URnews

Hasil Riset Sebut 16 Ribu Anak di Jatim Depresi Akibat Virus Corona

Nivita Saldyni, Jumat, 26 Juni 2020 14.43 | Waktu baca 3 menit
WhatsApp ShareFacebook ShareTwitter ShareLinkedin Share
Hasil Riset Sebut 16 Ribu Anak di Jatim Depresi Akibat Virus Corona
Image: Ilustrasi depresi / rd.com

Surabaya - Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak dan Kependudukan (DP3AK) Provinsi Jawa Timur, Andriyanto mengungkap fakta menarik tentang kondisi anak selama pandemi COVID-19. Ia menyebut bahwa ada sekitar 16 ribu anak di Jatim mengalami depresi akibat COVID-19.

Hal ini disampaikan oleh Kepala DP3AK Jatim, Andriyanto dalam Webinar Aliansi Pelajar Surabaya yang digelar Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Jatim, Kamis (25/6/2020)

"Riset Kesehatan Dasar menyebutkan ada 1,6 persen anak mengalami depresi. Dari 42 juta jiwa penduduk Jatim, anak usia 0-18 mencapai 10,87 juta dan 16 ribu anak diantaranya mengalami depresi selama masa COVID-19, ini fakta," kata Andriyanto dalam webinar tersebut.

Dalam webinar bertajuk 'Mental Anak Menghadapi New Normal, Apa Peran Kita?' itu, Andriyanto mengatakan bahwa pandemi ini telah memberikan dampak bagi seluruh sektor kehidupan manusia. Hal inilah yang melatarbelakangi terjadinya depresi pada anak-anak dan juga masyarakat luas.

Selain depresi, persoalan ekonomi yang dihadapi keluarga dan keberadaan kasus positif COVID-19 pada anak-anak juga menjadi tantangan di masa pandemi ini.

Bahkan angka stunting di Jatim juga meningkat selama pandemi loh.  Padahal di 2019 lalu Jatim berhasil menekan angka stunting je angka 27,5 persen dari 30,8 persen. Dari data yang dimilikinya, masalah ini muncul karena banyaknya orang tua yang mengalami PHK sehingga kecukupan pangan ikut turun. 

"Selain kesulitan ekonomi dan banyaknya jumlah anak yang terkonfirmasi positif di Jatim, kasus lain yang muncul adalah besarnya jumlah anak yang mengalami depresi," katanya, seperti dikutip dari Antara.

Sebagai langkah antisipasi, Andriyanto mengatakan bahwa di masa transisi normal baru ini anak harus diajak secara perlahan untuk mengatur manajemen mental mereka. Dengan cara ini, anak diharapkan bisa beradaptasi dengan protokol di masa transisi new normal dan tak lagi mengalami depresi.

"Ini harus kita bangun, bagaimana kita mengatur mental anak, serta jangan dijadikan objek. Anak harus dijadikan subjek. Kalau seandainya anak berani menegur teman dan orang tua, ini menjadi sesuatu yang luar biasa. Berikan peran kepada mereka agar bisa berada pada jalan yang lurus," katanya.

Selain memerbaiki manajemen mental anak, tak lupa mendekatkan diri kepada Tuhan adalah solusi terbaik. Sehingga anak bisa tetap dekat dengan Sang Pencipta.

Sementara itu, Pendiri Yayasan Alit Indonesia Yuliati Umrah yang hadir dalam webinar itu juga ikut menyumbangkan solusi. Memurutnya cara terbaik lainnya agar anak tak stress selama pandemi adalah dengan memberinya ruang berekspresi.

"Bagaimana ruang rumah menjadi nyaman bagi anak. Ruang partisipasi anak harus diperbanyak, terutama pada minat dan bakat mereka," katanya.

Selain itu, Direktur Lembaga Psikologi dan Pengembangan SDM Media Hati, Nurul Indah Susanti selaku Wakil Ketua Umum Bidang SDM dan Ketenagakerjaan Kadin Jatim berpesan agar anak-anak mendapat kesempatan dan perhatian lebih dari keluarganya.

 "Anak itu tidak ingin yang bertele-tele. Beri mereka ruang, penghargaan, cinta, kasih sayang, dan perhatian yang lebih," pungkasnya. 

Komentar
paper plane

Berita Terkait
    Berita Terkait