Hari Kesehatan Mental Sedunia: COVID-19 Bikin Orang Cemas & Depresi

Jakarta - 10 Oktober diperingati dengan Hari Kesehatan Mental Dunia. Namun, tahun ini juga bertepatan dengan adanya wabah virus pandemi COVID-19.
Sebelum membahas lebih jauh terkait kesehatan mental akibat COVID-19, Urbanasia akan menjelaskan sedikit apa itu kesehatan mental.
Kesehatan mental seseorang dapat berubah dengan adanya perubahan-perubahan di lingkungan sekitarnya. Terlebih apabila seseorang itu memiliki trauma masa kecil atau inner child, tekanan, hingga KDRT.
Apabila kesehatan mental seseorang terganggu, maka akan timbul gangguan mental atau penyakit mental. Gangguan mental dapat merubah cara seseorang dalam menangani stres, berinteraksi, pola pikir, membuat keputusan, hingga memicu menyakiti diri sendiri.
Baca Juga: 5 Cara Atasi Gangguan Mental
Sekadar diketahui, ada beberapa jenis gangguan mental yang umum ditemukan, seperti misalnya depresi, gangguan bipolar, kecemasan, gangguan stres pasca trauma (PTSD), gangguan obsesif kompulsif (OCD), dan psikosis. Beberapa penyakit mental hanya terjadi pada jenis pengidap tertentu, seperti postpartum depression hanya menyerang ibu setelah melahirkan.
Sementara itu, dari survei yang dikeluarkan Badan Kesehatan Dunia atau World Health Organisation (WHO) menyebutkan, setidaknya 93 persen negara telah menghentikan layanan kesehatan.
Padahal, saat pandemi COVID-19, tak sedikit masyarakat di dunia mengalami gangguan mental akibat terlalu takut atau cemas terhadap wabah, karantina hingga ekonomi melemah.
"Padahal banyak yang membutuhkan, tetapi COVID-19 telah mengganggu layanan kesehatan mental di seluruh dunia," ujar Direktur Jenderal WHO, Dr. Tedros Adhanom Ghebreyesus, seperti dikutip dari WHO.int.
Sementara di Indonesia, dari data Kementerian Kesehatan (Kemenkes) melaporkan bahwa 6,8 persen dari 260 juta penduduk pernah menderita gangguan kecemasan selama pandemi COVID-19.
Bahkan, sejak Maret hingga Agustus sebanyak 14.619 orang mendapat perawatan dari anggota Ikatan Psikolog Klinik Indonesia (IPK Indonesia). Dari laporan, paling mereka merasakan kesulitan belajar, kecemasan, stres, gangguan mood dan depresi.
Sementara itu, dari hasil studi pemeriksaan diri yang dilakukan Persatuan Psikiater Indonesia (PDSKJI) menemukan 57,6 persen partisipan teridentifikasi mengalami gejala depresi.
Bahkan 58,9 persen partisipan melaporkan pernah berpikiran untuk bunuh diri atau menyakiti diri sendiri, dengan 15,4 persen mengalaminya setiap hari.
Baca Juga: 4 Efek Sering Rebahan Buat Kesehatan Mental
Guna menjaga kesehatan mental saat pandemi COVID-19, sebaiknya kalian lebih banyak melakukan aktivitas fisik seperti workout di rumah, menghilangkan stres dengan merubah pola pikir, mengonsumsi makanan bergizi, membuat planning ke depan, kemudian memilah informasi agar tidak stres.