URguide

Kisah Imigran Miskin yang Sukses Bangun Perusahaan Teknologi

Shelly Lisdya, Kamis, 17 Februari 2022 16.00 | Waktu baca 2 menit
WhatsApp ShareFacebook ShareTwitter ShareLinkedin Share
Kisah Imigran Miskin yang Sukses Bangun Perusahaan Teknologi
Image: Romesh Wadhwani pendiri SymphonyAI. (Forbes)

Jakarta - Kalian pasti mengenal Romesh Wadhwani, bukan? Ya, seorang miliarder India-Amerika, yang merupakan pendiri SymphonyAI.

Seperti diketahui Symphony AI merupakan grup yang membawahi sembilan perusahaan di bidang retail, jasa manufacturing, dan finansial. Romesh juga pemimpin dari Concert AI, perusahan yang fokus pada jasa kesehatan dengan klien-klien terkenal termasuk Pfizer dan Janssen.

Kini Romesh Wadhwani telah mengundurkan diri sebagai CEO SymphonyAI pada Januari 2022 dan menyerahkan posisi tersebut untuk Sanjay Dhawan. Kendati dia mundur dari jabatannya, ia masih berstatus 'chairman' di perusahaan teknologi itu.

Sebelum memiliki harta seperti sekarang, siapa sangka Romesh Wadhwani dulunya hanya memiliki uang Rp 35 ribu, loh, Guys.

Romesh Wadhwani merupakan imigran asal Pakistan yang pindah ke India saat masih bayi. Bahkan, dirinya pernah mengalami penyakit polio di usia dua tahun. Namun, dia berhasil bertahan di masa-masa tersebut.

Saat mengemban pendidikan hingga SMA, ia merasa tidak puas dan akhirnya menjadi mahasiswa jurusan Teknik Elektro, lalu terus mengejar gelar hingga mendapat master dan PhD di Universitas Carnegie Mellon.

Romesh Wadhwani kemudian datang ke Amerika untuk mengejar S2. Namun kala itu, dia hanya mengantongi uang U$S 2.50 atau sekitar Rp 35 ribu di sakunya.

"Mahasiswa asing sepertiku masih dilihat sebagai sesuatu yang bikin penasaran. Perjalanan saya tidak pernah mudah. Saya menempuh ratusan rintangan dalam karier berbisnisku," ujarnya mengutip Forbes, Kamis (17/2/2022).

Romesh kemudian mengawali bisnis dari perusahaan software dengan menjual perusahaan software B2B, Aspect Development dalam bentuk saham dan diakuisisi oleh i2 Technologies pada tahun 1999 seharga U$S 9,3 miliar.

Di tahun 2002, ia membangun Symphony Technology Group (STG) sebagai Eksekutif. Pada April 2015, HARMAN mengakuisisi Symphony Teleca dari STG.

Tak berhenti sampai di situ, di tahun 2017 Romesh Wadhwani membangun SymphonyAI dengan pendapatan perusahaannya mencapai U$S 220 juta per tahun.

Bahkan, dengan ambisi yang kuat membuat Romesh Wadhwani pernah mengatakan akan menginvestasikan uangnya sendiri sebesar U$S 1 miliar (Rp 14 triliun) untuk meningkatkan skala bisnis pada Symphony AI.

Pasalnya Romesh Wadhwani sangat percaya diri bahwa bisnisnya akan semakin berkembang dan jaya di masa depan yang akan datang. 

"Perusahaan AI (Kecerdasan Buatan) masih dalam masa pertumbuhan. Kebanyakan perusahaan tertinggal lima, 10 tahun atau lebih dalam cara penggunaan AI dalam cara penggunaan AI dalam ruang bisnis ke pelanggan. Memecahkan masalah besar AI adalah fokusku. Mendekati U$S 300 juta (Rp 4 triliun) keuntungan hanyalah awal bagi kami," katanya.

"Ada kesempatan besar untuk transformasi AI yang aku lihat 10 tahun mendatang," tambahnya.

Saat ini, berdasarkan data dari Forbes, kekayaan Romesh Wadhwani mencapai U$S 3,5 miliar atau sekitar Rp 50 triliun.

Komentar
paper plane

Berita Terkait
    Berita Terkait