URstyle

Inggris Uji Coba Vaksin Virus Corona Pertama pada Manusia

Kintan Lestari, Jumat, 24 April 2020 15.37 | Waktu baca 3 menit
WhatsApp ShareFacebook ShareTwitter ShareLinkedin Share
Inggris Uji Coba Vaksin Virus Corona Pertama pada Manusia
Image: Ilustrasi. (Pixabay/geralt)

London - Inggris baru saja memulai uji coba vaksin virus corona pada manusia. Uji coba pertama di Eropa itu dimulai di Oxford.

Dua relawan, dari 800 orang direkrut untuk penelitian, berkesempatan jadi yang pertama disuntikkan vaksin tersebut.

Relawan yang satu akan menerima vaksin COVID-19, dan yang satunya lagi menerima vaksin kontrol yang melindungi dari meningitis tetapi bukan virus corona. Meski demikian kecuali dokter, relawan tidak akan tahu vaksin mana yang mereka dapatkan.

Salah seorang relawan yang menerima suntikan, Elisa Granato, mengatakan kalau dirinya akan mendukung proses ini.

"Saya seorang ilmuwan, jadi saya ingin mencoba untuk mendukung proses ilmiah di mana pun saya bisa," katanya seperti dikutip dari BBC.

Vaksin ini dikembangkan dalam waktu kurang dari tiga bulan oleh sebuah tim di Universitas Oxford. Profesor vaksinologi di Jenner Institute, Sarah Gilbert, memimpin penelitian pra-klinis.

"Secara pribadi saya memiliki tingkat kepercayaan yang tinggi terhadap vaksin ini," papar Gilbert.

"Tentu saja, kita harus mengujinya dan mendapatkan data dari manusia. Kita harus menunjukkan itu benar-benar bekerja dan menghentikan orang yang terinfeksi virus corona sebelum menggunakan vaksin pada populasi yang lebih luas," lanjutnya.

Vaksin ini dibuat dari virus flu biasa (dikenal sebagai adenovirus) versi lemah dari simpanse yang telah dimodifikasi sehingga tidak dapat tumbuh pada manusia. Cara ini dilakukan karena sebelumnya tim di Oxford sudah membuat vaksin untuk Mers yang merupakan tipe lain dari virus corona, dan pendekatan itu berhasil.

Meski optimis akan hasil kerja vaksin, namun tim peneliti butuh data yang cukup untuk mengetahui apakah vaksin ini bekerja dengan baik atau tidak. Dan cara untuk mengetahui itu adalah dengan membandingkan jumlah orang yang terinfeksi virus corona dalam beberapa bulan ke depan dari dua kelompok percobaan. 

Namun Direktur Kelompok Vaksin Oxford, Profesor Andrew Pollard, mengungkap akan bermasalah bila kasus COVID-19 di Inggris cepat tertangani karena data untuk penelitian jadi tidak cukup.

"Kami mengejar akhir dari gelombang epidemi saat ini. Jika kami tidak menangkapnya, kami tidak akan dapat memastikan apakah vaksin bekerja dalam beberapa bulan ke depan. Tetapi kami berharap bahwa akan ada lebih banyak kasus di masa depan karena virus ini belum hilang," ujarnya. 

Para peneliti memprioritaskan vaksin dicobakan pada rekrutmen petugas layanan kesehatan lokal karena mereka lebih mungkin terkena virus daripada yang lain. Uji coba yang lebih besar, sekitar 5.000 relawan, akan dimulai dalam beberapa bulan mendatang dan tidak memiliki batasan usia. Untuk relawan orang tua, peneliti menilai kemungkinan mereka perlu mendapat dosis dobel karena sistem imun mereka lebih lemah terhadap vaksin.

Karena pertama kalinya di uji cobakan pada manusia, amankah vaksin ini?

Relawan uji coba akan dimonitor dengan cermat dalam beberapa bulan mendatang. Mereka telah diberitahu bahwa mungkin akan muncul reaksi seperti sakit lengan, sakit kepala atau demam dalam beberapa hari pertama setelah vaksinasi. Mereka juga diberi tahu ada risiko teoretis bahwa virus itu dapat memicu reaksi serius terhadap virus corona. Namun tim peneliti Oxford menyatakan kalau risiko vaksin menghasilkan penyakit yang disempurnakan sangat kecil.

Para peneliti berharap satu juta dosis sudah siap pada bulan September, dan lebih banyak lagi setelahnya, jika vaksin terbukti efektif.

Selain tim Oxford, tim lain di Imperial College London berharap memulai uji coba vaksin pada manusia dimulai bulan Juni. Kedua tim ini menerima lebih dari £ 40 juta (atau sekitar Rp 669 miliar) dana pemerintah untuk mengembangkan vaksin COVID-19.

 

Komentar
paper plane

Berita Terkait
    Berita Terkait