URstyle

Heboh Ratusan Mahasiswa Bandung HIV, Kemenkes: Itu Kasus Akumulatif 31 Tahun

Putri Rahma, Senin, 29 Agustus 2022 17.56 | Waktu baca 3 menit
WhatsApp ShareFacebook ShareTwitter ShareLinkedin Share
Heboh Ratusan Mahasiswa Bandung HIV, Kemenkes: Itu Kasus Akumulatif 31 Tahun
Image: unmul.ac.id

Jakarta - Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Kota Bandung sebelumnya mencatat kasus penularan HIV AIDS pada Desember 2021 ada 12.358.

Kasus tersebut pun berasal dari semua kalangan dan profesi hingga mahasiswa. Kasus penularan tersebut mencapai hingga 5.943 kasus, dan mahasiswa yang positif mengidap penyakit HIV AIDS mencapai 414 kasus atau sekitat 6,97 persen.

Disisi lain, pejabat Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mengatakan bahwa sebanyak 407 mahasiswa di Kota Bandung yang positif HIV ini merupakan angka akumulasi selama 31 tahun.

"Data tersebut merupakan jumlah akumulasi sejak tahun 1991, bukan data 1 tahun. Kasus ini akumulatif selama 31 tahun," kata Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kementerian Kesehatan Maxi Rein Rondonuwu  di Jakarta, pada Senin (28/8/2022).

Ia mengatakan bahwa berdasarkan dari data pengidap HIV AIDS yang dimiliki oleh Kemenkes sejak tahun 1991 hingga Agustus 2022 di Kota Bandung, ada total 10.700 kasus dan sebanyak 407 dialami kelompok berisiko tinggi dari kalangan mahasiswa.

Maxi juga mengatakan tren peningkatan kasus per tahun di Kota Bandung ini relatif tidak terlampau tinggi. Pada 2019 pernah dilaporkan dalam setahun terdapat 25 kasus.

"Kalau kihat rata-rata per tahun, hanya 11 kasus atau per bulan 1 kasus. Kalau dilihat, dalam setahun ada 11-12 kasus itu perlu antisipsi, sebab satu orang terinfeksi di populasi sangat heterogen misalnya di kampus yang itu perlu perhatian dari semua pihak, terutama pemerintah daerah," jelas Maxi.

Maxi juga menuturkan bahwa berdasarkan data epidemiologi HIV secara nasional, jumlah kasus paling tinggi berada di DKI Jakarta yaitu sekitar 90.900 kasus dan disusul oleh Jawa Timur, Jawa Barat, Jawa Tengah, Papua, Bali, Sumatera Utara, Banten, Sulawesi Selatan, dan Kepulauan Riau.

Ia menyampaikan Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Barat dan Pemerintah Kota (Pemkot) Bandung merupakan daerah yang memiliki program penanggulangan HIV AIDS yang baik secara nasional.

Hal tersebut ditunjukkan berdasarkan hasil dari pelacakan kasus yang bergulir secara konsisten setiap tahunnya dengan rata-rata melebihi 75 persen target untuk menemukan pasien dan penanganan pengobatan.

"Kota Bandung sangat intensif melakukan skrinning terutama pada populasi kunci, salah satunya mahasiswa,"ucapnya.

Maxi mengatakan bahwa seluruh temuan kasus HIV AIDS ini dapat diobati menggunakan Antiretroviral (ARV) untuk mengurangi risiko penularan HIV, menghambat perburukan infeksi oportunistik, meningkatkan kualitas hidup bagi penderita HIV serta menurunkan jumlah virus dalam darah agar tidak terdeteksi.

Kemenkes juga mendorongan seluruh pemerintah untuk mengintensifkan pelacakan kasus yang menyebar di sejumlah populasi kunci seperti lelaki seks dengan lelaki (LSL), pekerja seks komersial (PSK), dan mahasiswa.

"Populasi kunci yang paling tinggi persentasinya, yaitu LSL mencapai 49-50 persen," katanya.

Selain itu, penularan HIV juga perlu diwasapadai pada ibu hamil yang menyusul temuan kasus di Jawa Barat mencapai 14 persen.

"Yang paling penting pelacakan di populasi kunci perlu edukasi agar ada kesadaran melakukan testing," jelasnya.

Maxi juga menerangkan pentingnya kesadaran agar para pengidap HIV paham tentang risiko penyakit sehingga dapat mengakses layanan pengobatan untuk mempertahankan kualitas hidup.

Komentar
paper plane

Berita Terkait
    Berita Terkait