URstyle

Mengenal Penyakit Epilepsi: Gejala hingga Cara Menolong Penderita

Kintan Lestari, Rabu, 10 Maret 2021 11.13 | Waktu baca 4 menit
WhatsApp ShareFacebook ShareTwitter ShareLinkedin Share
Mengenal Penyakit Epilepsi: Gejala hingga Cara Menolong Penderita
Image: Ilustrasi penyakit epilepsi. (Freepik/maksymiv-yura)

Jakarta - Kemarin (9/3/2021) viral di TikTok sebuah video yang memperlihatkan seorang pengguna kereta rel listrik (KRL) Commuterline mengalami epilepsi.

Dalam video yang diunggah akun TikTok @zee_rezaldy, tampak seorang perempuan tengah mengalami kejang-kejang di lantai gerbong kereta. Orang-orang di sekitarnya pun terlihat mengelilinginya. 

Dari caption pengunggah video, diketahui kejadian tersebut terjadi di KRL jalur 5 Stasiun Tanah Abang.

Melihat video tersebut, tentu banyak orang dibuat bingung apa yang harus dilakukan begitu melihat seseorang mengalami epilepsi. Atau epilepsi itu penyakit apa?

Urbanasia pun bertanya pada dokter umum, dr Steinley, perihal penyakit epilepsi.

"Epilepsi adalah sebuah gangguan pada sistem saraf pusat di otak kita akibat pola aktivitas listrik otak yang tidak normal. Itu biasanya menimbulkan reaksi bisa seperti kejang, perilaku yang tidak biasa, bahkan bisa menghilangkan kesadaran kita," ujar dr Steinley saat dihubungi Urbanasia.

Dipaparkan dr Steinley, epilepsi bisa menyerang segala usia dari anak-anak hingga lansia. Untuk penyebab epilepsi sendiri bisa idiopatik (tidak diketahui secara pasti), bisa juga simptomatik.

Adapun faktor risiko yang bisa menyebabkan seseorang menderita epilepsi di antaranya faktor genetik, benturan di kepala, sampai infeksi otak.

"Beberapa faktor risiko yang bisa menyebabkan epilepsi itu salah satunya faktor genetik. Ini bisa meningkatkan anak tersebut terkena epilepsi. Bisa juga cidera pada kepalanya, atau karena struk gangguan di penyumbat pembuluh darah otak. Karena trauma kepala seperti benturan atau kecelakaan mobil. Bisa juga ada infeksi otak seperti meningitis jadi ada gangguan di otaknya, dan juga ada riwayat kejang saat kecil. Itu bisa meningkatkan juga epilepsi di masa mendatang," jelas dokter umum tersebut.

Gejala Epilepsi

1615349807-epilepsi.jpgSumber: Ilustrasi penyakit epilepsi. (Freepik/sewcream)

Untuk gejala penyakit epilepsi, dr Steinley mengatakan tandanya biasanya berupa kejang yang berulang sebanyak dua kali atau lebih tanpa penyebab. Kejangnya pun tidak selalu sampai tergeletak di bawah.

"Kejang pada epilepsi itu tidak harus seperti kelonjotan atau mengeluarkan busa dari mulut. Jadi balik lagi gejala klinis kejang itu sangat tergantung dari area otak mana yang menjadi fokus kejang nya. Tanda gejalanya bisa seperti kaku di seluruh tubuh, atau hanya di bagian lengan atau tungkai kaki bawah. Bisa juga kedutan di sebelah mata, sampai hilang kesadaran sehingga pasien tampak bengong atau melamun. Dan bisa juga tangan atau kakinya seperti tersentak tanpa disadari," terang dr Steinley.

Sebelum terjadi kejang, penderita epilepsi bisa beraktivitas seperti biasa. Begitu pun setelah kejang, pasien tersebut juga bisa beraktivitas kembali seperti biasa.

Pertolongan pada Penderita Epilepsi

1615349794-ilustrasi-kejang.jpgSumber: Ilustrasi kejang. (Freepik/kittima05)

Saat melihat penderita epilepsi kambuh di tempat umum, apa sih yang bisa kita lakukan? dr Steinley mengatakan penolong harus segera memindahkan orang tersebut ke tempat yang lebih aman.

"Saat melihat ada pasien epilepsi yang pasti si penolong tersebut harus tetap tenang dan juga kita bisa memindahkan pasien tersebut ke tempat yang lebih aman, yang lebih luas. Jangan sampai banyak kerumunan," pungkasnya.

Penolong kemudian harus melonggarkan daerah pernapasan penderita epilepsi, seperti melepas dasi di lehernya atau melonggarkan kancing bajunya. Bila orang tersebut mengenakan kacamata, lepas juga kacamatanya. 

Selain itu penolong juga harus melindungi kepala pasien, misalnya dengan menaruh jaket di bagian kepala (bila terjadi di tempat umum) atau bantal, untuk mencegah terjadinya benturan di kepala si penderita epilepsi.

Di beberapa kasus, pasien epilepsi yang kejang tangannya akan menekuk ke bagian dalam. Sebagai penolong, jangan kita coba luruskan posisi tangan tersebut.

"Ketika seseorang kejang tangannya seperti menekuk ke dalam, kalau bisa kita jangan meluruskan itu malah membuat otot di lengannya cidera. Jadi yang penting kita harus amankan jalan napasnya dan pindahkan ke posisi yang aman. Bisa juga panggil nama seperti 'pak atau bu' supaya bisa berinteraksi dengan pasien tersebut," jelas sang dokter.

Untuk mendiagnosis epilepsi pada pasien, dokter akan melakukan anamnesis atau mengetahui riwayat pasien.

"Untuk mendiagnosis epilepsi biasanya kita akan melakukan anamnesis pada pasien tersebut seperti riwayat waktu kecil apakah ada riwayat kejang demam yang lama, atau juga ada riwayat trauma di kepala," pungkasnya. 

Selain anamnesis, dokter juga melakukan pemeriksaan lain seperti mengambil tes darah, EEG (Electroencephalogram), Computed tomography (CT)-Scan dan Magnetic Resonance Imaging (MRI), dan bisa juga dengan positron emission tomography (PET) scan. 

Bagi penderita epilepsi, dr Steinley mengingatkan pasien untuk menghindari stres, berolahraga, dan jangan lupa untuk kontrol berkala.

"Untuk penderita epilepsi sebaiknya hindari yang namanya stres, kecapean, telat makan. Yang pasti itu harus olahraga teratur, istirahat cukup, minum obat teratur, juga makan-makanan yang bergizi dan juga jangan lupa kontrol berkala ke dokter," tutupnya. 

Komentar
paper plane

Berita Terkait
    Berita Terkait