URstyle

Mengenal Noken Papua, Tas Tradisional yang Jadi Warisan Takbenda UNESCO

Kintan Lestari, Senin, 1 November 2021 15.04 | Waktu baca 2 menit
WhatsApp ShareFacebook ShareTwitter ShareLinkedin Share
Mengenal Noken Papua, Tas Tradisional yang Jadi Warisan Takbenda UNESCO
Image: Noken Papua. (ANTARA News/Natisha)

Jakarta - Beberapa situs atau benda di Indonesia masuk ke dalam warisan dunia UNESCO, salah satunya Noken Papua. Apa itu noken Papua?

Noken Papua adalah tas rajut atau anyaman tradisional buatan masyarakat Papua. Tas ini dibuat dari serat kayu pohon Yonggoli atau pohon Huisa, dedaunan, serta batang anggrek.

Noken umumnya digunakan untuk membawa keperluan sehari-hari, misalnya untuk membawa hasil perkebunan, tangkapan dari laut atau danau, kayu bakar, bayi, babi, atau untuk berbelanja dan menyimpan barang-barang di rumah.

Noken juga dapat dikenakan, sering untuk perayaan tradisional, atau diberikan sebagai persembahan perdamaian. UNESCO mengakui noken Papua sebagai warisan budaya takbenda pada tanggal 4 Desember 2012 sehingga tanggal tersebut ditetapkan sebagai Hari Noken Sedunia.

Filosofi Noken Papua

Noken bukan hanya sekadar tas. Benda ini punya filosofi yang mendalam. Tas khas masyarakat Papua ini menjadi simbol kehidupan, perdamaian dan kesuburan untuk masyarakat Papua. 

Selain itu, noken juga jadi pertanda kedewasaan seorang wanita Papua. Jadi bila seorang wanita belum bisa membuat noken, mereka akan dianggap belum dewasa dan tidak layak untuk menikah.

Proses Pembuatan Noken Papua

Mengutip dari situs UNESCO, cara pembuatan noken berbeda-beda antar masyarakat, tetapi pada umumnya cabang, batang atau kulit pohon kecil atau perdu tertentu dipotong, dipanaskan di atas api dan direndam dalam air.

Lalu serat kayu yang tersisa dikeringkan, kemudian dipintal untuk membuat benang atau tali yang kuat. Serat kayu tersebut kadang juga diwarnai dengan pewarna alami. Tali tersebut kemudian diikat dengan tangan untuk membuat tas jaring dengan berbagai pola dan ukuran. 

Tas ini dibuat secara manual oleh tangan wanita suku Papua dan polanya pun rumit. Maka dari itu, proses pembuatan noken umumnya memakan waktu lama hingga berbulan-bulan tergantung pada ukuran tas yang akan dibuat.

Meski demikian hasilnya sepadan. Tas tradisional suku Papua ini kuat, tidak mudah robek, dan tahan lama. Harga noken Papua beragam. Namun ada satu jenis yang harganya sangat mahal.

Yakni noken Papua buatan pria Suku Mee. Noken dari suku Mee kadang disebut juga dengan noken emas karena warnanya yang kuning keemasan. Oleh Suku Mee, noken mereka dinamakan toya agiya.

Noken emas atau toya agiya dibanderol hingga jutaan rupiah, yakni mulai dari Rp 4 juta sampai Rp 10 juta.

Sayangnya, jumlah orang yang membuat dan menggunakan noken semakin berkurang. 

Adapun faktor-faktor yang mengancam kelangsungan hidup tas tradisional ini diantaranya melemahnya transmisi tradisional, berkurangnya jumlah pengrajin, persaingan dari tas buatan pabrik, bahan baku yang sulit didapat, dan pergeseran nilai-nilai budaya noken.

 

Komentar
paper plane

Berita Terkait
    Berita Terkait