URtrending

Jadi Cagar Budaya, Ini Fakta Hotel Niagara Malang yang Terkenal Angker

Shelly Lisdya, Kamis, 25 Maret 2021 20.36 | Waktu baca 3 menit
WhatsApp ShareFacebook ShareTwitter ShareLinkedin Share
Jadi Cagar Budaya, Ini Fakta Hotel Niagara Malang yang Terkenal Angker
Image: Hotel Niagara Malang. (Lisdya/Urbanasia)

Malang - Hal-hal mistis di Indonesia memang menjadi daya tarik dan tak sedikit pula yang mempercayainya. Belakangan ini, kembali viral hotel di Malang, Jawa Timur yang terkenal angker menjadi perbincangan hangat netizen.

Disebut dengan hotel paling angker dan banyak hal-hal mistis, seperti suara ketukan di tengah malam, arwah gadis yang gantung diri, penunggu lantai empat, hantu tiga Noni Belanda, tangisan bayi hingga tempat bunuh diri ini dibantah oleh pihak hotel. 

General Manager Hotel Niagara, Ongko Budihartanto mengatakan, jika kabar tersebut sama sekali tidak benar. Ia pun kecewa dengan isu yang beredar di media sosial, pasalnya, ia mengaku sangat susah ketika menjaga dan mengelola hotel yang masuk sebagai cagar budaya yang dilindungi.

"Sebagai general manager dari hotel ini sekaligus ahli waris dari Ong Kie Tjai atau Babahong, saya menjelaskan bahwa mengelola hotel yang sekaligus sebagai cagar budaya yang dilindungi oleh undang-undang memang bukanlah hal yang mudah, apalagi hotel ini sudah mendapatkan pencitraan yang negatif dari masyarakat sekitar," ujarnya seperti dikutip Urbanasia, Kamis (25/3/2021).

Melalui kanal YouTube P.R.E.S OFFICIAL, selama 20 tahun mengelola hotel yang menjadi ikon Kecamatan Lawang tersebut, tidak pernah sama sekali mengalami hal-hal aneh atau dilihatkan sosok penunggu hotel.

"Itu semua hanyalah isu dan omong kosong belaka, karena lebih dari 20 tahun saya mengelola hotel ini, saya tidak pernah mendapatkan gangguan dari apapun," terangnya.

Hotel Niagara yang rancangan arsitek bangunan ini merupakan perpaduan arsitek bergaya Brasil, Belanda, Tiongkok dan Victoria ini, dikatakan Ongko, banyak pengunjung baik domestik maupun manca negara yang memuji keunikan hotel tersebut.

"Bahkan pengunjung pun tidak pernah mengeluh hal-hal seperti itu, yang ada pengunjung itu memberikan hal-hal positif, tentang kehebatan dan keunikan dari hotel ini. Misalnya dari bangunannya yang klasik arsiteknya yang merupakan perpaduan dari Hindia Belanda serta ornamen-ornamen yang kita temukan setiap pojok bangunan ini, bahkan kami mendapatkan banyak pesan tertulis dari para wisatawan," terangnya.

FYI nih guys, mulanya gedung ini difungsikan sebagai villa keluarga milik keluarga Liem Sian Joe, dan dirancang oleh seorang arsitek ternama dari Brasil, Mr. Fritz Joseph Pinedo.

Dibangun pada tahun 1918 dan hampir memakan waktu selama 15 tahun, gedung ini memiliki tinggi mencapai 35 meter dengan lima lantai. Lantas, hotel ini menjadi bangunan tertinggi di Asia pada waktu itu. Hebatnya lagi gedung ini sudah dilengkapi lift merk ASEA buatan Swedia tahun 1900. 

Hanya saja, semua kemewahan itu, Liem Sian Joe dan keluarga hanya menempatinya hingga tahun 1920-an saja, karena dia meninggalkan Indonesia dan menetap di negara asalnya, Belanda.

"Dulunya hotel ini merupakan vila-vila pribadi milik Liem Sian Joe, itu adalah orang Belanda yang ingin membangun sebuah tempat peristirahatan untuk keluarganya di area Lawang. Karena dulu area Lawang itu merupakan area yang dingin sepi dan sangat nyaman untuk tempat peristirahatan," bebernya.

"Karena jarang dipakai akhirnya hotel ini terbengkalai sampai masa kemerdekaan, setelah masa kemerdekaan hotel yang dulunya villa ini ditempati oleh beberapa keluarga yang tidak jelas. Bagaimana statusnya mereka memiliki hak untuk tinggal di villa ini, akhirnya vilila ini menjadi tidak terurus dan terbengkalai," imbuhnya.

Setelah ditinggal oleh pemiliknya villa keluarga ini mulai jarang digunakan dan kurang terawat selama bertahun-tahun, hingga akhirnya pada tahun 1960 salah seorang ahli waris keluarga Liem Sian Joe menjualnya kepada seorang pengusaha yang berasal dari Surabaya bernama Ong Kie Tjai.

"Semenjak pengelolaan villa ini dialihkan ke Babahong (Ong Kie Tjai), para penghuni di villa mulai keluar persatu dan Babahong membenahi membenahi villa ini. Pada tahun 1964 Babahong merubah villa ini menjadi hotel dan dinamai dengan Hotel Niagara," terangnya.

"Jadi saya tekankan sekali lagi, bahwa isu tentang Hotel Niagara sebagai hotel berhantu atau tempat ajang bunuh diri itu merupakan omong kosong belaka," tegasnya.

Komentar
paper plane

Berita Terkait
    Berita Terkait