URnews

Dievakuasi, Situs Srigading Malang Diperkirakan dari Abad 10 Masehi

Shelly Lisdya, Jumat, 11 Februari 2022 18.02 | Waktu baca 3 menit
WhatsApp ShareFacebook ShareTwitter ShareLinkedin Share
Dievakuasi, Situs Srigading Malang Diperkirakan dari Abad 10 Masehi
Image: Situs Srigading Malang. (ANTARA)

Malang - Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Jawa Timur menyatakan bahwa bangunan yang diperkirakan sebuah candi di Dusun Manggis, Desa Srigading, Kecamatan Lawang, Kabupaten Malang, berasal dari abad ke-10 Masehi.

Ketua Tim Ekskavasi Situs Srigading, Wicaksono Dwi Nugroho mengatakan, bangunan candi tersebut berdasarkan hipotesis sementara berkaitan dengan Prasasti Linggasutan yang dibangun pada 929 Masehi atau abad ke-10.

"Dari periodisasi, kami menyusun hipotesis sementara bahwa candi ini berkaitan dengan Prasasti Linggasutan yang ditemukan tidak jauh dari Desa Srigading," kata Wicaksono, dikutip Antara, Jumat (11/2/2022).

Berdasarkan sejumlah ciri-ciri yang ditemukan pada struktur candi, antara lain adanya relief pada bangunan tersebut yang ditengarai berasal dari era Mataram Kuno di masa pemerintahan Mpu Sindok.

Menurut Wicaksono, sejumlah ciri-ciri yang berkaitan dengan era Mataram Kuno tersebut di antaranya adalah ditemukannya relief bergaya natural, ukuran batu bata dengan panjang 35 centimeter, lebar 22 centimeter dan ketebalan 10-11 centimeter.

"Sampai saat ini masih merujuk pada kemungkinan bangunan ini berasal dari abad ke-10," katanya.

Bangunan tersebut tidak berorientasi pada arah utara sesuai kompas, melainkan menghadap ke arah barat atau berorientasi pada Gunung Arjuno dan membelakangi Gunung Semeru. Pada sisi kiri mengarah ke Gunung Kawi dan sisi kanan pada Gunung Bromo.

"Ini berada di tengah-tengah empat gunung tersebut. Orientasinya mengikuti arah gunung, sehingga ini sangat menarik," katanya.

Terkait dengan fungsi candi tersebut, diperkirakan bangunan tersebut dipergunakan sebagai tempat untuk pemujaan terhadap tokoh yang didewakan. Bangunan tersebut bukan dijadikan tempat untuk pemujaan terhadap para dewa karena memiliki ciri yang berbeda.

Hingga kini, dikatakan Wicaksono, pihaknya masih berusaha menerjemahkan berdasarkan fakta-fakta yang ditemukan pada bangunan candi itu. Selain itu, juga ditelusuri apakah candi itu berkaitan dengan Prasasti Linggasutan.

"Terkait fungsinya, coba kita terjemahkan, apakah ini candi yang disebutkan dalam Prasasti Linggasutan, tempat pemujaan bagi Batara I Walandid," katanya.

Situs Srigading disebut oleh masyarakat setempat dengan sebutan 'gumuk' atau gundukan tersebut, terletak di tengah areal perkebunan tebu.

Pada permukaan gundukan setinggi kurang lebih tiga meter itu, terdapat sebuah yoni berukuran 0,8x0,8 meter, sejumlah batuan andesit berbentuk segi empat dan sebaran batu bata dengan dimensi cukup besar.

Menurut Wicaksono, pada gundukan tanah yang berada di tengah areal perkebunan tebu tersebut, didapati adanya yoni yang dibuat dari batuan andesit. 

Dari catatan pada 1985-1986, situs tersebut dilengkapi dengan lingga yoni dan tiga arca. Sementara arca yang ditemukan saat itu adalah sebuah arca perempuan dengan banyak tangan yang bisa diidentifikasi sebagai Durga, arca sapi tanpa kepala yang ditengarai sebagai Nandi dan arca yang membawa pentungan atau diidentifikasi sebagai Dwarapala.

Tim BPCB Jawa Timur akan terus melakukan proses ekskavasi hingga 12 Februari 2022 untuk mencari bentuk dan pola bangunan candi tersebut. Sedangkan lokasi ekskavasi berada pada gundukan tanah dengan ketinggian hingga tiga meter.

Komentar
paper plane

Berita Terkait
    Berita Terkait