URnews

Budaya Patriarki Jadi Alasan Utama Perempuan Rentan Terjerat Pinjol

Shelly Lisdya, Jumat, 15 Oktober 2021 10.08 | Waktu baca 2 menit
WhatsApp ShareFacebook ShareTwitter ShareLinkedin Share
Budaya Patriarki Jadi Alasan Utama Perempuan Rentan Terjerat Pinjol
Image: Ilustrasi fintech. (Freepik)

Jakarta - Perempuan merupakan kelompok yang rentan terjerat pinjaman online atau pinjol. Dari banyak kasus, perempuan dengan usia 20 hingga ibu rumah tangga menjadi korban fintech peer to peer lending ini.

Tak sedikit yang bertanya kenapa perempuan rentan terjerat pinjol?

Menanggapi pertanyaan ini, Pengacara Publik Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Jakarta Jeanny Silvia Sari Sirait menyebut, ada dua alasan kenapa perempuan jadi korban pinjol.

"Kami menganalisis permasalahan latar belakang gender juga yang kemudian terjadi," katanya dalam URTalks, Kamis (14/10/2021).

Hal pertama adalah budaya patriarki yang sedemikian kuat tertanam di Indonesia. Jeanny menjelaskan, budaya tersebut menempatkan posisi perempuan sebagai warga negara kelas 2. 

Biasanya dalam budaya ini, perempuan tidak diperbolehkan bekerja oleh sang suami dan hanya difokuskan untuk mengurus keluarga.

"Dengan artian, ketika suami bekerja lalu mendapatkan penghasilan. Berapapun penghasilan suami, ibu rumah tangga secara khusus bisa menerima dan mengatur itu," jelasnya.

Karena budaya patriarki tersebut, perempuan harus menerima kenyataan dan menanggung sisa kebutuhan rumah tangga yang dirasa kurang dengan alternatif meminjam uang di aplikasi pinjol.

"Padahal mungkin ada banyak perempuan yang tahu jika penghasilan suami itu tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarga, kemudian ia memutuskan bekerja dan meminta suaminya. Karena budaya patriarki tidak mengizinkan istrinya bekerja, padahal kebutuhan hidup harus terpenuhi. Sehingga pinjaman online menjadi alternatif bagi mereka," bebernya.

Kedua adalah peran janda yang tidak jauh dari budaya patriarki. Jeanny kembali menjelaskan, bahwa sejumlah perempuan yang memutuskan bekerja dan mengurus keluarga ternyata tidak bisa fokus dalam mengatur keuangan.

"Problemnya adalah di tengah mengurus keluarga dan bekerja dia tidak bisa selalu bekerja dengan maksimal sedangkan kebutuhan keluarga harus terpenuhi. Akhirnya pinjol yang jadi solusi mereka," terangnya.

"Saya sering dengar kenapa korbannya perempuan? Karena perempuan suka shopping dan konsumtif hidupnya. Yang saya lihat di lapangan tidak begitu, ada kondisi peran perempuan yang mendorong untuk terjerat pinjol," tandasnya.

Komentar
paper plane

Berita Terkait
    Berita Terkait