URnews

Hari Guru Sedunia 2020, Ini Pesan dan Harapan Para Guru di Jatim

Nivita Saldyni, Senin, 5 Oktober 2020 15.57 | Waktu baca 3 menit
WhatsApp ShareFacebook ShareTwitter ShareLinkedin Share
Hari Guru Sedunia 2020, Ini Pesan dan Harapan Para Guru di Jatim
Image: Ilustrasi guru mengajar. (GTK Kemendikbud)

Surabaya - Urbanreaders tahukah kamu kalau hari ini adalah Hari Guru Sedunia? Yap, Hari Guru Sedunia diperingati pada 5 Oktober setiap tahunnya, sejak 1994 silam.

Pada tahun ini, Hari Guru Sedunia dirayakan di tengah kondisi pandemi COVID-19, sebagaimana pendidikan di berbagai tingkat masih dianjurkan untuk dilakukan secara online. Di sinilah guru kembali dihadapkan dengan berbagai tantangan.

Fauziyatul Iffah salah satu guru di MAN 1 Lamongan, Jawa Timur mengatakan selama pembelajaran jarak jauh ia mengaku sering mendapat curhatan dari para siswa atas kendala yang dialami.

"Kalau saya dapati dari anak-anak kendala di penggunaan medianya, kadang-kadang ada yang beralasan tidak punya, rusak, dan sebagainya. Tapi saya dalam proses pembelajaran tidak terlalu menyulitkan mereka," kata Iffah kepada Urbanasia, Senin (5/10/2020).

Untuk itu menurutnya, guru tak perlu terlalu membebani siswa dengan tugas yang terlalu berat. Bahkan, di masa pandemi inilah guru harus bisa menjadi motivator untuk para siswanya.
 
"Menjadi guru itu menurut saya adalah sebagai motivator, yang berperan utama adalah anak. Sehingga kita tidak perlu menuntut anak-anak dengan banyak tugas-tugas yang diberikan," katanya 
 
Selain itu ia pun berharap agar pemerintah bisa memberikan akses pendidikan yang lebih baik kepada guru dan siswa, seperti ketersediaan komputer dan akses internet. Terutama bagi mereka yang berada di daerah-daerah terpencil.

Sementara itu, Nur Izzatul Ulum, salah satu pengajar di Pondok Pesantren Amanatul Ummah Surabaya yang telah melakukan pembelajaran tatap muka mengatakan pengawasan terhadap protokol kesehatan yang ketat di lingkungan pondok jadi salah satu kendala.

Belum lagi keterbatasan untuk bertemu orang tua seringkali membuat siswa kurang fokus.

"Dilarangnya santri bertemu orang tuanya terkadang membuat kelas menjadi kurang kondusif. Sehingga santri lebih banyak mengeluh dan tidak fokus pada pelajaran," kata Izza.

Namun terlepas dari itu semua ia berpesan untuk seluruh siswa dan para guru di Indonesia untuk tetap bertahan di masa yang sulit ini."Tetaplah bertahan, tetaplah belajar karena setelah pandemi, hidup akan kembali berjalan dan kita harus siap menghadapi itu," pesannya.

Ia pun berharap agar guru-guru di dunia, khususnya di Indonesia bisa mendapatkan perlindungan dari pemerintah setempat khususnya mereka yang telah mulai melaksanakan pembelajaran tatap muka.

"Semoga pendidikan dapat diterima oleh murid dengan sama rata. Serta keselamatan kerja guru dapat dijamin oleh negara, mengingat adanya situasi pandemi," tutupnya.

Sementara itu berdasarkan data Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) hingga Juni 2020 mencatat terdapat 96,6 persen siswa belajar sepenuhnya dari rumah.

Kemudian 3,3 persen siswa masih belajar bergantian di rumah dan di sekolah, dan 0,1 persen lainnya belajar dari sekolah karena tidak ada yang mendampingi belajar dari rumah.

Adapun kendala pada guru dan siswa masih didominasi oleh jaringan internet yang kurang memadai. Bahkan tak sedikit juga siswa kesulitan memahami materi selama pembelajaran online ini. Belum lagi ada 48,45 persen guru di Indonesia mengaku kesulitan menggunakan teknologi selama pembelajaran jarak jauh.

Komentar
paper plane

Berita Terkait
    Berita Terkait