URstyle

Lesti Kejora Sering Nangis dan Dijuluki Crying Icon, Dokter: Bukan Baby Blues

Griska Laras, Rabu, 26 Januari 2022 17.51 | Waktu baca 2 menit
WhatsApp ShareFacebook ShareTwitter ShareLinkedin Share
Lesti Kejora Sering Nangis dan Dijuluki Crying Icon, Dokter: Bukan Baby Blues
Image: Lesti Kejora nangis/Lesti Kejora nangis/Leslar Entertainment

Jakarta - Pedangdut Lesti Kejora belakangan jadi perhatian publik setelah melahirkan anak pertamanya. 

Lesti seringkali nangis saat bicara tentang sang anak sampai dijuluki crying icon. Kondisi ini membuat netizen berspekulasi bahwa Lesti terkena baby blues syndrom

“Lesti baby blues ini jelas banget. Ini bukan lebay, baby blues itu nyata,” kata seorang netizen. 

Lesti sendiri telah membantah bahwa dirinya terkena sindrom baby blues. Dokter Kandungan RS Hermina Made Desy Suratih, juga mengatakan bahwa pedangdut yang akrab disapa Dede ini tidak mengalami gejala tersebut.

“Dede belum tentu menangis sebagai baby blues karena bisa berarti juga terharu bahagia. Namun jika menangis merupakan bentuk kesedihan, tanpa alasan yang jelas, mudah gelisah dan marah di sertai rasa tidak berdaya atau tidak mampu menjadi ibu yang baik dan mengurus anak dengan baik, maka hal ini merupakan salah satu tanda dari baby blues,” ungkap dr. Mades. 

Kendati demikian, dr. Mades mengatakan bahwa baby blues memang dialami sejumlah perempuan yang baru melahirkan anak pertama. Sindrom ini umumnya terjadi pada satu sampai dua minggu pertama. 

“Sindrom ini wajar dialami beberapa perempuan yang baru melahirkan anak pertama. Persentasenya sekitar 50 - 80 persen, tapi ini masih tergolong normal kalau terjadi satu sampai dua minggu pertama. Kalau sudah lebih dari periode itu, sudah masuk depresi,” jelasnya. 

Ada beberapa alasan seorang perempuan yang baru saja melahirkan terkena baby blues syndrome. Dokter Mades menyebut ada dua faktor yang bisa menyebabkan sindrom ini, faktor psikis dan faktor fisik. 

“Ada faktor psikis dan physical. Kalau faktor yang psikis, biasanya berhubungan dengan rasa tanggung jawab, apalagi anak pertama berat tekanannya,” papar Mades. 

Lalu yang kedua ada perubahan physical. Saat persalinan, hormon progesteron dan estrogen dalam tubuh menurun dan hal ini menyebabkan mood tidak stabil. 

"Hormon estrogen dan progesteron yang turun pada saat melahirkan mengakibatkan perubahan kimia di otak dan memicu terjadi perubahan suasana hati/mood swing. Selain itu, rasa sakit pasca melahirkan dan rasa lelah mengurus bayi berpengaruh terhadap kondisi psikologis sang ibu”.

Meski terbilang wajar, sindrom baby blues bisa berubah menjadi depresi jika tidak segera ditangani. Dukungan suami dan keluarga dekat sangat penting untuk membuat perasaan para ibu muda lebih baik. 

“Support orang-orang terdekat juga penting, bisa suami atau orang tua. Kalau misalnya ibunya kelihatan capek, kasih istirahat, gantian jaga bayi. Jika merasa tidak berdaya, coba beri apresiasi atau bantu tugas rumah tangga.” paparnya.  

Sementara jika sindrom baby blues terus berlanjut, dr Mades menyarankan agar para ibu muda segera mencari pertolongan medis. 

Komentar
paper plane

Berita Terkait
    Berita Terkait