URnews

Krisis Tak Terkendali, PM Sri Lanka Mundur dari Jabatan

Nivita Saldyni, Selasa, 10 Mei 2022 12.53 | Waktu baca 3 menit
WhatsApp ShareFacebook ShareTwitter ShareLinkedin Share
Krisis Tak Terkendali, PM Sri Lanka Mundur dari Jabatan
Image: Mahinda Rajapaksa (Instagram @presidentrajapaksa)

Jakarta - Perdana Menteri Sri Lanka, Mahinda Rajapaksa mengundurkan diri di tengah krisis ekonomi yang memicu aksi protes terhadap pemerintah di negaranya. 

Adik kandung Presiden Sri Lanka Gotabaya Rajapaksa ini mengumumkan pengunduran dirinya, Senin (9/5/2022).

"Saya telah mengajukan surat pengunduran diri saya kepada Presiden," cuit Mahinda Rajapaksa, seperti dikutip Urbanasia pada Selasa (10/5/2022).

Pengunduran diri itu juga telah dikonfirmasi oleh kantor Kepresidenan Sri Lanka. Sekretaris Presiden Sri Lanka, Gamini Senarath mengumumkan kabar tersebut lewat Surat Nomor 2279/12 yang dirilis pada Senin (9/5/2022).

"Dengan ini diberitahukan bahwa Yang Mulia. Mahinda Rajapaksa, M.P., Perdana Menteri, telah mengundurkan diri dari Kantor Perdana Menteri Republik Sosialis Demokratik Sri Lanka berdasarkan pasal 47(2)(b) Konstitusi Republik Sosialis Demokrat Sri Lanka, berlaku mulai 9 Mei 2022," tulis Senarath dikutip Urbanasia dari keterangan resminya, Selasa. 

Dikutip dari Reuters, pengunduran diri Mahinda Rajapaksa ini terjadi hanya beberapa jam setelah bentrokan pecah di Kolombo. Sementara dalam surat pengunduran dirinya, Mahinda Rajapaksa mengatakan keputusan ini diambil untuk membantu membentuk pemerintahan sementara.

"Banyak pemangku kepentingan telah menunjukkan solusi terbaik untuk krisis saat ini adalah pembentukan sementara pemerintah semua partai," kata Mahinda Rajapaksa dalam suratnya.

“Oleh karena itu, saya telah mengajukan pengunduran diri saya agar langkah selanjutnya dapat diambil sesuai dengan konstitusi,” sambungnya.

Sementara itu juru bicara pemerintah Sri Lanka, Nalaka Godahewa mengatakan semua anggota kabinet juga sudah mengundurkan diri. Sehingga dalam waktu dekat Gotabaya akan melakukan pertemuan dengan partai politik lain untuk membentuk pemerintahan persatuan.

"Presiden akan bertemu dengan partai politik independen dan oposisi, dan kami mengharapkan pemerintahan baru dalam beberapa hari ke depan," ungkapnya.

Dikutip dari Times, peneliti senior dan pakar Sri Lanka di Institut Studi dan Analisis Pertahanan Manohar Parrikar, New Delhi, Smruti S Pattanaik menilai pengunduran diri Mahinda tampaknya tak akan berdampak apa-apa. Pasalnya Gotabaya tetap menjadi pemimpin Sri Lanka yang menjadi tanda keluarga Rajapaksa belum mau menyerah.

"Protes akan berlanjut karena situasi ekonomi memburuk," kata Smruti.

“Sayangnya, tidak ada solusi mudah bagi rakyat Sri Lanka, negosiasi dengan IMF akan berlangsung lama dan bahkan langkah-langkah perbaikan akan berarti kesulitan lebih lanjut,” imbuhnya

Sebegai informasi, jam malam telah diberlakukan pada Senin (9/5/2022) saat bentrokan meletus antara pendukung pemerintah dan warga yang menuntut Presiden Gotabaya Rajapaksa mengundurkan diri.

Kerusuhan di Sri Lanka sendiri telah terjadi sejak Maret 2022. Aksi ini merupakan buntut dari pemerintah yang dianggap tak becus menangani krisis ekonomi di tengah pandemi COVID-19.

Krisis ekonomi ini sendiri adalah krisis terburuk sejak negara itu merdeka pada 1948 dan memberikan pukul luar biasa untuk warga Sri Lanka. Salah satunya terjadinya kelangkaan pangan, hingga pemadaman listrik secara bergilir dalam beberapa waktu terakhir.

Komentar
paper plane

Berita Terkait
    Berita Terkait