URnews

Kenapa Sering Hujan Padahal Musim Kemarau? Ini Penjelasan BMKG

Priscilla Waworuntu, Minggu, 21 Agustus 2022 15.31 | Waktu baca 3 menit
WhatsApp ShareFacebook ShareTwitter ShareLinkedin Share
Kenapa Sering Hujan Padahal Musim Kemarau? Ini Penjelasan BMKG
Image: Ilustrasi hujan lebat (BMKG)

Jakarta - Belakangan ini kamu sering merasa cuaca lebih panas nggak sih atau terkadang di sejumlah daerah ada juga yang sering diguyur hujan padahal sudah masuk musim kemarau? Nah menurut Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Dwikorita Karnawati, fenomena ini bisa terjadi karena adanya indikasi dampak perubahan iklim. 

“Situasi yang terjadi saat ini sesuai dengan hasil analisa BMKG yang dikeluarkan Maret 2022. Saat itu, BMKG menyampaikan bahwa sebagian wilayah Indonesia akan mengalami keterlambatan datangnya awal musim kemarau,” ucapnya dikutip ANTARA, Minggu (21/8/2022).

BMKG juga memperkirakan bahwa musim kemarau akan terjadi dengan sifat hujan di atas normal (kemarau basah). Hingga awal Agustus BMKG memperkirakan sebanyak 257 zona musim (ZOM) di Indonesia telah memasuki musim kemarau atau sebesar 75 persen dari total 342 ZOM. 

Kemudian beberapa daerah yang masih mengalami musim hujan antara lain, Kepulauan Bangka Belitung, Sumatera bagian Utara dan tengah, beberapa daerah di Jawa Barat, sebagian besar kalimantan, beberapa bagian Sulawesi bagian selatan, tengah, utara, Maluku, Maluku Utara, dan beberapa di daerah Papua Barat. 

Jika melihat status normal atau biasanya pada awal bulan Agustus seharusnya sudah 99 persen ZOM telah mengalami musim kemarau. Namun hingga awal Agustus 2022, jumlah zona yang sudah memasuki musim kemarau baru 75 persen berarti di sejumlah daerah telah terjadi keterlambatan dalam memasuki musim kemarau. 

Lain halnya dengan hujan yang di mana berdasarkan data, ada lebih dari 3 ribu titik pengamatan di Indonesia yang menunjukkan bahwa pada bulan Mei, Juni, dan Juli kondisi hujan ini terjadi lebih banyak atau sekitar lebih dari 30 persen wilayah Indonesia. Nah kondisi hujan di atas normal ini diperkirakan oleh BMKG akan terjadi kembali pada bulan September dan Oktober dengan lebih dari 50 persen jumlah wilayah di Indonesia. 

Selain itu, menurut kepala BMKG, kombinasi berbagai faktor alam juga menjadikan sebagian wilayah Indonesia tetap dilanda hujan lebat bahkan mengalami cuaca ekstrem meski di waktu musim kemarau. Faktor alam ini disebabkan oleh menghangatnya suhu muka laut Indonesia, masih aktifnya fenomena La Nina dan terjadinya fenomena iklim Indian Ocean Dipole negatif. 

Dengan menghangatnya suhu permukaan laut ini akan menyebabkan peningkatan kadar uap air di atmosfer, sehingga potensi terbentuknya awan hujan akan meningkat. Sementara dengan fenomena La Nina sendiri akan menyebabkan meningkatnya curah hujan karena adanya peningkatan dari suplai uap air dari Samudera Pasifik sedangkan fenomena IOD negatif menyebabkan meningkatnya suplai uap air dari Samudera Hindia. 

BMKG sendiri memperkirakan bahwa fenomena La Nina ini masih akan berlangsung dari September hingga November 2022. Sementara fenomena IOD masih akan berlanjut dari Juni hingga akhir tahun 2022. 

Maka dari itu, karena ketiga faktor ini khususnya untuk wilayah Indonesia bagian utara ekuator, seperti Maluku, Maluku Utara, Papua Barat, Kalimantan Barat, dan Sumatera Utara  harus lebih waspada karena di wilayah ini lebih rawan terkena cuaca ekstrem dan gelombang tinggi. Sementara itu untuk Indonesia selatan ekuator, seperti Bali, Nusa Tenggara dan sebagian wilayah Jawa kondisi cuaca normal akan cerah hingga berawan dan potensi hujan juga akan relatif kecil. 

Komentar
paper plane

Berita Terkait
    Berita Terkait