Hati-hati! Anggap Wajar Hustle Culture Akan Merugikan Diri Sendiri

Jakarta - Saat ini, hustle culture nampaknya menjadi hal normal bagi banyak orang di dunia pekerjaan. Khususnya kaum milenial dan Gen Z yang sangat ambisius dan kompetitif.
Mungkin secara tak sadar kamu pernah melakukannya, terutama dalam gaya hidup yang sangat kompetitif dan serba cepat saat ini.
Dalam beberapa kasus, memiliki hustle culture adalah hal yang baik. Namun, jika kamu melakukannya di lingkungan kerja, itu bisa menjadi hal yang merugikan.
Baca Juga: Hustle Culture : Gila Kerja Bahayakan Jiwa
Masalahnya, hustle culture telah menjadi standar bagi banyak orang untuk mengukur hal-hal seperti produktivitas dalam bekerja. Apakah itu baik? Tentu tidak.
Hustle culture tidak sehebat yang kamu bayangkan dan ini dapat berbahaya baik bagi individu ataupun lingkungan tempat kerja. Secara kasat mata, mungkin ini baik dilakukan, tetapi jika dicermati, setidaknya kamu harus berhati-hati dalam mempraktikkannya.
Secara sederhana, hustle culture adalah bekerja secara terus menerus. Artinya, mencurahkan semua waktu kamu untuk kerja, kerja, dan kerja. Tidak ada aturan waktu yang ditetapkan dalam bekerja. Di mana pun kamu berada, seperti di kantor, di rumah, di cafe, atau tempat lainnya, kamu akan terus bekerja.
Seperti yang dikatakan sebelumnya, generasi milenial dan Gen Z sangat berperan dalam budaya ini. Itu mengapa dua generasi tersebut sering disebut sebagai generasi burnout (stres berat akibat pekerjaan).
Pasang batasan dalam bekerja dan coba atur prioritas. Seperti yang dikatakan oleh Yudha Heka S, seorang Psikolog Industri dan Organisasi, Grafolog dan Psikoterapis.
“Lebih tepatnya kita lebih aware kalau pekerjaan itu tidak ada habisnya. Kalau kita cari. pasti ada aja pekerjaan. Yang perlu kita sadari adalah membatasi manakah pekerjaan yang idealnya dilakukan saat ini, manakah pekerjaan yang sekiranya bisa kita delegasikan atau kita pause dulu dan lakukan di esok hari agar kehidupan personalnya juga berjalan baik,” ujar Yudha dalam live Instagram URlife bersama Urbanasia, Jumat (21/1/2022).
Baca Juga: Dunia dalam Jerat Hustle Culture
Perasaan terkurasnya energi atau kelelahan, perasaan negatif atau sinisme, dan berkurangnya profesionalisme adalah gejala dari burnout.
Mungkin tidak ada jalan keluar jika sulit untuk keluar dari budaya tersebut, namun kita bisa mengambil sudut pandang berbeda saat menghadapinya. Cobalah untuk menilai kembali bagaimana kita mendefinisikan ‘Ketahanan’ di tempat kerja.