URstyle

Hasil Riset Sebut 68 Persen Warga Indonesia Alami Gangguan Jiwa saat Pandemi

Anisa Kurniasih, Kamis, 15 Oktober 2020 12.29 | Waktu baca 2 menit
WhatsApp ShareFacebook ShareTwitter ShareLinkedin Share
Hasil Riset Sebut 68 Persen Warga Indonesia Alami Gangguan Jiwa saat Pandemi
Image: Jangan ragu untuk berkonsultasi dengan psikolog tentang pikiran stres (Photo by christopher lemercier on Unsplash)

Jakarta - Selama masa pandemi COVID-19, kesehatan mental menjadi salah satu isu yang mendapat sorotan terutama di Indonesia. 

Banyaknya tantangan yang datang dari berbagai sektor seperti lingkungan, ekonomi dan Kesehatan membuat masyarakat rentan akan masala psikologi.

Hal tersebut juga menjadi perhatian Ikatan Psikolog Klinis Indonesia (IPK Indonesia) dan Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa Indonesia (PDSKJI) yang merilis hasil temuan lapangan dan riset, sekaligus mengantisipasi penanganan potensi masalah psikologis akibat beragam tantangan ke depan.

PDSKJI mencatat selama Oktober 2020, jumlah pengisian swaperiksa masyarakat di web PDSKJI berjumlah 5661 buah, berasal dari 31 provinsi dengan temuan 68% mengalami masalah psikologis dan 32% tidak ada masalah gangguan Kesehatan Jiwa selama pandemi.

“Selama Oktober 2020, jumlah pengisian swaperiksa masyarakat di web PDSKJI berjumlah 5661 buah, berasal dari 31 provinsi dengan temuan 68 persen mengalami masalah psikologis dan 32 persen tidak ada masalah psikologis,” ujar Ketua Umum PDSKJ, dr Diah Setia Utami Sp.KJ, MARS dalam pernyataannya di konferensi pers virtual, Rabu (14/10/2020).  

Lebih lanjut, ia mengatakan, ada sebanyak 67,4 persen masyarakat memiliki gejala cemas dengan terbanyak kelompok usia dibawah 30 tahun. Sementara, 67,3 persen mengalami depresi selama masa pandemi di Indonesia. 

Menurutnya, dari total orang yang depresi tersebut, 68 persen berpikir untuk memilih bunuh diri, atau ingin melukai diri dan orang lain dengan cara apapun. Kondisi ini sudah termasuk memasuki kategori gangguan jiwa sedang menuju berat.  

Selain itu, ada sebanyak 74,2 persen masyarakat yang mengalami gejala trauma psikologis. Trauma yang dialami yakni selalu merasa waspada secara terus-menerus, merasa sendirian, merasa ditinggalkan serta merasa terisolasi saat pandemi. 

“Bayangkan trauma psikologis nya ada orang tua nya meninggal dunia secara bersamaan, dan tidak ada yang menemani sanak keluarganya karena orangtuanya meninggal dunia disebabkan terkena COVID-19. Lalu masalah keributan rumah tangga hingga masalah ekonomi yang menimbulkan perceraian,” jelas Diah. 

Ia menegaskan, tren peningkatan gangguan kesehatan jiwa ini perlu ditindaklanjuti agar tidak menyebabkan gangguan yang lebih parah di kemudian hari. Semua komponen perlu bekerjasama dan memperhatikan tersebut. 

“Pemerintah dan tenaga profesional harus melakukan edukasi pada masyarakat untuk emmeriksakandiri atas Kesehatan jiwa nya, lalu perlu adanya pendampingan, dan mendapatkan akses layanan Kesehatan yang mudah dan aman,” tutur dr Diah.

 

Komentar
paper plane

Berita Terkait
    Berita Terkait