URstyle

Mengenal Candi Kidal, Wisata di Malang dari Warisan Kerajaan Singasari

Shelly Lisdya, Kamis, 30 September 2021 18.00 | Waktu baca 2 menit
WhatsApp ShareFacebook ShareTwitter ShareLinkedin Share
Mengenal Candi Kidal, Wisata di Malang dari Warisan Kerajaan Singasari
Image: Candi Kidal. (Pinterest/Widya)

Malang - Pandemi COVID-19 mengubah berbagai aspek kehidupan, bahkan sektor pariwisata pun ikut terdampak. Selama PPKM, destinasi wisata ditutup sementara untuk pengunjung.

Tak sedikit dari pengelola wisata pun berharap destinasinya bisa segera dibuka kembali. Seperti yang diharapkan oleh Juru pelihara (Jupel) atau yang biasa disebut juru kunci yang bertugas merawat dan menjaga benda cagar budaya Candi Kidal. 

"Berharapnya segera dibuka ya, karena Candi Kidal ini sangat diminati wisatawan untuk mengenal sejarah," katanya kepada wartawan, Rabu (29/9/2021).

Mengenal Candi Kidal

Terletak di lembah pada lereng barat Pegunungan Tengger, Desa Kidal, Kecamatan Tumpang, Kabupaten Malang, Jawa Timur, Candi Kidal merupakan salah satu candi warisan dari kerajaan Singasari. 

Candi ini dibangun sebagai bentuk penghormatan atas jasa besar Anusapati, Raja kedua dari Singhasari, yang memerintah selama 20 tahun, yakni mulai tahun 1227 hingga 1248.

Kematian Anusapati dibunuh oleh Panji Tohjaya sebagai bagian dari perebutan kekuasaan Singhasari, juga diyakini sebagai bagian dari kutukan Mpu Gandring.

Candi Kidal secara arsitektur, kental dengan budaya Jawa Timur dan sudah mengalami pemugaran pada 1990. Candi kidal juga memuat cerita Garudeya (Garuda), cerita mitologi Hinduistik, yang berisi pesan moral pembebasan dari perbudakan. 

Cerita ini sangat popular di kalangan masyarakat Jawa kala itu sebagai cerita moral tentang pembebasan atau ruwatan. Kesusastraan Jawa kuno berbentuk kakawin tersebut, mengisahkan tentang perjalanan Garuda dalam membebaskan ibunya dari perbudakan dengan penebusan air suci amerta.

Narasi cerita Garudeya pada Candi Kidal ini dipahatkan dalam tiga relief dan masing-masing terletak pada bagian tengah sisi-sisi kaki candi kecuali pintu masuk. 

Pembacaannya dengan cara prasawiya (berjalan berlawanan arah jarum jam) dimulai dari sisi sebelah selatan atau sisi sebelah kanan tangga masuk candi. 

Pada relief pertama menggambarkan Garuda di bawah tiga ekor ular, relief kedua melukiskan Garuda dengan kendi di atas kepalanya, dan relief ketiga Garuda menggendong seorang wanita. Di antara ketiga relief tersebut, relief kedua adalah yang paling indah dan masih utuh.

“Ralief tersebut yang menarik wisatawan. Sebelum pandemi COVID-19, di hari biasa dalam sebulan bisa ribuan orang yang datang ke Candi Kidal. Biaya masuknya seikhlasnya, kami tidak boleh meminta,” ujar wanita yang telah menjadi Jupel sejak tahun 1984 ini.

“Karena pandemi ini, BPCB (Balai Pelestarian Cagar Budaya) Jawa Timur telah memerintahkan untuk tutup, dan kami berharap segera mungkin wisata sejarah dapat dibuka untuk umum lagi,” pungkasnya.

Komentar
paper plane

Berita Terkait
    Berita Terkait