URstyle

Kemenkes Kembangkan Pusat Bedah Robotik di 2 RS

Hanisa Sutoyo, Minggu, 26 Juni 2022 12.15 | Waktu baca 2 menit
WhatsApp ShareFacebook ShareTwitter ShareLinkedin Share
Kemenkes Kembangkan Pusat Bedah Robotik di 2 RS
Image: Ilustrasi bedah robotik. (Kemenkes)

Jakarta - Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI melakukan berbagai upaya demi mengikuti perkembangan teknologi, salah satunya dengan membangun Pusat Bedah Robotik Indonesia. 

Pembentukan pusat bedah robotik ini dilakukan tak hanya untuk mementingkan nilai perekonomian, melainkan juga mengandung nilai edukasi yang tinggi. 

Melansir situs Kemenkes, Minggu (26/6/2022), pusat robotik ini akan dikembangkan di dua rumah sakit (RS) Vertikal Kemenkes, yaitu RSUP Dr. Hasan Sadikin (RSHS) Bandung dan RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta.

Staf Khusus Menkes Bidang Ketahanan Industri Farmasi dan Alat Kesehatan, Laksono Trisnantoro mengatakan, proyek ini dibangun setelah adanya ide bisnis di forum bisnis kesehatan.

"Berawal dari inisiasi business matching pada Health Business Forum, dibuat suatu desain proyek multi tahun dan multi stakeholders Robotic Telesurgery 2021-2024," ujarnya.

Pusat Bedah Robotik Indonesia dibangun tentu untuk mencapai sejumlah tujuan, terlebih demi bisa menjangkau daerah-daerah terpencil.

"Proyek robotik merupakan proyek multi tahun yang bertujuan untuk meningkatkan akses layanan dan mutu layanan kesehatan untuk daerah yang tidak terjangkau di Indonesia," jelas Laksono.

Selanjutnya Kemenkes juga akan menggelar sejumlah pelatihan bagi para dokter bedah dengan Virtual Reality (VR) Simulator Robotic Telesurgery dan menerbitkan sertifikat yang telah terakreditasi.

Program ini mendukung transformasi digital terkait layanan operasi/bedah jarak jauh. Sehingga, ke depannya teknologi ini dapat menurunkan pasien rujukan ke RS tipe A atau RS Rujukan Nasional.

Sementara, Dokter Ahli Bedah Robotik di RSHS Bandung, Reno Rudiman mengatakan program robotic telesurgery telah berjalan di RSHS sejak 2020. Misalnya, Robotic Sina.

Robot bedah yang ada di RSHS itu melakukan pembedahan menggunakan instrumen khusus sehingga membuat pergerakannya lebih fleksibel.

''Instrumen yang digunakan Sina memiliki ukuran 5 mm sehingga luka yang diakibatkan operasi bisa lebih minimally invassive lagi,'' ucap Reno.

Dengan kemajuan teknologi yang ada, Indonesia diharapkan mampu memproduksi proyek robotik kesehatan ini.

"Apalagi program ini akan alih teknologi dimana instrumennya nanti bisa diproduksi oleh industri dalam negeri," tambahnya.

Proyek robotic telesurgery merupakan contoh konkret dari transformasi sistem kesehatan yang diinisiasi oleh Kemenkes, yang terdiri dari gabungan 4 pilar Transformasi Kesehatan, antara lain: Transformasi Layanan Rujukan, Pembiayaan Kesehatan, Ketahanan Industri Alkes, dan SDM Kesehatan.

Semua stakeholders di Indonesia diharapkan untuk selalu mendukung Program Robotik Telesurgeri ini, utamanya Kementerian Kesehatan, Rumah Sakit, Universitas dan Industri Alkes BUMN.

Komentar
paper plane

Berita Terkait
    Berita Terkait