URstyle

Masuk Indonesia, Ini Fakta Varian Baru COVID-19 Asal Inggris 'B117'

Eronika Dwi, Selasa, 2 Maret 2021 18.10 | Waktu baca 3 menit
WhatsApp ShareFacebook ShareTwitter ShareLinkedin Share
Masuk Indonesia, Ini Fakta Varian Baru COVID-19 Asal Inggris 'B117'
Image: Ilustrasi Virus Mutasi Corona. (Foto: Pixabay/Inactive_account_ID_249)

Jakarta - Sejumlah negara Eropa dan Asia sudah menghadapi kedatangan virus varian baru COVID-19 asal Inggris. Kali ini giliran Indonesia.

Terbaru, Wakil Menteri Kesehatan Dante Saksono Harbuwono mengatakan, virus mutasi corona Inggris yang diberi nama 'B117 (nama lain VUI 202012/01)' ini sudah ditemukan di Indonesia.

"Tadi malam saya dapat informasi, bahwa tepat satu tahun hari ini kita menemukan mutasi B117 UK mutation di Indonesia. Ini fresh from the oven, baru tadi malam ditemukan dua kasus," kata Dante di acara yang disiarkan di kanal YouTube Kemenristek/BRIN, Selasa (2/3/2021).

Penemuan dua kasus mutasi corona Inggris itu didapat dari hasil pemeriksaan terhadap 462 sampel yang punya potensi mutasi virus. Hasilnya, ditemukanlah dua kasus mutasi.

Dengan penemuan dua kasus mutasi, Dante menyebut tantangan pandemi di Indonesia akan makin sulit.

Lantas, seperti apa sih varian baru virus corona ini? Daripada bingung, cek sederet faktanya yang dirangkum dari berbagai sumber di bawah ini!

1. Pertama Kali Dilaporkan di Inggris

1614673817-Ilustrasi-virus-mutasi-corona-1.jpgSumber: Ilustrasi Virus Mutasi Corona. (Foto: Pixabay/Alexandra_Koch)

Varian baru virus ini diperkirakan muncul pertama kali di London, Inggris, pada September 2020.

Lalu pada bulan November sampai Desember, terjadi lonjakan kasus dari varian baru virus corona ini, terutama di London, Inggris Tenggara, dan Inggris Timur.

2. Virusnya Lebih Cepat Menular

1614673836-Ilustrasi-virus-mutasi-corona-2.jpgSumber: Ilustrasi Virus Mutasi Corona. (Foto: Pixabay/WiR_Pixs)

Perdana Menteri Boris Johnson menyebut varian baru virus corona ini 70 persen lebih menular. Namun, karena virus ini masih baru, butuh penelitian lebih jauh.

Munculnya presentasi 70 persen lebih menular berasal dari presentasi Dr. Erik Volz dari Imperial College London.

Dalam presentasinya, Volz menyatakan "Masih terlalu awal untuk mengatakannya, tapi dari yang kami lihat sejauh ini ia [varian baru virus corona] berkembang begitu cepat, ia tumbuh lebih cepat dari [varian sebelumnya], namun kita perlu selalu memantau ini".

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) juga menyebut virus ini penyebarannya lebih cepat, meski demikian tidak lebih berbahaya.

3. Diprediksi Menyebar Lewat Penularan dalam Komunitas

1595478840-covid.jpegSumber: Ilustrasi virus corona. (Pixabay)

Pada 28 Desember 2020, peneliti menemukan seorang pasien COVID-19 dengan infeksi B117 tanpa riwayat bepergian keluar kota.

Dari situ, diprediksi bahwa penyebaran virus ini disebabkan interaksi tatap muka atau penularan dalam komunitas.

4. Sudah Menyebar ke Sejumlah Negara

1591073515-virus-corona.jpgSumber: Ilustrasi virus corona. (freepik)

'B117' ternyata sudah menyebar ke sejumlah negara. Di antaranya adalah Lebanon, Denmark, Belanda, Jerman, Afrika Selatan, Italia, Australia, Irlandia Utara, dan Prancis.

Tak hanya di Eropa, beberapa negara Asia juga sudah muncul kasus akibat varian baru virus corona.

Virus ini sudah menginfeksi sejumlah orang di Singapura, Hong Kong, Jepang, dan Korea Selatan.

5. Virusnya Sudah Pernah Muncul

ilustrasi corona pixabay.jpgSumber: Ilustrasi virus corona. (Pixabay)

Virus varian baru ini merupakan kumpulan dari beberapa mutasi, di antaranya mutasi D614G dan A222V.

Mutasi D614G sendiri pernah muncul di Eropa pada bulan Februari. Sementara varian A222V menyebar di Eropa.

6. Vaksin Masih Bisa Digunakan

1613291066-vaksin-lansia.jpgSumber: Ilustrasi lansia divaksin. (Freepik/toa55)

Kemunculan varian baru virus corona tentu membuat kita bertanya-tanya, apakah vaksin COVID-19 yang belum lama ini hadir bisa mengatasinya?

Dan jawabannya bisa. Pasalnya vaksin-vaksin yang kini dikembangkan melatih kemampuan imun.

Oleh karena itu, vaksin masih bisa bekerja mengatasi beberapa mutasi virus yang muncul.

Akan tetapi peneliti meluruskan, kemampuan vaksin COVID-19 melawan virus B117 masih harus diteliti lebih lanjut.

Pasalnya, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC) mengatakan, belum ada bukti bahwa jenis virus ini lebih berisiko menyebabkan kematian.

"Dari apa yang kami ketahui berdasarkan pengalaman mutasi ini dan mutasi lainnya, kemungkinan tidak berdampak besar pada kekebalan yang diinduksi oleh vaksin, atau kekebalan yang ada dari jenis sebelumnya," kata direktur kantor deteksi molekuler dari CDC, Dr. Greg Armstrong. 

Komentar
paper plane

Berita Terkait
    Berita Terkait