Diplomat Success Challenge 12 Berakhir, Lahirkan Wirausahawan Muda Berbakat

Jakarta – Gelaran Diplomat Success Challenge (DSC) ke-12 telah memasuki babak akhir, Jumat (21/1/2022). Program dan ekosistem wirausaha dari Wismilak Foundation ini pun melahirkan sejumlah wirausahawan muda terpilih yang telah melewati proses seleksi cukup panjang dan mendapatkan hibah modal usaha.
Para penerima hibah modal usaha itu diantaranya Nico Japar (Portale Cloud Kitchen), Yenni Angreni (Arcia Oil), Vania Audrey Pakpahan (Pijak Bumi), Gayatri Puspita (GUI), M. Fadli Nugraha (Gamma Waste), dan Anak Agung Gde Rai Adi dengan bisnisnya yang bergerak di teknologi edukasi ‘Koding Akademi’ yang meraih gelar Best of the Best DSC12.
Tak kalah penting, DSC juga menganugerahkan gelar The Most Social Impact kepada Fauzan Fathullah (hayVee) dan Bagas Reggas (Greenland) sebagai The Most Potential Business. Kedua finalis ini mendapat penghargaan khusus karena memiliki ide bisnis yang inovatif, berpotensi tinggi, memiliki dampak sosial yang baik.
“Hari ini secara resmi kami menutup rangkaian DSC12 dan dengan bangga kami perkenalkan para pemenang penerima hibah modal usaha dan dua orang penerima penghargaan khusus yang merupakan peserta terbaik dari total 18.233 ide bisnis yang mendaftar di DSC12,” Surjanto Yasaputera, Ketua Dewan Komisioner DSC12 sekaligus Founding Father Program DSC dalam konferensi pers, Jumat (21/1/2022).
Surjanto mengatakan, wirausahawan yang mendapat hibah modal usaha dan menerima penghargaan khusus dalam DSC12 ini merupakan peserta terbaik dari total 18.233 ide bisnis. Mereka yang terpilih ini, kata Surjanto, memiliki kualitas 3P yang menjadi unsur penting yang harus dimiliki seorang entrepreneur.
“Setelah melewati banyak tahapan seleksi, akhirnya kami berhasil menjaring wirausahawan potensial yang memiliki kualitas 3P (Paham, Piawai, Persona), yang merupakan tiga kualitas terpenting yang harus ada di diri seorang entrepreneur,” jelasnya.
Beragam Kategori Bisnis Warnai DSC12
Sumber: Dewan Komisioner DSC12: Helmy Yahya, Antarina S.F. Amir, dan Surjanto Yasaputera. (Dok. Diplomat Success Challenge)
Lebih lanjut, Surjanto menjelaskan bahwa DSC12 merupakan tahun kedua digelarnya kompetisi wirausaha ini di tengah pandemi COVID-19. Namun ternyata antusias para wirausahawan di Indonesia sangat tinggi.
“Jadi di tahun ke dua pandemi, saya sangat bangga dan bersyukur bahwa ternyata semangat wirausahawan di Indonesia itu tidak surut,” kata Surjanto.
Hal ini terbukti dengan banyaknya ide bisnis yang masuk pada gelaran DSC ke-12 ini. Surjanto mengatakan pihaknya mencatat total ada 18.233 ide bisnis yang didaftarkan sejak pendaftaran dibuka pada 19 Juli 2021.
Sementara itu, Dewan Komisioner DSC12 Antarina S.F. Amir menambahkan bahwa persebaran pendaftar tahun ini cukup merata, dari Sabang hingga Merauke. Bahkan dari 18.233 pendaftar, 57 persen diantaranya merupakan wanita dan 43 persen lainnya laki-laki.
“Dari tahun ke tahun, terjadi peningkatan jumlah pendaftar dari entrepreneur wanita dan di DSC12 ini semakin menunjukkan pertumbuhan positif saat jumlah womenpreneur ternyata lebih banyak dari pendaftar pria. Ini sembuah pencapaian yang juga harus kita apresiasi bersama,” kata Antarina.
Selain jumlah pendaftar yang meningkat, kategori bisnis yang didaftarkan pada DSC12 juga kian beragam, meski kategori food & beverage masih mendominasi.
