URedu

IHA Mereka Ulang Warisan Sejarah dalam Relevansi Masa Kini

William Ciputra, Minggu, 17 Desember 2023 10.41 | Waktu baca 3 menit
WhatsApp ShareFacebook ShareTwitter ShareLinkedin Share
IHA Mereka Ulang Warisan Sejarah dalam Relevansi Masa Kini
Image: Diskusi publik IHA bertema 'Mereka Ulang Sejarah dalam Relevansi Masa Kini'. (Urbanasia)

Jakarta - Museum dan Cagar Budaya (Indonesian Heritage Agency/IHA) menghadirkan diskusi publik bertajuk ‘Mereka Ulang Warisan Sejarah dalam Relevansi Masa Kini’, pada Kamis (14/12/2023).

Koordinator Komunikasi, Kemitraan, Program, dan Pengembangan Bisnis IHA, Titik Umi Kurniawati menjelaskan, diskusi publik ini merupakan rangkaian dari diskusi dalam rangka ‘Road to warna Baru Warisan Budaya’.

“Rangkaian kegiatan ruang wicara ini merupakan wujud nyata dalam upaya IHA mengoptimalisasi inovasi pelayanan museum melalui kolaborasi berbagai pihak baik para ahli, akademisi, komunitas sejarah dan budaya serta meningkatkan partisipasi publik secara berkelanjutan,” Kamis. 

Kegiatan ruang wicara IHA terdiri dari dua sesi utama, sesi pertama membahas terkait ‘Mencari Makna Baru dalam Cerita Masa Lalu’ dan sesi kedua yang membahas tentang ‘Menggabungkan Narasi Kebudayaan Melalui Wahana Tanpa Batas’. 

Ruang wicara kedua menghadirkan berbagai perwakilan ahli, pakar, dan juga praktisi budaya dan sejarah seperti Christopher Reinhart, Wendi Putranto, Siti Alisa, Alia Swastika, Alex Sihar, dan dipandu oleh Anneke Prasyanti dan Jaka Perbawa. 

Perspektif Berbeda Melihat Kolonial Belanda

Dalam presentasi di sesi yang pertama, Christopher Reinhart yang merupakan seorang sejarawan menjelaskan bahwa ada berbagai perspektif berbeda untuk melihat praktik kolonial Belanda. 

Menurutnya, apa yang terjadi pada masa lalu sangat berpengaruh pada relevansi di masa sekarang. Namun, ia menyebut ada banyak fakta sejarah yang belum banyak dipahami masyarakat. 

“Sehingga pemahaman yang lebih mendalam mengenai aspek-aspek sejarah kolonialisme yang belum banyak diketahui oleh masyarakat menjadi poin penting,” katanya. 

Adanya berbagai perspektif yang berbeda dalam melihat sejarah kolonialisme di Indonesia berdampak pada bagaimana masyarakat Indonesia memahami sejarah dan melestarikannya.

Sehingga hadirnya Indonesian Heritage Agency sebagai badan layanan umum dari Kemendikbud Ristek diharapkan dapat menghadirkan ruang edukasi sejarah dari berbagai perspektif dengan menghadirkan upaya dan inovasi yang relevan dengan generasi muda Indonesia saat ini. 

Pada sesi kedua, ruang wicara IHA membahas lebih mendetail terkait pentingnya menggabungkan berbagai inovasi untuk menggaungkan narasi kebudayaan seperti dengan memanfaatkan Art Exhibition ataupun Film.

Art exhibition atau film ini berperan sebagai media narasi warisan budaya yang dekat dengan kehidupan masyarakat Indonesia dengan memaksimalkan pemanfaatan Dana Abadi Kebudayaan Indonesia. 

Dana Abadi Kebudayaan, seperti yang dijelaskan oleh Alex Sihar, Tenaga Ahli Kebijakan Publik Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kemendikbud Ristek dalam presentasinya pada sesi kedua Ruang Wicara II Indonesian Heritage Agency, merupakan sumber pendanaan yang secara khusus ditujukan untuk memajukan kebudayaan di Indonesia yang dikelola oleh Dana Indonesiana. 

Fokusnya mencakup penjaminan keberlanjutan program pemajuan kebudayaan, dengan ruang lingkup penggunaan dana yang difokuskan pada memfasilitasi inisiatif masyarakat dalam upaya pemajuan kebudayaan. 

Pada tahun 2020, total penerima manfaat fasilitas bidang kebudayaan mencapai total 196 penerima manfaat, jumlah tersebut terus meningkat cukup pesat di tahun 2022 yang mencapai 300 penerima yang tersebar di berbagai wilayah di Indonesia.

Ruang wicara "Road to Warna Baru Warisan Budaya - Shifting Cultures, Reimagining Museums" masih akan dilaksanakan pada tanggal 21 Desember 2023 mendatang. 

Komentar
paper plane

Berita Terkait
    Berita Terkait