URtech

Duh! Kasus Malware di Indonesia Tertinggi di Asia Pasifik

Afid Ahman, Senin, 29 Juni 2020 09.05 | Waktu baca 4 menit
WhatsApp ShareFacebook ShareTwitter ShareLinkedin Share
Duh! Kasus Malware di Indonesia Tertinggi di Asia Pasifik
Image: edgecyber

Jakarta - Microsoft merilis hasil riset bertajuk Security Endpoint Threat Report 2019 di Asia Pasifik. Terungkap Indonesia memiliki tingkat malware tertinggi di kawasan ini.

Temuan tersebut berasal dari analisis dari beragam sumber data Microsoft, termasuk 8 triliun sinyal ancaman yang diterima dan dianalisis oleh Microsoft setiap hari, mencakup periode 12 bulan, dari Januari hingga Desember 2019.

"Ketika pertahanan keamanan berkembang dan penyerang mengandalkan teknik-teknik baru, akses unik Microsoft ke miliaran sinyal ancaman setiap hari memungkinkan kami untuk mengumpulkan data dan insights untuk menginformasikan respon kami terhadap serangan siber," kata Mary Jo Schrade, Assistant General Counsel, Microsoft Digital Crimes Unit, Microsoft Asia.

"Laporan Microsoft Security Endpoint Threat bertujuan untuk menciptakan pemahaman yang lebih baik tentang gambaran ancaman yang berkembang dan membantu organisasi meningkatkan tingkat keamanan siber mereka dengan mengurangi dampak serangan yang semakin canggih."

Dalam laporan ini diungkap kalau di kawasan Asia Pasifik terus mengalami tingkat kasus yang lebih tinggi dari rata-rata dunia. Untuk serangan malware mencapai 1,6 kali lebih tinggi, sedangkan ransomware 1,7 kali lebih tinggi.

Indonesia tercatat memiliki tingkat kasus malware tertinggi, yaitu 10,68 persen pada 2019. Meskipun terjadi penurunan 39 persen tahun lalu, ini masih 2 kali lebih tinggi dari rata-rata regional.

Indonesia juga terdaftar memiliki tingkat kasus ransomware tertinggi ke-2 di seluruh wilayah Asia Pasifik, yaitu 0,14 persen, meskipun terjadi penurunan 46 persen tahun lalu. Ini 2,8 kali lebih tinggi dari rata-rata regional.

Menurut Microsoft seringkali kasus malware tinggi berkorelasi dengan tingkat pembajakan dan keamanan dunia maya secara keseluruhan, yang mencakup patching dan pembaruan perangkat lunak secara berkala. Negara-negara yang memiliki tingkat pembajakan yang lebih tinggi dan pengetahuan keamanan dunia maya lebih rendah cenderung lebih banyak terkena dampak dari ancaman dunia siber.

"Patching perangkat lunak, menggunakan software yang sah, dan menjaganya agar tetap diperbarui dapat mengurangi kemungkinan infeksi malware dan ransomware,” jelas Haris Izmee, President Director Microsoft Indonesia.

Laporan keamanan Microsoft turut menyinggung COVID-19. Menurut mereka pandemi ini telah mengubah lanskap dan tetap menjadi perhatian utama bagi individu, organisasi, dan pemerintah di seluruh dunia.

Sejak mulainya wabah, data tim Microsoft Intelligence Protection menunjukkan bahwa setiap negara di dunia telah melihat setidaknya satu serangan bertema COVID-19, dan volume serangan yang berhasil di negara-negara yang terkena wabah tampaknya naik, karena meningkatnya ketakutan dan keinginan informasi terkini.

Dari jutaan pesan phishing yang ditargetkan secara global setiap harinya, sekitar 60.000 di antaranya bertema COVID-19, dengan lampiran berbahaya atau URL (alamat website) jahat.

Penyerang menyamar sebagai entitas mapan seperti Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC), dan Kementerian Kesehatan untuk masuk ke kotak inbox.

"Menurut data kami, kami menemukan bahwa ancaman bertema COVID-19 sebagian besar adalah serangan lama yang telah diubah sedikit untuk dikaitkan dengan pandemi," ungkap Haris.

"Ini berarti penyerang menggunakan infrastruktur mereka yang ada, seperti ransomware, phishing, dan alat pengiriman malware lainnya, dan memasukkan kata kunci COVID-19, untuk memanfaatkan ketakutan massal. Setelah pengguna mengklik tautan berbahaya ini, penyerang dapat menyusup ke jaringan, mencuri informasi, dan mendapatkan uang dari serangan mereka," jelasnya.

Microsoft pun memberikan tips untuk kalangan bisnis dan individu agar tetap aman dan terjauh dari malware.

Petunjuk untuk Pebisnis:

- Miliki perangkat keras dan lunak yang kuat untuk melindungi karyawan dan infrastruktur. Pertimbangkan sistem pertahanan berlapis dan gunakan otentikasi multi-faktor (MFA) untuk karyawan yang bekerja dari rumah. Selain itu, aktifkan perlindungan titik akhir (endpoint protection) dan lindungi dari shadow IT (peralatan teknologi yang tidak dikelola oleh tim IT perusahaan) serta penggunaan aplikasi yang tidak disetujui dengan solusi seperti Microsoft Cloud App Security

- Pastikan pedoman karyawan dikomunikasikan dengan jelas. Ini termasuk informasi tentang cara mengidentifikasi upaya phishing, membedakan antara komunikasi resmi dan pesan mencurigakan yang melanggar kebijakan perusahaan, serta petunjuk pelaporan keamanan internal

- Pilih aplikasi terpercaya untuk panggilan audio/video dan berbagi file yang memastikan enkripsi ujung ke ujung

Petunjuk untuk Individu:

- Update semua perangkat dengan sistem keamanan terbaru dan gunakan layanan antivirus atau anti-malware. Untuk perangkat dengan Windows 10, Microsoft Defender Antivirus adalah layanan built-in gratis yang bisa diaktifkan melalui pengaturan.

- Waspadai tautan dan lampiran, terutama dari pengirim yang tidak dikenal.

- Gunakan otentikasi multi-faktor (MFA) di semua akun. Sekarang, sebagian besar layanan online menyediakan cara untuk menggunakan perangkat seluler Anda atau metode lain untuk melindungi akun Anda dengan cara ini.

- Ketahui cara mengenali upaya phishing dan laporkan email atau komunikasi yang mencurigakan, termasuk mengawasi ejaan dan tata bahasa yang buruk, serta tautan dan lampiran yang mencurigakan dari orang yang tidak Anda kenal.

 

Komentar
paper plane

Berita Terkait
    Berita Terkait