URnews

COVID-19 Masih Tinggi, Forkopimda Jatim Wacanakan PSBB di Surabaya Raya

Nivita Saldyni, Selasa, 7 Juli 2020 12.39 | Waktu baca 2 menit
WhatsApp ShareFacebook ShareTwitter ShareLinkedin Share
COVID-19 Masih Tinggi, Forkopimda Jatim Wacanakan PSBB di Surabaya Raya
Image: Forkopimda Jatim menggelar rapat analisa dan evaluasi (anev) untuk penanganan COVID-19, Senin (6/7/2020) malam. (ANTARA/Humas Polda Jatim)

Surabaya - Tingginya kasus COVID-19 di Jawa Timur (Jartim) membuat Forum Komunikasi Pimpinan Daerah (Forkopimda) Jatim kembali menyusun strategi. Sejumlah solusi alternatif pun diusulkan, salah satunya kembali melakukan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di Surabaya Raya.

Wacana ini diusulkan saat melakukan rapat analisa dan evaluasi (anev) di Mapolda Jatim, Senin (6/7/2020) malam.

"Ada empat poin wacana solusi alternatif yang bisa diterapkan di Surabaya Raya," kata Kapolda Jawa Timur Irjen Pol M Fadil Imran dikutip dari Antara, Selasa (7/7/2020).

Empat poin ini di antaranya adalah sebagai berikut:

1. Menerapkan pendisiplinan protokol kesehatan penerapan normal baru berdasarkan epidemiologi peningkatan kesadaran masyarakat.

2. Meneruskan kembali Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB)

3. Merumuskan pembatasan berbasis kelurahan atau kecamatan dalam radius 100 hingga 200 meter dari pusat konfirmasi warga yang positif COVID-19.

4. Menerapkan kembali PSBB di kelurahan atau kecamatan selama 14 hari penuh.

"Itu wacana saja, segala sesuatunya kita harus persiapkan. Saya melemparkan model sambil kita melakukan kajian secara scientific berdasarkan data dan masukan dari para pakar. Pakar epidemiologi, pakar ekonomi. Jadi kalau bottom up kan lebih enak," imbuh Fadil.

Meski baru sebatas wacana, namun Fadil mengaku pihaknya masih mempersiapkan hingga nanti terpilih solusi terbaik.

Sementara itu, Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa mengatakan ini merupakan jawaban dari perintah Presiden Joko Widodo yang meminta adanya penurunan kasus COVID-19 di Jatim dalam dua pekan.

"Presiden waktu datang beberapa waktu lalu, dari arahan beliau bagaimana antara perlindungan, kesehatan dan ekonomi ini bisa berseiring. Ada gas dan rem. Nah kapan digas dan kapan direm, ini membutuhkan dinamika yang harus dicarikan titik keseimbangan," kata Khofifah.

Menurutnya langkah ini dilakukan untuk mencari solusi terbaik bagi penanganan COVID-19 di Jatim, khususnya Surabaya Raya yang menjadi penyumbang kasus terbanyak. 

"Namanya equilibrium dinamic. Jadi dinamika itu harus ter-update, real time dan any time. Tidak bisa kita update menunggu beberapa hari atau beberapa minggu. Maka, one gate system itu real time bagaimana evaluasi dan layanan secara kuratif bisa didistribusikan terutama untuk Surabaya Raya," jelasnya.

Ia pun meminta agar segala hal bisa dilihat secara sistemik, artinya ada proses dinamika dan harus dilakukan proses equilibrium dinamic.

"Semua bergerak, semua mereport dan kita butuh quick report. Itu pentingnya harus dilakukan quick response," pungkasnya.

Komentar
paper plane

Berita Terkait
    Berita Terkait