URnews

Curhat Pekerja Medis di RSPI Sulianti Saroso: Banyak Perawat Tertular COVID-19

Nunung Nasikhah, Minggu, 19 April 2020 15.40 | Waktu baca 2 menit
WhatsApp ShareFacebook ShareTwitter ShareLinkedin Share
Curhat Pekerja Medis di RSPI Sulianti Saroso: Banyak Perawat Tertular COVID-19
Image: Nurdiansyah, salah seorang pekerja medis di RSPI Sulianti Saroso. (BNPB)

Jakarta – Peran tenaga medis dalam penanganan coronavirus disease (COVID-19) memang sangat luar biasa. Tak hanya dokter, tenaga medis lain seperti perawat juga memiliki risiko tertular yang sama besar.

Nurdiansyah, salah seorang yang bekerja di RSPI Sulianti Saroso mengatakan bahwa banyak teman-teman perawat yang positif tertular COVID-19 selama menangani pasien COVID-19 di rumah sakit. Bahkan, ia dan teman-teman lain sempat mengenakan pita hitam tanda berduka cita yang mendalam.

“Kita, perawat, tenaga kesehatan, ada di lini paling belakang, ketika sudah terpaksa terinfeksi, karena memang kita sudah melakukan pencegahan dengan ketat tapi masih terinfeksi, itu. Jadi, masyarakat mari kita sama-sama,” kata Nurdiansyah saat konferensi pers di Graha BNPB, Jakarta, pada Minggu (19/4).

Nurdiansyah mengatakan, saat bekerja sebagai perawat di RSPI Sulianti Saroso yang khusus menangani penyakit infeksi, prosedur bekerja dijalani termasuk cara penggunaan APD yang tepat. 

“APD yang lengkap ini dari atas sampai dengan bawah. Jadi, betul-betul harus tertutup,” tandasnya,

Tidak hanya pakaian yang aman, Nurdiansyah dan petugas medis lainnya juga mengenakan masker N95 dan kacamata atau goggle.

Apa yang ia kenakan, menurut Nurdiansyah, sudah sesuai dengan standar keamanan yang tinggi sehingga mampu terhindar dari keterpaparan virus corona.

Dalam memonitor pasien, pihak rumah sakit juga telah menggunakan kamera pemantau. Di setiap kamar pasien dilengkapi dengan fasilitas tersebut.

“Nah, di sini, kita bisa melihat kondisi pasien dari monitor. Kita bicara ke pasien lewat monitor, ketika misalnya pasien ada butuh apa, nanti ketika masuk, baru kita lakukan perawatan,” katanya.

Nurdiansyah yang tadinya bekerja untuk pasien HIV/AIDS menyampaikan bahwa ia dan teman lainnya telah bekerja keras dari pagi hingga malam. Ia merasa bahwa istirahat yang cukup sangat dibutuhkan oleh perawat.

“Jadi kalau bisa pemerintah harapannya ada waktu memang kita bekerja tidak seperti biasa, misalnya 14 hari masuk, 14 hari libur,” tandasnya.

Dengan perjuangan yang berat itu, Nurdiansyah tak menampik bahwa ia dan teman-teman tenaga medis lainnya banyak mengalami kisah duka. Salah satunya yakni banyak sekali teman sesama perawat yang mendapatkan stigma negatif dari masyarakat.

Meski demikian, Nurdiansyah juga menyampaikan terima kasih atas dukungan semua pihak, khususnya pemerintah, karena menyediakan penginapan sebagai tempat transit atau beristirahat untuk para tenaga medis yang menangani pasien COVID-19.

Di sisi lain, Nurdiansyah yang juga pengurus Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk wilayah Jakarta Utara juga berharap agar pemerintah terus menjamin alat perlindungan diri (APD) terstandar selalu tersedia bagi tenaga medis saat mengobati dan merawat pasien COVID-19.

Ia juga menyampaikan harapan kepada semua pihak, pemerintah dan masyarakat untuk melakukan pencegahan.

Menurutnya, satu-satunya upaya melawan COVID-19 dengan pencegahan dan garda terdepan untuk pencegahan adalah masyarakat.

Komentar
paper plane

Berita Terkait
    Berita Terkait