URstyle

Kemenkes Temukan Senyawa pada Obat Pasien yang Diduga Picu Ginjal Akut

Priscilla Waworuntu, Rabu, 19 Oktober 2022 20.58 | Waktu baca 3 menit
WhatsApp ShareFacebook ShareTwitter ShareLinkedin Share
Kemenkes Temukan Senyawa pada Obat Pasien yang Diduga Picu Ginjal Akut
Image: Juru Bicara Vaksinasi Kementerian Kesehatan, Siti Nadia Tarmidzi (Dok. Kemenkes RI).

Jakarta - Jejak senyawa yang berpotensi akan penyakit ginjal akut telah ditemukan oleh Kementerian Kesehatan (Kemenkes). Senyawa ini ditemukan pada sisa sampel obat yang dikonsumsi pasien di Indonesia.

"Temuan itu dari pemeriksaan di Indonesia, tetapi belum dapat disimpulkan senyawanya. Karena temuan awal inilah, makanya pemerintah berupaya melakukan langkah antisipasi," kata Siti Nadia Tarmizi, Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kemenkes RI, dikutip dari ANTARA, Rabu (19/10/2022).

Selain itu, menurut Mohammad Syahril, Juru Bicara Kemenkes, dalam upaya mencegah terjadinya laju kasus ginjal akut, pemerintah sudah menjalankan peraturan, berupa menghentikan penjualan obat sirup untuk sementara ini hingga menerbitkan panduan tata laksana penanganan pasien di fasilitas pelayanan kesehatan.

"Untuk meningkatkan kewaspadaan dan dalam rangka pencegahan, Kemenkes sudah meminta tenaga kesehatan pada fasilitas pelayanan kesehatan, sementara ini tidak meresepkan obat-obatan dalam bentuk sediaan cair/sirup, sampai hasil penelusuran dan penelitian tuntas," kata Syahril.

Syahril menambahkan, Kemenkes juga meminta agar seluruh apotek untuk sementara waktu tidak menjual obat bebas dalam bentuk sirup ke masyarakat sampai hasil penelusuran dan penelitian tuntas dilaksanakan.

"Kemenkes mengimbau masyarakat untuk pengobatan anak, sementara waktu tidak mengkonsumsi obat dalam bentuk sirup tanpa berkonsultasi dengan tenaga kesehatan,” katanya.

Untuk sementra waktu ini, Syahril menyarankan agar para orangtua, bisa menggunakan obat alternatif lain, seperti tablet, kapsul, suppositoria (anal), atau obat lainnya. Orangtua juga diminta untuk lebih waspada, terutama yang memiliki anak balita dengan gejala penurunan volume urine, karena hal ini menjadi gejala yang spesifik terhadap gagal ginjal akut.

Gejala lainnya yang juga ikut mengiringi adalah demam, diare, batuk, pilek, dan muntah. Jika anak mengalami hal ini, orangtua bisa langsung segera memeriksakan kondisi anak ke fasilitas kesehatan terdekat. Selain itu, sebagai langkah awal untuk menurunkan angka pengidap gagal ginjal akut, Kemenkes sudah membeli antidotum dari luar negeri melalui RSCM, sebagai alternatif dari obat sirup.

Sejak akhir Agustus 2022, Kemenkes dan Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) telah menerima laporan peningkatan kasus Gangguan Ginjal Akut Progresif Atipikal/Acute Kidney Injury (AKI), utamanya dialami anak di bawah usia 5 tahun.

"Peningkatan kasus ini berbeda dengan yang sebelumnya, dan saat ini penyebabnya masih dalam penelusuran dan penelitian," katanya.

Jumlah kasus yang dilaporkan hingga 18 Oktober 2022 sebanyak 206 dari 20 provinsi dengan angka kematian sebanyak 99 anak, di mana angka kematian pasien yang dirawat di RSCM mencapai 65 persen.

Hingga saat ini, Kemenkes bersama BPOM, Ahli Epidemiologi, IDAI, Farmakolog dan Puslabfor Polri sedang melakukan pemeriksaan laboratorium untuk mengetahui apa penyebab pasti wabah penyakit gagal ginjal akut yang dialami oleh anak balita.

"Dari hasil pemeriksaan, tidak ada bukti hubungan kejadian gagal ginjal akut dengan Vaksin COVID-19 maupun infeksi COVID-19. Karena umumnya menyerang anak usia kurang dari 6 tahun, sementara program vaksinasi belum menyasar anak usia 1 hingga 5 tahun,” katanya.

Komentar
paper plane

Berita Terkait
    Berita Terkait