URnews

Keliling Kabah di Metaverse Tuai Kontroversi, Turki: Tidak Akan Sama

Nivita Saldyni, Selasa, 8 Februari 2022 21.01 | Waktu baca 2 menit
WhatsApp ShareFacebook ShareTwitter ShareLinkedin Share
Keliling Kabah di Metaverse Tuai Kontroversi, Turki: Tidak Akan Sama
Image: Mekah. (Ilustrasi/flickr)

Jakarta - Pemerintah Arab Saudi meluncurkan Kabah secara virtual di metaverse sejak Desember 2021. Kehadiran program ini membuat umat muslim bisa mengunjungi Ka'bah, termasuk Hajar Aswad secara virtual.

Namun sejak diluncurkan, inisiatif Arab Saudi itu menuai kontroversi. Bahkan tak sedikit yang mempertanyakan keabsahan dari ibadah haji melalui metaverse ini.

Kantor Urusan Agama Turki (Diyanet) pun turut berkomentar soal program yang diinisiasi oleh Dinas Urusan Museum dan Pameran Arab Saudi bersama dengan Universitas Umm Al-Qura itu. Setelah diskusi selama satu bulan, Diyanet menyatakan bahwa mengunjungi Ka'bah secara virtual boleh dilakukan namun tak bisa dianggap sebagai haji yang sesungguhnya.

“(Haji di metaverse) ini tidak bisa dilakukan,” kata Direktur Haji dan Umrah dari Diyanet Remzi Bircan, seperti dikutip dari Hurriyet Daily News, Selasa (8/2/2022).

Menurutnya umat Muslim dapat mengunjungi Kabah di metaverse namun hal itu tak akan pernah dianggap melakukan ibadah haji yang sesungguhnya. Untuk menunaikan ibadah haji sendiri, menurut Remzi, harus dilakukan dengan mengunjungi Mekah secara langsung.

“Kaki mereka harus menyentuh tanah (Mekah),” tegasnya.

Soal peluncuran Kabah di metaverse, Rezmi menilai bahwa itu hanya upaya promosi yang dilakukan Arab Saudi seperti halnya yang dilakukan oleh Museum Arkeologi di Istanbul.

“Seperti berkeliling museum dengan kacamata VR (virtual reality), orang Saudi memulai program perjalanan virtual ini untuk mempromosikan Ka'bah,” katanya.

Hal senada juga diungkapkan oleh Abdullah Tirabzon, seorang akademisi dari Fakultas Teologi Universitas Istanbul. Menurutnya, ibadah haji tidak bisa dilaksanakan secara virtual.

“Virtual dan realitas tidak akan pernah bisa sama. Sekalinya Anda mengunjungi Ka'bah secara virtual, Anda bukan (melakukan) haji atau umrah,”kata Tirabzon.

“Jika seseorang muncul dengan ide 'haji di metaverse' hari ini, maka besok orang lain bisa muncul dengan ide 'salat di metaverse.' Ini semua adalah pikiran yang kadaluwarsa,” pungkasnya.

Komentar
paper plane

Berita Terkait
    Berita Terkait