URguide

Cerita Jodoh Ketemu Selawe, Mitos Jawa tentang Malapetaka Pernikahan

Shelly Lisdya, Kamis, 17 Februari 2022 19.30 | Waktu baca 4 menit
WhatsApp ShareFacebook ShareTwitter ShareLinkedin Share
Cerita Jodoh Ketemu Selawe, Mitos Jawa tentang Malapetaka Pernikahan
Image: Ilustrasi Pernikahan Jawa. (Pixabay)

Jakarta - Jodoh, mati, dan rezeki memang berasal dari Tuhan. Namun, di Indonesia, yang kental akan adat dan budaya, masih teguh menganut kepercayaan dahulu. Seperti misalnya perhitungan tanggal nikah.

Apabila dua sejoli ingin menikah, sebelum pernikahan akan ada penentuan hari baik dengan cara penghitungan weton.

Namun apabila sepasang kekasih neptunya saat dijumlahkan hasilnya 25 atau sering disebut jodoh ketemu selawe, maka akan ada hal buruk pada pasangan tersebut, loh Guys. 

Mitos tersebut ada yang percaya ada pula yang tidak, namun belum lama ini seorang pengguna Twitter @siskanoviw membagikan kisah nyata terkait sepasang pasutri temu jodoh selawe.

"Cerita ini aku angkat karena beberapa bulan yang lalu, aku bertemu dengan pasangan pasutri tentang rintangan yang mereka alami sebab neton temu jodoh mereka berjumlah 25. Sebelumnya, pernah gak sih ? Kalian mendengar ? Atau disekitar," cuitnya dikutip Urbanasia, Kamis (17/2/2022).

Menurut keterangan Novi, temu jodoh selawe jika diartikan itu masuk ke dalam bale kedhawang. Bale yang artinya pelataran rumah dan kedhawang itu ramai.

Dalam hal ini, bukan ramai dengan hal yang baik jika dimaknai artinya. Tetapi, jika dua orang nekat menikah dengan hasil neptu mereka adalah 25, maka rumah tangga mereka akan ramai sekali dengan malapetaka yang datang. Sebab, alasan temu jodoh selawe ini akan berujung pati, yaitu kematian.

Kisah tersebut bermula dari pasangan bernama samaran Sukma dan Agung. Orang tua Sukma tidak merestui hubungan mereka karena hitungan weton. Namun, keduanya justru memaksa menikah. 

"Seloso pon karo rebo kliwon iku ketemu selawe nduk ! Awakmu seloso pon iku ketemu sepuluh, Agung Rebo kliwon ketemu limolas. Lek dijumlah dari selawe. (Selasa pon sama rabo kliwon itu hasilnya 25 nak! Kamu Selasa pon hasilnya 10, Agung Rabu kliwon hasilnya 16. Kalau dijumlah hasilnya 25)," tegas ayah Sukma.

Ayah sukma sangat tegas dengan aturan ini, karena beliau berasal dari keluarga yang sangat kental menganut kepercayaan leluhur tersebut.

"Yang jelas ayah tidak mau tau, kamu sama agung tidak boleh sampek menikah, pati!" kata ayahnya.

Singkat cerita, saat keduanya menikah, mereka memutuskan menyewa rumah untuk tempat tinggal. Namun, tiba-tiba suatu hari Sukma menemukan darah di lantai. Ia mengira kala itu sedang datang bulan. Kejadian tersebut dia alami selama satu bulan berturut-turut. 

Hingga suatu malam, Sukma bermimpi didatangi oleh sosok seorang nenek yang memintanya untuk diberi sesembahan. Ia kemudian berbicara kepada Agung, namun Agung bukanlan tipe lelaki yang percaya dengan hal-hal seperti itu. Dia hanya merespons Sukma dengan senyuman dan guyonan biasa.

"Halah, kamu ini kok khawatir seperti ayahmu. Hal seperti itu jangan dianggap terlalu serius. Percaya itu harus kepada Tuhan," ucap Agung pelan.

Namun, Sukma sudah merasakan firasat yang sangan berbeda setelah mimpi itu. Dia menyebut bahwa malapetaka datang setelah mimpi terjadi. Ayahnya dikabarkan meninggal dunia secara mendadak.

Menurut cerita ibunya, ayah Sukma selama seminggu bertingkah aneh seperti orang kerasukan. Ayahnya sering duduk sendiri di kamar dan berbicara sendiri. 

Bahkan ayahnya sempat meminta tolong kepada kakek-kakek bernama Eyang Paku. Dan kata ibunya, tingkah aneh ayahnya yang berbicara sendiri itu terjadi selama sepekan.

Saat Sukma pulang ke rumah karena ditelpon ibunya, ia mendapati ayahnya terbujur lemah dan sekujur tubuhnya dingin.

Tiba-tiba Sukma mendengar suara wanita tertawa. Sukma dan ibunya bergegas ke kamar ayah, di mana suara tersebut berasal.

Mata ibunya terbelalak saat melihat suaminya menoleh kepadanya dengan kondisi yang menakutkan. Tampak lelaki tua yang duduk di depan ayah Sukma sedang menyuapi sesuatu, yakni belatung. Namun ayah Sukma justru senang karena disuapin oleh lelaki bermata putih itu.

Ibu Sukma pun pingsan mengetahui itu. Tak lama rumahnya pun didatangi warga. Ternyata ayah Sukma telah meninggal dunia. 

Sejak kematian ayahnya. Sukma dan Agung dilanda dengan beberapa kejadian yang membawa sial. Sukma keguguran sampai empat kali.

Setelah itu, Agung yang awalnya bekerja dengan kondisi bagus dan dinilai sebagai karyawan yang baik sekali di kantornya, menjadi turun drastis.

Akhirnya, Sukma dan Agung memilih bercerai dengan tetap saling berhubungan baik satu sama lainnya. Alasannya adalah seorang anak yang masih membutuhkan mereka.

Sukma setelah bercerai telah menjadi wirausaha yang sukses di kota. Sedangkan Agung, dia bekerja di salah satu perusahan swasta terkenal dan sekarang mereka berdua sudah memiliki pasangan masing-masing dan hidup bahagia. Sementara anak-anak ikut Sukma, hal ini telah disepakati bersama.

Komentar
paper plane

Berita Terkait
    Berita Terkait