URnews

Jepang Desak Anak Muda Perbanyak Minum Alkohol, Kenapa?

Elya Berliana Prastiti, Senin, 22 Agustus 2022 16.39 | Waktu baca 2 menit
WhatsApp ShareFacebook ShareTwitter ShareLinkedin Share
Jepang Desak Anak Muda Perbanyak Minum Alkohol, Kenapa?
Image: Freepik

Jakarta - Pemerintah Jepang mendesak anak muda untuk perbanyak minum alkohol. Hal ini karena penjualan dan pendapatan pajak minuman keras di negara tersebut menurun sejak pandemi COVID-19.

Pendapatan bar atau tempat lain yang menjual alkohol menurun drastis akibat pembatasan COVID-19, sehingga Jepang menjadi negara terbesar ketiga di dunia yang mengalami penurunan ekonomi.

Oleh karena itu, Pemerintah Jepang menggelar kampanye “Sake Viva!” yang diawasi oleh Badan Pajak Nasional. Kampanye tersebut mengundang peserta untuk mengajukan ide tentang bagaimana meningkatkan permintaan alkohol di kalangan anak muda melalui layanan baru, metode promosi, produk, desain, dan teknik penjualan menggunakan kecerdasan atau metaverse.

"Pasar minuman beralkohol domestik menyusut karena perubahan demografis seperti penurunan angka kelahiran, populasi yang menua, dan perubahan gaya hidup akibat dampak COVID-19," kata situs web tersebut.

Kontes ini mencakup ide-ide promosi untuk semua jenis alkohol Jepang yang dibuka hingga 9 September 2022. Finalis akan diundang ke konsultasi ahli pada bulan Oktober 2022.

Namun, tidak semua orang menyetujui kontes tersebut. Beberapa orang protes secara daring.

"Apakah kamu bercanda? Menjauh dari alkohol adalah hal yang baik!" tulis salah seorang pengguna di Twitter.

Warga Jepang lainnya pun mengatakan jika tidak pantas bagi lembaga pemerintah mendorong anak muda untuk minum alkohol. Kampanye tersebut dianggap tidak mempertimbangkan risiko kesehatan.

Padahal sebelumnya, Kementerian Kesehatan Jepang telah mengingatkan bahaya minum alkohol berlebihan. Seorang juru bicara Kementerian pun menolak untuk berkomentar terhadap kontes tersebut.

Kementerian Ekonomi, Perdagangan dan Industri Jepang melaporkan bahwa penjualan alkohol berkurang setengah dari 2019 hingga 2020. Hal ini karena Jepang melakukan pembatasan COVID-19 yang mengakibatkan ruang publik menutup dan mengurangi jam kerja restoran.

“Penurunan kebiasaan minum dari tahun ke tahun diperkirakan berdampak pada menyusutnya pasar domestic,” ujar Kementerian setempat.

Dalam laporan tahun 2021, Badan Pajak Jepang menerima pajak alkohol sebesar 1,1 triliun yen ($8,1 miliar), atau setara dengan 1,7 persen dari pendapatan pajak secara keseluruhan. Namun, dibandingkan dengan tahun 2011 yang menerima pajak sebesar 3 persen dan 5 persen pada tahun 1980.

Komentar
paper plane

Berita Terkait
    Berita Terkait