URguide

Mutual Abuse, Ketika Melawan pada Pelaku KDRT Bukan Hal yang Salah

Alfian Muntahanatul Ulya, Kamis, 1 Desember 2022 16.42 | Waktu baca 2 menit
WhatsApp ShareFacebook ShareTwitter ShareLinkedin Share
Mutual Abuse, Ketika Melawan pada Pelaku KDRT Bukan Hal yang Salah
Image: Ilustrasi KDRT (Pexels)

Jakarta - Mutual abuse, istilah yang mungkin masih terdengar asing di telinga kita, tapi sebut saja ini sebagai gambaran untuk pasangan yang memang bertujuan untuk saling melecehkan satu sama lain, beda kasus dengan perlawanan korban saat terjadi KDRT (kekerasan dalam rumah tangga)

Tapi apakah mutual abuse memang ada? Melansir Domestic Shelters, Kamis (1/12/2022), istilah ini jarang disebut karena keberadaannya di lapangan jarang sekali ditemui, Urbanreaders. Terlebih lagi dalam kasus-kasus KDRT.

Lalu mengapa bisa dimiripkan begitu? Bisa jadi karena KDRT identik dengan salah satu pihak yang memang memakai kekuasaan untuk mengontrol pasangannya, dan bahkan sering kali menggunakan kekerasan untuk memenuhi keinginannya. Tapi sekali lagi, KDRT tidak sama dengan mutual abuse ya, Urbanreaders.

Nah sebenarnya istilah mutual abuse sendiri pun juga kurang tepat, Guys. Saat seseorang merespons tindakan pelaku dengan reaksi emosional, itu nggak sama dengan saling menguntungkan. Tapi hal itu terjadi secara naluriah untuk membela diri, jadi nggak ada semacam kepuasan tertentu setelah merespons.

Dengan mengatakan pasangan itu saling melecehkan hanya karena korban nggak tinggal diam, justru bisa berakibat fatal. Sebab secara nggak langsung, kesalahan akhirnya dilimpahkan pada korban, ya bisa dibilang semacam playing victim

Padahal reaksi korban yang marah, sedih, kecewa adalah hal yang sangat lumrah sebagai manusia biasa. Jadi dengan melimpahkan kesalahan ke korban, justru seakan mendukung perilaku si abuser, karena mau bagaimana pun KDRT nggak bisa dibenarkan.

Lalu bagaimana dengan respons korban KDRT yang melakukan perlawanan? Bukankah itu juga menguntungkan mereka? Tentu saja nggak begitu. Hal ini pun senada dengan yang dikatakan oleh pensiunan sersan polisi dan konsultan saksi KDRT, Sacramento.

"Mereka tidak menginginkan kekuasaan dan kendali. Mereka ingin kekuasaan dan kontrol dihentikan," ujar Sacramento.

Jadi apa yang dianggap sebagai 'kekerasan timbal balik' itu sebenarnya bentuk perlawanan yang memang mereka gunakan untuk melindungi diri dari pelaku KDRT, bukan untuk mengontrol pasangan seperti yang dilakukan abuser ini.

Lagi-lagi mutual abuse ini nggak dibenarkan adanya oleh seorang psikolog klinis di California State University Fullerton, Mindy Mechanic yang berfokus pada kekerasan antar individu.

"Mereka tidak memulai kekerasan, dan mereka tidak menggunakannya dengan motivasi untuk membatasi atau mengendalikan pasangan," tandas Mechanic.

Mechanic menambahkan, memang ada jenis pelecehan timbal balik atau 'saling menguntungkan' seperti mutual abuse. Ini sering disebut dengan kekerasan pasangan situasional, tapi itu juga berbeda dari KDRT ya, Guys.

Kesimpulannya, melakukan defense dari pelecehan atau bereaksi terhadapnya nggak membuat seseorang menjadi pelaku, bahkan meski abuser itu sendiri mendorong dan meyakinkan korban demikian. Bisa jadi itu bentuk manipulasi dan guilt tripping yang pelaku coba lakukan untuk kembali mengendalikan korban.

Komentar
paper plane

Berita Terkait
    Berita Terkait