URnews

Kalahkan Antihijab di Pilpres Prancis, Macron Janjikan Perubahan

Nivita Saldyni, Senin, 25 April 2022 14.08 | Waktu baca 4 menit
WhatsApp ShareFacebook ShareTwitter ShareLinkedin Share
Kalahkan Antihijab di Pilpres Prancis, Macron Janjikan Perubahan
Image: Emmanuel Macron saat memberikan pidato kemenangannya, Minggu (24/4/2022) waktu setempat. (YouTube/Emmanuel Macron)

Jakarta - Emmanuel Macron mengalahkan saingannya, politikus sayap kanan Marine Le Pen dalam pemilihan presiden Prancis putaran kedua, Minggu (24/4/2022) waktu setempat. Hasil awal (exit poll) yang dirilis Prancis BFMTV menyebutkan, Macron berhasil meraup 58,6 persen suara. 

Melansir Reuters, pendukung Macron bersorak gembira saat mengetahui hasil pemungutan suara itu muncul di layar raksasa di Taman Champ de Mars, dekat menara Eiffel.

Berdasarkan hasil perhitungan suara sementara itu, pesaing Mavron, Le Pen memperoleh 41,4 persen suara. Namun hasil resmi dari pemilihan ini diperkirakan akan dirilis oleh Kementerian Dalam Negeri Prancis, Senin (25/4/2022). 

Dalam pidato kemenangannya, Macron mengakui bahwa banyak orang memilihnya hanya untuk mencegah Le Pen menang. Ia pun berterima kasih kepada semua yang memilihnya. 

“Banyak orang di negara ini memilih saya bukan karena mereka mendukung ide-ide saya, tetapi untuk menghindari ide-ide sayap kanan. Saya ingin berterima kasih kepada mereka dan tahu bahwa saya berhutang budi kepada mereka di tahun-tahun mendatang,” kata Macron dalam pidatonya, seperti dikutip dari Al Jazeera, Senin (25/4/2022).

Pria berusia 44 tahun itu juga berjanji untuk mengatasi 'kemarahan dan ketidaksepakatan' yang membuat banyak pemilih Prancis memilih ekstrem kanan.

“Ini akan menjadi tanggung jawab saya dan orang-orang di sekitar saya. Tidak seorang pun di Prancis akan ditinggalkan di pinggir jalan,” lanjut Macron.

Macron juga berjanji untuk menebus kesalahan di masa jabatan pertamanya dengan menyebut kepemimpinan keduanya ini sebagai 'era baru'. Ia pun berjanji akan berusaha mengatasi berbagai permasalahan yang tengah dihadapi Prancis, termasuk dampak pandemi COVID-19 hingga lonjakan harga energi yang diperburuk oleh perang Rusia-Ukraina.

"Era baru ini tidak akan menjadi kelanjutan, melainkan lima tahun yang lebih baik," tegasnya.

Kemenangan Macron ini disambut baik oleh para pemimpin di luar Prancis. Kemenangan Macron dinilai sebagai kemenangan demokrasi yang sempat terguncang dengan munculnya beberapa kandidat ekstrem seperti terpilihnya Donald Trump sebagai Presiden Amerika Serikat di 2016.

“Bravo Emmanuel,” cuit Presiden Dewan Eropa Charles Michel, di Twitter.

“Dalam periode yang bergejolak ini, kita membutuhkan Eropa yang solid dan Prancis yang benar-benar berkomitmen untuk Uni Eropa yang lebih berdaulat dan lebih strategis. Kita dapat mengandalkan #France #5 tahun lagi,” sambungnya.

“Demokrasi menang, Eropa menang. Selamat @EmmanuelMacron #Presidentielles2022,” kata Perdana Menteri Spanyol Pedro Sanchez.

Di antara banyaknya ucapan selamat untuk Macron, Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy turut memberikan dukungan lewat Twitter. Apalagi Prancis adalah salah satu negara di dunia yang ikut memberikan sanksi kepada Rusia dan membantu pasokan senjata Ukraina.

“Selamat kepada @EmmanuelMacron, teman sejati Ukraina, atas terpilihnya kembali!” cuit Zelenskyy.

“Saya menghargai dukungannya dan saya yakin bahwa kami bergerak maju bersama menuju kemenangan bersama yang baru. Menuju Eropa yang kuat dan bersatu!” sambungnya.

Amerika Serikat lewat Menteri Luar Negeri Antony Blinken juga turut memberikan ucapan selamat untuk Macron. Ucapan itu disampaikan Blinken lewat akun Twitter-nya.

“Selamat untuk @EmmanuelMacron. Kami berharap dapat melanjutkan kerja sama yang erat dengan Prancis dalam tantangan global, mendukung aliansi dan persahabatan kami yang panjang dan bertahan lama,” ungkapnya.

Sebagai informasi, Macron adalah presiden Prancis pertama yang memenangkan masa jabatan kedua selama dua dekade. Macron pertama kali terpilih dalam pemilihan presiden Perancis 2017. 

Pria kelahiran 21 Desember 1977 ini bahkan dinobatkan sebagai presiden termuda di sepanjang sejarah kepemimpinan Presien Prancis yang memimpin negara itu di usia 39 tahun.

Marine Le Pen sendiri dikenal sebagai politikus sayap kanan ekstrem yang sering melontarkan ujaran kebencian kepada kelompok Islam di Prancis. Salah satu janji Le Pen jika menang Pilpres ini adalah melarang penggunaan hijab di tempat umum. 

Komentar
paper plane

Berita Terkait
    Berita Terkait