URguide

Cerita Pesugihan Monyet Ngujang Tulungagung, Nyawa Jadi Jaminan Kekayaan

Shelly Lisdya, Kamis, 1 September 2022 19.44 | Waktu baca 3 menit
WhatsApp ShareFacebook ShareTwitter ShareLinkedin Share
Cerita Pesugihan Monyet Ngujang Tulungagung, Nyawa Jadi Jaminan Kekayaan
Image: Ilustrasi Monyet. (Freepik/wirestock)

Jakarta - Ada berbagai cara untuk menggapai kesuksesan, selain dengan kerja keras rupanya pesugihan menjadi cara instan seseorang meraih kekayaan.

Salah satunya adalah pesugihan kethek/kera/monyet di Tempat Pemakanan Umum (TPU) Ngujang, Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur.

Di TPU tersebut, terdapat dua makam umum di sisi kiri dan kanan. Kedua makam tersebut saling berhadap-hadapan dan hanya dipisah jalan raya.

Satu komplek pemakaman Pecinan atau Cina, da satunya lagi makam Jawa. Di situlah, tempat hidup dan berkumpulnya ribuan monyet, atau warga sekitar biasa menyebutnya lokasi Kethekan.

Mengutip dari berbagai sumber, para pelaku pesugihan monyet biasanya akan melakukan ritual hingga akan mengorbankan nyawa sebagai tumbal.  

Sama halnya seperti pesugihan yang lain, pesugihan monyet juga membutuhkan tumbal darah dan nyawa makhluk hidup. Tumbal yang dimaksud sebenarnya tak hanya manusia, karena bisa dengan bentuk hewan, seperti ayam cemani, kambing, kerbau yang semuanya sudah mati.

Namun, apabila ada tumbal manusia yang akan diserahkan, biasanya sosok manusia itu harus orang dekat seperti keluarga.

Syarat utama dari pesugihan ini, mereka diminta memelihara monyet yang telah diberikan oleh makhluk gaib. Namun, jika ada perjanjian yang dilanggar, akibatnya nyawa pelaku pesugihan diambil oleh makhluk gaib karena dijadikan tumbal.

Setelah melalui berbagai rangkaian proses ritual, pelaku pesugihan monyet ini akan mendapat seekor monyet. Monyet ini harus dirawat selayaknya seseorang memeliharan hewan kesayangan.

Melalui perantara monyet inilah, para pelaku pesugihan akan meraup kekayaan dengan cepat dan instan. 

"Sebelum dihadiahi seekor monyet, para pelaku pesugihan diminta melakukan ritual terlebih dahulu. Dan setiap tahun pada tanggal 1 Suro, semua orang yang pernah mencari pesugihan di Ngujang, dimintai sumbangan tertentu untuk mengadakan ritual semacam selamatan. Semua orang yang pernah mencari pesugihan di sana akan diundang dalam acara selamatan tersebut," ujar warga Sidoarjo, Toif yang pernah berkunjung ke Ngujang.

Mereka yang melakukan pesugihan monyet pun sebenarnya memiliki ciri-ciri tertentu, seperti bergelagat berbeda dibandingkan orang lain. Kemudian aura wajahnya yang terlihat kusam atau gelap karena melakukan praktik ilmu hitam.

Ada pula yang menyebut jika orang yang melakukan pesugihan monyet, orang tersebut memiliki kelakuan seperti monyet. Pasalnya sosok jin yang mereka puja akhirnya bisa masuk dan meresapi dalam kehidupan sehari-hari. Belum lagi aroma tubuh cenderung mengeluarkan bau busuk.

Dari mitos yang beredar di masyarakat, ada juga yang menyebut monyet-monyet ini merupakan jelmaan murid-murid Sunan Kalijaga yang enggan belajar. Pada zaman dahulu, dikisajka para murid-murid nakal ini tak mengidahkan wejangan yang sedang disampaikan oleh Sunan Kalijaga, malah bermain di atas pohon.

Selain itu, tak sedikit pula yang yakin jika kera tersebut dilindungi hal gaib dari murid kesayangan Sunan Kalijaga, yaitu Eyang Sentono Renggo yang dikenal melakukan babat alas di Ngujang. 

Kera-kera tersebut dianggap keramat oleh warga sekitar, sehingga warga tak berani mengusir ataupun mengganggu keberadaan kera tersebut. Pun hingga sampai kini masih banyak warga yang berkunjung ke pemakaman tersebut untuk melakukan pesugihan.

Itu dia cerita mengenai pesugihan monyet di Ngujang, apakah Urbanreaders percaya?

Komentar
paper plane

Berita Terkait
    Berita Terkait