Khofifah Bentuk Tim Khusus untuk Kendalikan Penyebaran Corona di Surabaya Raya

Surabaya – Untuk mengendalikan penyebaran virus corona atau COVID-19 di wilayah Surabaya Raya, yang meliputi Kota Surabaya, Kabupaten Sidoarjo, dan Gresik, Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa siap membentuk tim khusus.
Selain untuk mengendalikan virus secara bergotong-royong, pembentukan tim tersebut juga untuk mengintensifkan koordinasi dalam sinergi, kolaborasi, dan evaluasi, sesuai arahan Presiden Joko Widodo.
"Tim ini gabungan Forkopimda Jawa Timur dan Gugus Tugas Surabaya Raya yang dikoordinasi langsung oleh Pangkogabwilhan II," ujar Khofifah di Surabaya, seperti dikutip dari Antara (28/6/2020).
Baca Juga: Puncaki Kasus COVID-19 di Jatim, Khofifah: Attack Rate Surabaya Tinggi Tapi Tracingnya Rendah
Tim khusus tersebut nantinya juga akan melakukan rencana aksi pengendalian penyebaran COVID-19 di wilayah Jatim, khususnya Surabaya Raya. Berdasarkan arahan Presiden Jokowi, program tersebut ditarget akan terlaksana selama dua pekan.
Menurut Khofifah, rencana aksi yang akan dilakukan antara lain memasifkan tes, pelacakan, isolasi hingga treatment, dengan jumlah yang lebih banyak.
"Salah satunya yaitu dengan menerjunkan Tim Gabungan COVID-19 Hunter Dinas Kesehatan setempat, khususnya di klaster utama Surabaya Raya, untuk melakukan tes dan pelacakan minimal 20 orang per kasus positif," ujar Khofifah.
Tak hanya itu. Khofifah juga mengatakan, beban rumah sakit juga harus dievaluasi dan relaksasi. Pasien ringan harus benar-benar dipisahkan, kemudian terapi harus selalu update dengan para pakar.
Di sisi lain, pihak pemerintah provinsi Jawa Timur berencana akan menambah mesin PCR yang saat ini hanya memiliki kapasitas total 2.250 tes per hari dan mencapai 13.500 spesimen dalam seminggu.
"Minggu depan rencananya akan dimaksimalkan lagi dengan tambahan mesin PCR serta reagen sesuai kebutuhan," kata Khofifah.
Untuk meluaskan sosialisasi protokol kesehatan kepada masyarakat, Khofifah mengatakan, pihaknya akan melibatkan ulama, tokoh agama, tokoh masyarakat, influencer, dan pelaku usaha, serta elemen strategis lainnya.
Sosialisasi ini utamanya terkait pemakaian masker dan kebiasaan mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir. Selain itu, ditambah juga dengan sistem dukungan yang perlu disediakan, agar masyarakat terbiasa menggunakannya.
"Ini penting dilakukan karena riset membuktikan bahwa bila 60 persen populasi menggunakan masker kain, maka Rate of Transmission (RT) bisa di bawah satu dan kurva bisa turun," pungkasnya.