“Walaupun bisnis food & beverage masih mendominasi profil bisnis dari 18.233 pendaftar, kategori bisnis lain tidak lepas dari sorotan, terutama mengenai banyaknya bisnis dengan visi dan misi keberlanjutan yang ramah lingkungan. Dan kami lihat semua bisnis yang masuk ke tahap final merupakan bisnis yang memiliki storytelling yang kuat soal sustainability,” Helmy Yahya selaku Dewan Komisioner DSC12 dan figure publik yang kini merambah menjadi content creator.
Beberapa contoh bisnis yang dimaksud Helmy di antaranya GUI milik Gayatri Puspita. Bisnis salah satu finalis DSC12 ini memanfaatkan limbah sampah dan material-material bekas untuk ‘disulap’ menjadi produk-produk kriya berkualitas tinggi.
Selain itu, ada juga Greenland besutan Bagas Reggas yang mendapatkan penghargaan sebagai The Most Potential Business DSC12. Bisnis yang bergerak dalam bidang produksi dan pengolahan produk perawatan hewan ini menggunakan bahan dasar limbah organik seperti limbah buah kelapa, kopi, padi, hingga ampas tahu.
Selain itu, bisnis Startup Digital yang kian dilirik pebisnis muda juga turut menghiasi DSC12. Beberapa diantaranya ada hayVee milik Fauzan Fathullah yang merupakan platform digital untuk isu kesehatan mental dan seksual. Bisnis ini mendapat penghargaan khusus sebagai The Most Social Impact DSC12, loh.
Kemudian ada juga Koding Akademi milik Anak Agung Gde Rai Adi yang menjadi The Best of the Best DSC12. Bisnis yang berfokus pada pengembangan kemampuan digital untuk generasi muda, seperti skill teknologi komputer, engineering, robotics dan science ini menyajikan platform dengan modul pembelajaran kekinian.
“Koding Akademi adalah platform edukasi yang fokus mengajarkan ilmu coding dan robotics untuk anak-anak usia dari 7 hingga 20 tahun. Kami berusaha mengenalkan dua kemampuan ini sejak usia dini untuk mengakselerasi kemampuan teknologi generasi muda Indonesia agar dapat bisa lebih produktif dengan teknologi, sehingga di masa depan akan menghasilkan tenaga-tenaga terampil yang matang dengan lebih banyak pengalaman,” ungkap Adi.
Menariknya para challengers yang telah terpilih ini juga bakal mendapatkan pendampingan bisnis dari DSC dan secara resmi bergabung ke jejaring wirausaha Diplomat Entrepreneur Network (DEN). Tak tanggung-tanggung, pendampingan yang diberikan yaitu selama dua tahun, Guys!
DSC Berkomitmen untuk Membangun Ekosistem Wirausaha yang Kuat
Kompetisi yang telah hadir sejak 2010 ini bukan sekadar kompetisi wirausaha loh, Urbanreaders. Program Initiator DSC12, Edric Chandra mengatakan bahwa kini Diplomat Success Challenge telah menjelma menjadi eksosistem wirausaha yang terintegrasi dengan membawa visi besar, yaitu membangun ekosistem wirausaha yang kuat agar dapat berkontribusi demi percepatan pembangunan Indonesia.
Untuk itu dalam gelaran tahun ini DSC telah berkolaborasi dengan berbagai pihak dan komunitas, diantaranya Podcast Helmy Yahya Bicara, mentoring & coaching dengan MBloc Academy, webinar bersama Asosiasi UMKM APINDO (AUA) dan SMESCO, webinar dan workshop bersama Markplus Institute, serta komunitas ConecWorld.
DSC juga berupaya memperluas segmen audiens berbasis komunitas dan ekonomi keumatan dengan menggandeng NU Circle, LPNU (Lembaga Perekonomian Nahdlatul Ulama), Ansor, hingga HIPSI (Himpunan Pengusaha Santri Indonesia). Kolaborasi itu diwujudkan dalam serangkaian webinar edukatif dan interaktif yang terbuka bagi santri-santri muda Indonesia.
“Digitalisasi membuat sosialisasi DSC dapat mendobrak batasan-batasan sebelumnya. Belajar dari pengalaman tahun 2020, DSC percaya diri dapat lebih banyak menjangkau audiens dengan cara menghadirkan edukasi dan inspirasi bisnis lewat serangkaian webinar dan workshop,” kata Edric.
“Dari situ pula lah kami menjaring 18.233 pendaftar yang merupakan angka pendaftaran tertinggi dalam sejarah DSC. Terima kasih kepada para kolaborator,” pungkasnya.