URnews

Kemenkes Habiskan Rp 637,3 Miliar untuk Pengadaan Vaksin Tahap Awal

Nivita Saldyni, Senin, 7 Desember 2020 14.10 | Waktu baca 3 menit
WhatsApp ShareFacebook ShareTwitter ShareLinkedin Share
Kemenkes Habiskan Rp 637,3 Miliar untuk Pengadaan Vaksin Tahap Awal
Image: Menteri Keuangan, Sri Mulyani dalam konferensi pers di Jakarta, Senin (7/12/2020). (YouTube Kominfo RI)

Jakarta - Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI telah membelanjakan sebanyak Rp 637,3 miliar untuk pengadaan vaksin tahap awal. Anggaran tersebut digunakan untuk membeli vaksin produksi Sinovac dan Cansino, guys.

"Untuk tahun 2020, Kementerian Kesehatan telah membelanjakan Rp 637,3 miliar untuk pengadaan vaksin, yaitu 3 juta dosis dari Sinovac dan 100 ribu dosis dari Cansino," kata Menteri Keuangan, Sri Mulyani dalam konferensi pers di Jakarta, Senin (7/12/2020).

Nah, sebanyak 1,2 juta dosis vaksin buatan Sinovac diketahui telah tiba di Indonesia, Minggu (6/12/2020) malam. Rencananya 1,8 juta vaksin Sinovac akan kembali didatangkan pada Januari 2021 mendatang.

Sri Mulyani menjelaskan, pengadaan vaksin COVID-19 ini akan terus dilakukan pemerintah hingga tahun 2021 dan 2022, tergantung kebutuhan masyarakat.

"Untuk tahun 2020, kami mencadangkan Rp 35,1 triliun untuk program vaksinasi. Program vaksinasi ini tentu baru akan mulai dijalankan dan berjalan terus di tahun 2021. Oleh karena itu, pada 2021 total anggaran kesehatan mencapai Rp 169,7 triliun. Di mana untuk penanganan vaksin dan penanganan COVID-19 sebesar Rp 60,5 triliun," jelas Sri panjang lebar.

Ia pun merinci, Rp 60,5 triliun tersebut digunakan untuk antisipasi pengadaan vaksin COVID-19 sebesar Rp 18 triliun, antisipasi imunisasi atau program vaksinasi sebasar Rp 3,7 triliun, dan Rp 1,3 triliun untuk pembelian sarana dan prasarana laboratorium Litbang dan PCR.

"Kami masih mencadangkan iuran JKN untuk masyarakat yang tidak mampu, yaiut untuk kelas III sebesar Rp 35,1 triliun yang berasal dari anggaran 2020. Kami alokasikan untuk pengadaan vaksin dan penanganan kesehatan," lanjutnya.

Sri Mulyani menjelaskan, sasaran masyarakat yang mendapatkan vaksin diimpor tersebut akan disesuaikan dengan keputusan Kemenkes, berdasarkan saran WHO. Artinya, para tenaga kesehatan akan menjadi prioritas dari vaksinasi tahap awal ini. 

"Bagi mereka yang akan dibayari oleh pemerintah akan ditetapkan tagetnya oleh Bapak Menteri Kesehatan. Siapa yanga akan menjadi target? Yaitu yang selama ini disebutkan usia 18-59 tahun tanpa komorbid," jelasnya.

Sementara itu, Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto menambahkan, prioritas utama dalam vaksinasi tahap awal ini adalah tenaga kesehatan, asisten tenaga kesehatan, serta tenaga penunjang yang bekerja pada fasilitas pelayanan kesehatan.

Sedangkan untuk vaksin yang akan diberikan secara gratis kepada masyarakat, Terawan memastikan pihaknya telah menyiapkan jumlah sasaran dan kebutuhan vaksin per kabupaten/kota di seluruh Indonesia.

"Data tersebut dimasukkan dalam tim Sistem Infirmasi KPC PEN yang akan menyiapkan dalam bentuk sasaran, by name by address," kata Terawan.

Pelaksanaan distribusi vaksin ini nantinya akan dipastikan sesuai denganprosedur cara distribusi obat yang baik (CDOB) untuk menjaga kualitas vaksin sampai ke tangan masyarakat.

"Sesuai dengan rencana distribusi vaksin COVID-19 telah dibahas bersama bahwa untuk skema program maka vaksin didistribusikan ke gudang vaksin di Dinas Kesehatan Provinsi untuk kemudian diedarkan ke Dinas Kesehatan di bawahnya," jelas Terawan.

Sebelumnya diberitakan Urbanasia, sebanyak 1,2 juta vaksin buatan Sinovac telah tiba di Indonesia pada Minggu (6/12/2020) malam dan diterima oleh PT Bio Farma.

Vaksin tersebut dikemas dalam 33 paket yang langsung dikirim ke Gudang Bio Farma di Bandung, Jawa Barat.

Komentar
paper plane

Berita Terkait
    Berita Terkait