bisnis startup harus menguntungkan dengan mulai belajar hidup tanpa investor, sehingga mampu bertahan untuk membangun market fit yang jelas. Startup juga harus melakukan scale up dengan mudah dan efisien.

"Bisnis startup harus profitable dan runaway pendek. Sekarang kita harus berpikir hidup tanpa investor dan survive untuk market fit yang jelas. Startup juga harus scale up dengan mudah dan efisien. Namun banyak startup yang lupa untuk scale up," terang Tesar.

Terakhir, Tesar mengingatkan kepada investor untuk memberikan syarat yang menguntungkan, agar tidak adanya efek domino yang nantinya akan berpengaruh.

“Jadi kepada investor harus melihat secara baik potensi yang dilihat dari segi produk dan pemasaran. Harus juga memberikan dana yang menguntungkan. Dan yang penting, tentang regulasi dari pemerintah melihat startup yang semakin meluas,” tutup Tesar. 

Ia mengharapkan agar efek domino ini tidak terjadi ketika suatu perusahaan startup mengalami kebangkrutan dan akan berdampak pada pemerintah atau berbagai merchant hingga Sumber Daya Manusia (SDM).

Komentar
paper plane

Berita Terkait
    Berita Terkait