URnews

Menikah Dini Terkait Video Porno 'Parakan 01', Ini Kata Psikolog

Shelly Lisdya, Kamis, 18 Maret 2021 20.56 | Waktu baca 3 menit
WhatsApp ShareFacebook ShareTwitter ShareLinkedin Share
Menikah Dini Terkait Video Porno 'Parakan 01', Ini Kata Psikolog
Image: Ilustrasi pernikahan. (Freepik)

Jakarta - Kedua sejoli yang menjadi pemeran dalam video viral ‘Parakan01’ beberapa waktu lalu dikabarkan menikah, namun ternyata kabar tersebut adalah hoaks.

Memang keluarga kedua remaja itu memiliki rencana untuk menikahkan dan akan menggelar pernikahan pada Selasa (16/3/2021) di Serang, Banten.

Namun, acara itu ditunda karena keduanya masih berstatus pelajar, yakni duduk di bangku kelas 8 SMP dan ingin melanjutkan pendidikan.

Nikah muda sejatinya memang menjadi persoalan dari dulu, banyak faktor yang mempengaruhi serta mindset yang berkembang bahwa dengan menikah akan menjadi jalan keluar dari akar masalah, seperti yang dialami kedua pelajar video mesum 'Parakan 01'. Lantas bagaimana pandangan psikolog terkait pernikahan usia dini?

Dosen Psikolog Universitas Negeri Malang (UM), Leni Gonadi mengatakan, apabila keduanya akan dinakahkan, maka si perempuan akan memiliki dampak terhadap kesehatannya.

Seperti misalnya kehamilan di usia muda bukanlah hal yang mudah dan cenderung lebih berisiko, otomatis ini akan membahayakan ibu dan janin.

Dilansir laman Alodokter, pada janin, risiko yang mungkin terjadi adalah bayi terlahir prematur dan berat badan lahir yang rendah.

Bayi juga bisa mengalami masalah pada tumbuh kembang karena berisiko lebih tinggi mengalami gangguan sejak lahir, ditambah kurangnya pengetahuan orang tua dalam merawatnya.

Sementara risiko terhadap ibu yang masih remaja adalah rentan mengalami anemia dan preeklamsia. Kondisi inilah yang akan memengaruhi kondisi perkembangan janin.

Jika preeklamsia sudah menjadi eklamsia, kondisi ini akan membahayakan ibu dan janin bahkan dapat mengakibatkan kematian.

"Semua langkah penyelesaian yang diambil pasti ada dampak pengikut bagi masing-masing individu. Pernikahan merupakan proses tanggung jawab antara dua insan manusia, konsep tanggung jawab tidak lepas dari kematangan fisik dan psikis individu tersebut," ungkapnya kepada Urbanasia, Kamis (18/3/2021).

"Dampak terhadap fisik, khususnya wanita akan berdampak pada kesehatannya," imbuhnya.

Tak hanya risiko pada fisik, pernikahan dini yang dipaksakan juga menyerang psikologis, kematangan mengelola emosi baik pengaturan maupun ekspresi emosinya yang sangat berpengaruh pada hubungan interpersonalnya.

Diikuti dengan kematangan dalam memecahkan masalah yang dihadapinya baik terhadap dirinya maupun terhadap hubungannya dengan orang-orang sekitarnya. 

"Ketidakberhasilan dalam melewati ini menghasilkan individu yang tidak siap dan matang sepenuhnya bagi tahapan selanjutnya. Dampak ketidaksiapan menimbulkan kecemasan, dan apabila terus menerus maka akan berujung pada stres yang fatal bagi setiap individu," bebernya.

Sementara untuk proses penyembuhan terhadap keduanya harus dibantu oleh pihak keluarga.

Leni juga menyebut, keduanya yang masih berusia 16 tahun dan memiliki semangat untuk sekolah, seharusnya orang tua lebih bijak untuk mendampingi mereka menyelesaikan pendidikannya, ini akan memberi efek baik selanjutnya.

"Trauma merupakan luka secara psikologis yang berdampak buruk pada proses kehidupan selanjutnya, terutama bagi remaja. Durasi waktu penyembuhan luka psikologis ini tidak dapat dipastikan untuk masing-masing individu," terangnya.

"Untuk itu, peran orang tua sebagai keluarga dan orang terdekat anak dalam mendampingi remaja melewati masa-masa kritis menemukan siapa diri anak, apa hakikat dirinya merupakan kunci bagi keberhasilan anak menuju tahapan kehidupan selanjutnya. Komunikasi yang terbuka antara anak dan orang tua, bukan menggurui tapi bertindak sebagai teman bicara personal menimbulkan kematangan emosional anak," tandasnya.

Komentar
paper plane

Berita Terkait
    Berita Terkait