URnews

Mengenal Kamala Harris, Cawapres Terpilih Pendamping Joe Biden

Nunung Nasikhah, Rabu, 12 Agustus 2020 11.39 | Waktu baca 3 menit
WhatsApp ShareFacebook ShareTwitter ShareLinkedin Share
Mengenal Kamala Harris, Cawapres Terpilih Pendamping Joe Biden
Image: Kamala Harris. (Twitter @SenKamalaHarris)

Washington – Nama Senator California, Amerika Serikat (AS), Kamala Harris, baru-baru ini banyak diperbincangkan publik setelah penunjukannya sebagai calon wakil presiden (cawapres) mendampingi Joe Biden.

Sebelumnya, dalam debat terakhir yang diadakan Partai Demokrat pada Maret lalu, Joe Biden memang pernah berjanji bahwa jika menjadi calon presiden (capres) dari partai tersebut, dirinya akan memilih seorang perempuan sebagai wakilnya. Ia kemudian menepati janji itu dan memilih Kamala Harris sebagai ‘partner’-nya.

Sebelum menjadi senator, Harris yang merupakan keturunan India-Jamaika tersebut pernah menjabat sebagai Jaksa Agung California

Perempuan berusia 55 tahun ini dikenal sebagai sosok yang gencar menyerukan reformasi kepolisian di tengah protes anti-rasisme. Harris juga sempat memilih hengkang dari persaingan bakal kandidat presiden pada Desember 2019 lalu.

Meski sekarang resmi menjadi partner Biden dalam kontestasi pemilihan umum (pemilu) November mendatang, ia dilaporkan sempat berselisih dengan Biden dalam debat internal Partai Demokrat, terutama perihal hubungan kerja sama Biden dengan sejumlah mantan senator yang memilih segregasi ras.

Harris lahir di Oakland, California pada 20 Oktober 1964, dari dua orang tua berlatar imigran. Ibunya kelahiran India dan ayahnya kelahiran Jamaika.

Ia berkuliah di Universitas Howard, salah satu kampus ternama yang didirikan komunitas kulit hitam. Dalam periode masa-masa kuliah tersebut, Harris merasa dirinya paling dibentuk dalam kehidupan.

Meski berlatar dari keluarga imigran, Harris merasa bahwa dirinya selalu nyaman dengan menggambarkan dirinya sebagai 'seorang Amerika'.

Pada 2019, Harris mengatakan kepada Washington Post bahwa politisi seharusnya tidak dikotak-kotakkan berdasarkan warna kulit atau latar belakangnya.

1597206676-KamalaHarris.jpgSumber: Kamala Harris bersama Barack dan Michelle Obama. (Twitter/SenKamalaHarris)

"Poin saya, saya adalah saya. Saya merasa baik dengan diri saya," ujarnya, seperti dikutip dari BBC (12/8/2020).

Selain berkuliah di Universitas Howard, Harris juga mendapat gelar sarjana hukum dari Universitas California, Hastings. Ia kemudian memulai kariernya di Kantor Kejaksaan Distrik Alameda.

Selanjutnya, ia juga pernah menjadi jaksa distrik untuk San Francisco pada 2003, sebelum menjabat sebagai Jaksa Agung Negara Bagian California.

Dalam jabatannya tersebut, Harris menorehkan sejarah penting sebagai perempuan pertama dan warga Afrika-Amerika pertama sebagai Jaksa Agung California, negara bagian yang penduduknya paling banyak di AS.

Tak hanya itu. Harris juga meraih reputasi sebagai salah satu bintang Partai Demokrat, dalam dua masa jabatan sebagai Jaksa Agung.

Dengan reputasi itu, ia mampu meraih jabatan sebagai senator junior yang mewakili California pada 2017. Saat itu, Harris kembali menorehkan sejarah sebagai perempuan kulit hitam kedua yang terpilih sebagai senator.

Pada 2019, Harris lantas mencoba untuk berkampanye sebagai bakal calon presiden dalam sebuah pawai di Oakland yang dihadiri 20.000 orang.

Harris disebut-sebut telah gagal menjelaskan mengapa dirinya harus terpilih. Kabarnya, ia selalu ‘tidak jelas’ memberi jawaban atas pertanyaan-pertanyaan mengenai kebijakan-kebijakan penting, seperti layanan kesehatan.

Selain itu, Harris juga dinilai tidak bisa memanfaatkan keunggulannya sebagai jaksa saat debat dengan Joe Biden.

Harris saat itu, berupaya menekankan prestasinya saat menjabat sebagai Jaksa Agung, seperti pemasangan kamera tubuh bagi sejumlah petugas Departemen Kehakiman California dan bank data yang menyediakan statistik pidana bagi masyarakat.

Ia menyebut dirinya sebagai Jaksa yang progresif. Bahkan, 'Kamala adalah polisi' menjadi sebutan untuk dirinya selama berkampanye.

Sayangnya, hal tersebut justru menggagalkan upayanya untuk merebut perhatian simpatisan Demokrat yang terkenal lebih liberal dalam pemilihan internal.

Komentar
paper plane

Berita Terkait
    Berita Terkait