URtrending

Kisah 'New Normal' Pengemudi Ojol, Kangen 'Ngalong' Sampai Pagi

Anisa Kurniasih, Rabu, 10 Juni 2020 13.10 | Waktu baca 5 menit
WhatsApp ShareFacebook ShareTwitter ShareLinkedin Share
Kisah 'New Normal' Pengemudi Ojol, Kangen 'Ngalong' Sampai Pagi
Image: Grab Indonesia

Jakarta - Wacana masuk dalam kondisi 'kebiasaan baru' atau 'new normal' sudah mulai digaungkan oleh pemerintah. Banyak persiapan yang sudah dilakukan untuk menyambut kondisi itu diantaranya dengan meningkatkan protokol kesehatan, termasuk pada lini transportasi publik guys.

Seperti Grab yang menghadirkan layanan GrabBike Protect  untuk perlindungan tambahan bagi mitra pengemudi dan pelanggan ojek online di sejumlah kota di Indonesia.

Salah satunya GrabBike Protect yang dilengkapi dengan partisi plastik sebagai pemisah untuk meminimalisir kontak antara penumpang dan mitra pengemudi. 

Selain itu, mitra pengemudi Grab juga diberikan masker dan hand sanitizer sebagai langkah menyambut 'kebiasaan baru' di kota-kota besar di Indonesia.

Lalu, bagaimana sih pengalaman mitra pengemudi di kondisi 'new normal' ini guys? Nah, ada cerita dari dua mitra pengemudi GrabBike yang tengah berjuang di kondisi 'new normal' di Semarang dan Yogyakarta nih guys.

Pertama ialah pengemudi bernama Adhitya Saputra yang dibilang Pakai Baju Gatotkaca.

"Kowe iki koyo Gatotkaca. Sebuah candaan yang saya terima pertama kali pakai protector yang diberikan Grab. Saya termasuk salah satu mitra GrabBike di Kota Yogyakarta yang mendapatkan alat pelindung itu pertama kali," ujar Adhitya lewat siaran resmi yang diterima Urbanasia.

Padahal, alat itu kata Adhitya dipakai untuk perlindungan dari wabah tak terlihat yang bisa saja ia dapatkan di jalanan. Seminggu pertama memakainya, Ia malah jadi pusat perhatian di jalanan.

Ia menjelaskan, persiapan 'new normal' di Yogyakarta memang sedikit beda dari kota-kota besar lainnya guys. Yogyakarta enggak menerapkan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) saat adanya pandemi COVID-19 di Indonesia, hanya Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PKM).

Itu mengapa ojek online masih diperkenankan mengangkut penumpang dan beroperasi di jalan-jalan sambil mengais rezeki.

"Enaknya pakai pelindung tambahan bukan cuma meningkatkan perlindungan kesehatan, tapi penumpang yang saya bawa malah sering buka obrolan. Kadang obrolan basa-basi, kadang juga malah tanya-tanya fungsi ini-itunya," lanjut Adhitya.

"Saya sih senang-senang saja menjawabnya. Dulu sebelum pakai ini, beberapa penumpang seringnya jaga jarak pas di motor. Sekarang mereka merasa lebih aman kalau ngobrol sama saya," sambungnya.

Menurutnya, GrabBike Protect tersebut juga mengingatkan dia untuk menjaga kecepatan aman saat bawa penumpang. Bentuknya memang sudah aerodinamis sehingga tetap aman untuk digunakan pada kecepatan berkendara normal sekitar 60-90 km/jam.

"Terlebih lagi, saya juga selalu siap masker tambahan, hand sanitizer, dan lap. Mau ada yang naik, saya semprot tangannya. Pas dia turun, motor yang saya semprot, begitu juga dengan pelindungnya. Jadi, aman untuk penumpang berikutnya. Pandemi tidak menghentikan saya untuk terus usaha. Tetap bekerja dan melayani dengan sepenuh hati," tutur dia.

