URstyle

Mana yang Lebih Sakit, Cacar Monyet atau COVID-19? Ini Penjelasan Kemenkes

Priscilla Waworuntu, Minggu, 21 Agustus 2022 11.31 | Waktu baca 3 menit
WhatsApp ShareFacebook ShareTwitter ShareLinkedin Share
Mana yang Lebih Sakit, Cacar Monyet atau COVID-19? Ini Penjelasan Kemenkes
Image: Kasus cacar monyet (Foto: PBS)

Jakarta - Kasus cacar monyet pertama di Indonesia sudah dikonfirmasi pada Sabtu (20/8/2022). Kondisi ini menjadi sorotan lantaran sebelumnya Indonesia dilanda pandemi COVID-19. Wabah itu memakan banyak korban jiwa hingga membatasi kegiatan masyarakat hingga banyak karyawan terkena Pemutusan Hubungan Kerja (PHK).

Masyarakat bertanya-tanya apakah penyakit cacar monyet ini memiliki gejala dan dampak yang lebih parah daripada COVID-19 ataukah lebih ringan? Hal ini pun dijawab Kementerian Kesehatan (Kemenkes) lewat Juru Bicara mereka, Mohammad Syahril. 

Ia mengimbau masyarakat untuk tidak khawatir atas penemuan kasus ini, lantaran gejalanya lebih ringan jika dibandingkan dengan COVID-19.  Syahril juga mengatakan bahwa cacar monyet termasuk dalam golongan penyakit self limiting disease atau penyakit yang bisa sembuh sendiri.

"Cacar monyet ini tidak terlalu berat sakitnya, agar kita tenang, malah kalau kita bandingkan dengan COVID-19, ya, COVID-19 jauh beratnya, untuk itu kita tenang dengan maksud bahwasanya sebetulnya cacar monyet ini bisa sembuh sendiri, self limiting disease," ujar Syahril dalam konferensi pers pada Sabtu.

Dia menambahkan penyakit cacar monyet memiliki masa inkubasi selama 21-28 hari dan biasanya pasien akan sembuh dengan sendirinya selama pasien tidak memiliki komorbid atau menderita infeksi tambahan.

"Kalau pasien tidak ada komorbid, tidak ada immunocompromised dan tidak ada pemberat-pemberat yang lain, Insya Allah sebetulnya pasien ini bisa sembuh sendiri," ucapnya. 

Perbandingan Cacar Monyet dan COVID-19

Ada beberapa perbandingan yang signifikan antara cacar monyet dengan COVID-19. Berdasarkan laporan kasus cacar monyet di dunia, jumlah pasien yang meninggal hanya 1 persen saja, terpaut jauh dengan COVID-19 di mana pasien meninggal mencapai 10 hingga 15 persen pasien.

Orang yang terkena cacar monyet biasanya baru mulai menunjukkan gejalanya setelah 6 hingga 16 hari setelah terkena virus. Nah tetapi tidak menutup kemungkinan kalau gejala ini terlihat lebih lama yaitu sekitar 5-21 hari. Gejala awal cacar monyet ini mirip dengan cacar air yaitu flu. Nah yang membedakannya adalah adanya 2 periode infeksi, yaitu periode invasi dan periode erupsi kulit. Periode invasi terjadi dalam 0-5 hari setelah terinfeksi virusnya pertama kali. Sementara periode erupsi kulit terjadi pada 1-3 hari setelah demam muncul.

Adapun gejala COVID-19 adalah gejala yang muncul ini bergantung pada jenis virus yang menyerang dan seberapa serius infeksi yang terjadi. Berikut ini beberapa ciri-ciri awal corona: hidung beringus, sakit kepala, batuk, sakit tenggorokan, demam, merasa tidak enak badan, hilangnya kemampuan indera perasa dan penciuman. 

Hal yang perlu ditegaskan, beberapa virus corona dapat menyebabkan gejala yang parah. Infeksinya dapat berubah menjadi bronkitis dan pneumonia (disebabkan oleh COVID-19), yang mengakibatkan gejala seperti:demam yang mungkin cukup tinggi bila pengidap mengidap pneumonia, batuk dengan lendir, sesak napas, nyeri dada atau sesak saat bernapas dan batuk.

Dari segi penanganan pasien pun berbeda, pasien cacar monyet bisa melakukan isolasi mandiri di rumah hingga penyakitnya sembuh. Sementara untuk COVID-19, dalam beberapa kasus banyak pasien yang harus dirawat di rumah sakit meski banyak juga yang menjalani isolasi mandiri di rumah.

Komentar
paper plane

Berita Terkait
    Berita Terkait