URtainment

Kelelahan Otak, Efek Samping dari Seringnya Video Call

Itha Prabandhani, Senin, 4 Mei 2020 19.00 | Waktu baca 3 menit
WhatsApp ShareFacebook ShareTwitter ShareLinkedin Share
Kelelahan Otak, Efek Samping dari Seringnya Video Call
Image: Ilustrasi

Jakarta - Karena kerja dari rumah, video call lewat berbagai platform seperti Google Meet, Skype, Zoom, dan lain-lain, telah menjadi bagian dari agenda kita setiap harinya.

Namun, keseringan melakukan video call ternyata juga dapat menyebabkan kelelahan otak loh, guys!

Interaksi Visual akan Membebani Otak

1588592062-kelelahan-otak.jpg

Sebuah penelitian dan social experiment yang dilakukan di Amerika, menunjukkan bahwa interaksi virtual dapat sangat membebani otak kita.

Andrew Franklin, seorang asisten dosen cyberpsychology dari Universitas Negeri Norfolk, Virginia, mengungkapkan bahwa banyak orang mengalami kesulitan akibat tingginya frekuensi penggunaan video call di mana beragam interaksi yang ada, seakan dimampatkan hanya dalam satu layar kecil.

Saat berkomunikasi secara langsung, kita biasanya tidak hanya berfokus pada kata dan kalimat yang akan kita ucapkan. Bahasa tubuh dari lawan bicara seperti terlihat gugup, menarik napas sebelum menyela pembicaraan, mencondongkan tubuh ke arah tertentu, dapat membantu kita memahami seluruh proses komunikasi dengan baik. Karena itu, otak kita sudah terbiasa dengan metode tersebut saat kita berkomunikasi dengan orang lain.

Sementara itu, komunikasi yang dilakukan lewat media seperti video call, akan membatasi kita dalam “membaca” sinyal-sinyal komunikasi dari lawan bicara. Kita hanya akan berfokus pada kata-kata yang diucapkan, tanpa mempertimbangkan gestur lawan bicara.

Memiliki Banyak Kendala

Lebih lanjut, komunikasi melalui video call juga memiliki banyak kendala tambahan, seperti koneksi internet yang mengakibatkan suara atau gambar terputus-putus atau suara-suara lain yang mengganggu.

Selain itu, tampilan lawan bicara yang terbatas pada setengah badan atau bahkan hanya bagian wajah, membuat kita tidak bisa melihat bahasa tubuh lawan bicara dengan maksimal.

Akibatnya, otak kita harus bekerja ekstra keras untuk memahami kata-kata yang diucapkan sekaligus menginterpretasikannya, tanpa “bantuan” dari bahasa tubuh dan sinyal-sinyal lain dari lawan bicara. Dengan kata lain, otak akan dipaksa untuk menguraikan maksud lawan bicara. Hal inilah yang mengakibatkan kelelahan pada otak.

“Buat seseorang yang terbiasa bergantung pada tanda non-verbal, bentuk komunikasi seperti ini bisa sangat melelahkan,” ucap Franklin.

Mengandalkan Kontak Mata

1588592085-kelelahan-otak3.jpg

Franklin menambahkan, kontak mata akan menjadi satu-satunya sinyal yang bisa diandalkan untuk membantu memahami komunikasi lawan jenis. Padahal, kontak mata yang terus menerus dapat terasa kurang nyaman, mengintimidasi, atau bahkan terasa terlalu intim jika dilakukan dalam waktu lama.

Kondisi ini juga mengakibatkan beberapa orang yang terlibat dalam video conference akan cenderung diam dan pasif, saat satu atau dua orang yang dominan berbicara. Pembicaraan seimbang dan dua arah menjadi hal yang sangat sulit dilakukan.

Kurangnya perhatian terhadap proses komunikasi ini dapat membuat kita merasa tidak mendapatkan apa-apa, padahal sudah fokus melakukan pekerjaan. Otak kita bisa menjadi sangat bingung dengan stimulus yang terus menerus mencari sinyal dari bahasa tubuh lawan bicara, namun tidak bisa ditemukan.

Selingi dengan Telepon

1588592105-kelelahan-otak2.jpg

Dalam hal berkomunikasi secara tidak langsung, menurut Franklin, berbicara melalui telepon malah akan diterima otak kita dengan lebih baik. Karena, otak akan terprogram secara otomatis untuk berfokus pada informasi yang diterima melalui suara saja.

Terkait hal ini, peneliti dari Universitas Quebec, Claude Normand, menyarankan untuk mematikan kamera saat otak mulai mengalami kelelahan saat video conference.

Hal ini untuk memberi jeda sejenak pada otak untuk beristirahat dari aktivitas yang sangat berat. Jika memungkinkan, buat meeting dengan telepon saja dan lakukan sambil berjalan-jalan untuk mengurangi stress dan membuat otak lebih rileks.

Komentar
paper plane

Berita Terkait
    Berita Terkait