Cerita lain juga datang nih guys dari Budiyono yang menantikan kesempatan untuk bisa 'ngalong' lagi.

Grab menunjuk puluhan mitra pengemudi untuk menjadi relawan melawan wabah di Semarang. Nah, Budiyono adalah salah satunya yang diminta untuk membantu tenaga medis, mulai dari mengantar mereka dari dan ke rumah sakit, sekaligus mengantarkan makanan untuk mereka.

Dalam sehari, bisa ada 1.500 box makan yang diantar untuk tenaga medis. Budiyono biasanya bertugas mengantar ke RS Ketileng dan RS Dr. Kariadi di samping itu Ia juga menerima order seperti biasanya.

"Setelah selesai mendistribusikan makanan untuk tenaga medis, saya langsung bersiap untuk menerima order lain dari aplikasi," ujar dia.

Nah, untuk tetap aman kala membawa penumpang, dirinya juga diberikan GrabBike Protect untuk mengurangi risiko penyebaran virus dari penumpang. Namun, alat itu bukanlah satu-satunya yang menjaga Budi di jalanan.

1591768978-ojol-3.jpg

"Saya juga diberikan masker, sarung tangan, hand sanitizer, desinfektan, jas hujan, serta penutup sepatu jika harus masuk ke dalam rumah sakit," tutur Budiyono.

Kadang, hand sanitizer jadi pembuka obrolan dirinya dengan penumpang.

“Maaf Pak/Bu/Mas/Mbak, pakai ini dulu ya sebelum naik," jelas dia.

 Ada kalanya ia juga menawari penumpang masker untuk orang-orang yang enggak pakai. Yap, masih ada warga Semarang yang seperti itu. Mencoba ramah akan membawa Budi dan penumpang ke dalam obrolan menarik sepanjang perjalanan.

Menurut Budi, protector yang ia gunakan bisa mencegah droplet antara dirinya dan penumpang. Namun, hal itu membuat Ia harus menaikkan volume suara dan menurunkan kecepatan supaya obrolan dengan penumpang nyambung.

"Kalau memang penumpang minta buru-buru, ya kami simpan obrolan sambil berharap bisa berjumpa lagi lain hari," sambungnya.

Rupanya, selain nge-Grab, Budiyono juga seorang pegawai kantoran yang bekerja mulai dari pukul 08.00 - 16.00. Nah, begitu selesai di kantor, ia melanjutkan menjalani bisnis pengantaran dengan Grab.

"Sebelum wabah ini terjadi, saya melakukannya selama 12 jam, pukul 5 sore hingga pulang pukul 5 pagi," jelasnya.

Dengan adanya pandemi seperti sekarang, Budi bercerita kalau ia sudah tidak bisa 'ngalong' lagi dan harus menaati peraturan pemerintah.

"Tengah malam sudah waktunya untuk pulang. Namun, saya bersyukur tetap bisa melayani dan mencari rezeki," kata Budi.

Kelanjutan ceritanya jelas hanya menanti sebuah 'tatanan kehidupan baru' setelah wabah ini berakhir. Grab akan melindungi para mitra dan penumpangnya dengan batas selama bepergian. 

Sampai saatnya tiba, masyarakat mungkin akan hidup bertutup masker dan bersahabat dengan hand sanitizer.

Sementara itu,  Tyas Widyastuti, Director of 2-Wheels & Logistics, Grab Indonesia mengatakan bahwa pandemi COVID-19 telah meningkatkan kesadaran terhadap keamanan dan kebersihan di berbagai industri. 

"Keamanan selalu menjadi fokus utama Grab dan melalui program seperti Grab Protect, kami telah meningkatkan standar kebersihan di industri ride-hailing. Bersama dengan mitra pengemudi, kami akan mendorong perilaku bersih yang lebih baik sebelum perjalanan dimulai,” jelasnya.

Komentar
paper plane

Berita Terkait
    Berita Terkait